Aku masih berdiri di bawah pohon
beringin di tepi jalan raya
Entah mengapa di seberang jalan aku
melihat bayangan hitam yang berkelebat di hadapanku, kudekati bayang hitam
itu....
Tercium bau anyir darah yang
berceceran , tergantung sepotong tangan di dahan pohon, tercipta suasana
mencekam dalam peperangan yang mengharu biru
Aku tak mampu lagi mencium aroma
yang menjemputku dalam kegelisahan dan kesedihan yang menyeruak di kalbu
Hanya tetesan air mata yang terus
mengalir, aku masih berjalan menyusuri mayat-mayat diantara angkara nafsu
biadab dari manusia yang tak punya hati
Inikah wajah seorang manusia???????
Sudut nafasku hampir habis saat aku
mendengar erangan yang membuat ngilu sanubari ini menggantung dan membuat
goresan luka
Parut luka itu menghantam dinding
hati , seperti pusaran-pusaran ketakutan dari ibu-ibu dan anak-anak yang mulai
berteriak dan menangis
Tangisan itu mengiris hati ,
mencipta kelambu-kelambu yang mulai menutupi mereka dengan granat dan bom,
terlumat habis semua dengan sekali tembakan!!!!
Berkalungkan pilu kutatap
mayat-mayat itu , binar mata yang mulai meredup tak kuat menatap kesah yang
terkemas dalam bingkai kematian
Ingin kutamatkan kesah ini tapi aku
tak mungkin melumuri tanganku untuk membalaskan kematian orang –orang tak berdosa.
Tersentak aku , ternyata aku masih
ada di bawah pohon beringin menanti angkotku datang tapi semua persitiwa itu
jelas terlihat oleh mata hatiku
Hanya doa yang kukirim lewat sang
bayu yang mungkin dapat menghantarkan rapalan doaku untuk orang-orang disana
Ujung riak kesedihan , biarlah
nanti digantikan dengan sisiran lembut dari anugerah Ilahi yang akan manjakan
batin menuju kemenangan dalam cintaNya
Tabahkanlah hatimu kawan , bersama
kepingan asa, dan doa umat dunia dapat
membasuh duka dan lara yang memenuhi hati
Pilar-pilar doa yang terus mengalir
dan uluran tangan yang memeluk dukamu, mudah-mudahan menjadi pengoabat hatimu ,
kawan.
Cirebon,17 Juli 2014
Duka bagi kawan di Jalur Gaza