10 Cinta Kopi Susu

Kamis, 27 November 2014




Pagi itu seperti biasa warung bi Dedeh selalu penuh dengan warga desa Sukaraja Sukabumi. Entah memang kopinya yang katanya enak atau karena anak perempuan bi Dedeh yang terkenal  cantik, tapi yang jelas warung kopi bi Dedeh tak pernah sepi selalu saja ada orang yang berkunjung. Walau aku bukan penggemar kopi tapi setiap pagi aku datang ke warung bi Dedeh dengan alasan mengantarkan Harun . Padahal aku penasaran dengan pria yang selalu duduk di pojok warung. Wajahnya tampan berbeda dengan pria-pria desa lainnya, aku melihatnya lebih intelektual dibanding yang lain. Aku dan tiga temanku sedang praktek kerja di desa ini.
            “Bi, kopi susunya satu, biasa,”tukasku sambil duduk di sebelah Harun. Aku melirik pria itu sudah duduk di sudut warung sendirian.
            “Nih, neng kopinya.” Bi Dedeh menyodorkan secangkir kopi susu hangat padaku. Aku membawanya ke dekat pria itu.
            “Mau kemana ,”tukas Harun heran. Aku tak menggubris pertanyaannya tapi aku berjalan mendekati pria itu. Aku mencoba duduk di sampingnya.
            “Boleh aku duduk di sini?” Pria itu tersenyum. Aku mengulurkan tanganku memperkenalkan diri.
            “Ara.” Pria itu menoleh sekilas dan menatapku beberapa saat dan tangannya terulur padaku.
            “Yayat.” Nama desa benar pria ini , padahal tampangnya gak kalah dengan pria-pria kota, pikirku saat itu.  Tapi pagi itu pembicaraan aku dan kang Yayat berjalan mulus dan tak terasa aku sudah lama duduk di warung. Aku melirik jam tanganku, aku harus cepat beranjak dari sini untuk ke KUD jangan sampai Dodi menegurku karena terlambat datang.
            “Kang aku pamit dulu,” tukasku dan bergegas membayar secangkir kopi dan berlalu dari sana.

            Aku mulai mencari info tentang kang Yayat dan aku semakin mengagumi dirinya. Kang Yayat mempunyai banyak balong  yang berisi  ikan tawar yang dikelolanya dengan sistim longyam. Balong dan ayam. Kandang ayam petelurnya diletakan di atas balong-balong yang dia miliki sehingga kotoran ayam bisa diguankan sebagi pakan ikannya. Dan hari itu  saat aku menikmati secangkir kopi susu bersamanya lagi, kang Yayat mengajakku ke tempat peternakan longyamnya. Aku mengagumi usaha kerasnya sampai dia berhasil.Berjalan disisinya ternyata membuat perasaanku bergetar dan ada rasa hangat yang menjalar di tubuhku. Aku mulai tertarik pada dirinya. Biar kang Yayat pria desa tapi wawasannya sangat luas. Hari demi hari aku seringkali datang mengunjungi peternakan  hanya sekedar untuk  ngobrol , tapi sebetulnya ada rindu untuk beremu dengannya lagi.
            “Wah , kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih,” tukas Lala. Aku mendelik pada Lala tak suka. Bukan aku tak mau mengakui tapi aku sendiri belum tahu perasaaan kang Yayat padaku, kalau berita ini menyebar tentu aku yang malu. Aku mengancam mereka untuk tak keceplosan ngomong tentang perasaanku.
            “Tenang saja Ra, pasti gak bakal bocor deh rahasianya tapi harus ada uang tutup mulutnya dong,” tukas Harun menyeringai padaku. Aku timpuk dengan buku yang kubawa, untungnya tepat sasaran kena di wajah Harun. Harun meringis kesakitan.

            Sudah hampir lima hari aku tak melihat batang hidung kang Yayat di warung bi Dedeh, ada rasa rindu ingin bertemu dengannya dan menikmati kopi hangat bersamanya. Aku kehilangan moment bersamanya setiap pagi. Sampai satu minggu lebih aku masih belum melihat kang Yayat di warung kopi bi Dedeh dan itu membuatku sedikit gelisah.
            “Sudah , kamu main saja ke rumahnya kang Yayat, daripada kamu uring-uringan terus ,”tukas Lala. Aku menggeleng keras , bagaimanapun aku tak mau datang ke rumah pria kalau tak diundang. Rasa dadaku sesak menahan rindu. Sampai pagi itu aku tak menemukan lagi wajah kang Yayat, aku mencoba bertanya pada bi Dedeh.
            “Bi, kenapa kang Yayat teh gak pernah ngopi lagi di sini? “tanyaku sambil menyeruput kopi susu hangat.
            “ Kang Yayat teh gak datang kemari lagi karena istrinya sudah datang , sekarang di rumahnya sudah ada yang menyediakan lagi kopi buat dirinya,” tukas Bi Dedeh sambil melayani pembeli. Aku mencoba bersikap biasa walau detak jantungku ingin berhenti seketika mendengarnya.
            “Istri  Yayat teh lagi sekolah  lagi , sekolah  S2 atau  apa ya, gak tau dah,”tukas mang Karta  yang duduk di sebelahku. Aku mengangguk-angguk , ada rasa kecewa di hatiku, ternyata kang Yayat adalah pria beristri. Harun mengajakku pulang dan merangkul pundakku.
            “Dah Ara jangan sedih ya,  masih banyak  pria yang singel kok. Aku juga bisa kok ,” tukasnya sambil tertawa tergelak. Mau tak mau aku ikut tertawa, aku berterimakasih pada Harun yang bisa mencairkan suasana hatiku yang sedih.

            “Mama, kok melamun,” tegur mas Soni menatapku yang masih melamun sambil memegang secangkir kopi susu hangat.. Aku tersentak kaget  dan hampir saja aku menumpahkan kopi susu hangatku.
            “Hati-hati dong sayang,” tegur mas Soni.
            “Aku gak apa-apa kok pah, “ tukasku berbohong , padahal aku sedang membayangkan kejadian masa silam saat berkenalan dengan kang Yayat melalui kopi susu hangat yang diminum berdua setiap pagi. Kopi susu hangat selalu mengingatkanku akan cinta pertamaku yang membekas di hatiku.



FB: Hastira Soekardi
Twitter:@hastiraS


Sumber gambar : http://catatanhariansaja.blogspot.com/2014/08/cerita-di-balik-secangkir-kopi.html

2 Ilusi Kebaikan

Minggu, 23 November 2014


       
  


            Mataku perlahan terbuka dan aku merasakan tubuhku ringan dan aku mulai melayang di udara. Seketika aku begitu terkejut dan aku mulai memukul kepalaku apa aku hanya bermimpi atau tidak. Aku semakin tinggi melayang dan aku terbelalak kaget saat aku melihat tubuhku ada di  ruang tengah rumahku dan aku sedang ditangisi keluargaku. Apa aku sudah meninggal ???? Mengapa aku bisa melayang, apa ini rohku????? Aku bingung, aku turun mendekati tubuhku, aku melambai pada mama yang menangis tapi mama tak menghiraukanku. Aku tepuk pundak  mas Indra tapi mas Indra hanya menoleh dan kembali menundukan kepalanya. Aku menatap tubuhku dan banyak luka dan lebam dan kepalaku tampak rusak dan banyak sisa –sisa darah. Tiba-tiba tubuhku diangkat dan dimandikan. Aku memejamkan mataku dan aku baru ingat , mengapa tubuhku penuh luka dan kepalaku bocor. Ini semua gara-gara Randy, kalau saja Randy tak mengambil jaket kulit kesayanganku, mungkin kecelakaan itu tak  mungkin terjadi. Saat aku tahu jaket aku diambil  Randy dan aku berusaha mengambil jaketku tapi Randy merasa dia duluan yang memesan jaket tersebut pada Lila, bukan aku. Saat tahu Randy sudah keluar naik motornya aku kejar motornya . Karena emosi yang memuncak aku tak melihat kalau dari arah yang berlawanan ada mobil yang juga melaju kencang dan akhirnya menabrakku. Aku merasa tubuhku terpental jauh dari motorku dan jatuh terlentang , kepalaku membentur aspal. Memang saat itu aku tak menggunakan helm dan aku tak sadarkan diri.

            Kini aku melihat tubuhku sudah dibalut kain kafan, mama masih menangis di sisiku. Aku melayang ke tempat tidurku, aku merasa rindu dengan kamarku.Jika aku pergi siapa yang akan menempati kamarku???? Aku melihat banyak foto-foto aku saat mendaki gunung bersama komunitas pencinta alam. Aku memegang foto saat aku berhasil mendaki gunung Semeru, aku tersenyum mengingatnya. Tiba-tiba pintu terbuka dan aku melihat Sisi adikku terpana sesaat dan berteriak .
            “Ada apa sisi?” tanya papa. Sisi menunjuk diriku, apa adikku bisa melihat diriku????
            “Lihat foto mbak Anya melayang,” teriaknya. Aku tersadar, aku cepat mengembalikan foto tersebut di dinding kamarku. Aku menatap wajah-wajah yang tampak ketakutan.
            “Apa mbak Anya  lagi ada di kamarnya ya pah?’” tanya Sisi ketakutan. Aku terdiam lama menatap keluargaku yang tak mungkin lagi aku bisa bersama dengan mereka. Esoknya aku melihat tubuhku diturunkan ke lubang kuburanku, tangis mama masih terdengar.Aku melihat papa berusaha menenangkan mama, mas Indra dan Sisi menaburkan bunga dengan kepala tertunduk. Aku melihat teman-temanku juga berada di pemakamanku. Aku mendekati Randy dan  kutepuk bahunya.
            “Apa-apa sih elu , jangan sentuh gue tahu,” tegur Randy pada Saga. Saga heran karena dia tak merasa menepuk pundak Randy. Aku mulai menakut-nakuti Randy bagaimanapun dialah penyebab kecelakaanku. Aku bisikan sesuatu pada telinganya.
            “Gara-gara gue ngejar elu, gue kecelakaan dan elu harus balikin tuh jaket ke keluarga gue. Kalau enggak elu bakalan ikut aku mati !” Aku tertawa geli saat Randy mulai ketakutan., Randy tampak gelisah, gemetar tubuhnya dan sebentar-bentar menoleh ke belakang.
            “Ada apaan elu bolak-balik menoleh kemari sih,”tukas Saga jengkel. Randy tampak semakin gemetar dan takut. Aku tertawa  lebar, rasain Randy!!!!!  Tak lama kemudian satu demi satu orang-orang berlalu dari makamku, tinggal aku sendirian di depan makamku sendiri dan aku mulai merasa takut. Apa yang akan terjadi pada diriku setelah ini?????

            Tiba-tiba aku melihat sinar begitu terang di langit dan tampak ada lubang di langit dan ada suara yang keras dari sinar yang keluar dari lubang tersebut.
            “Sudahkan kamu siap untuk masuk lubang ini untuk mempertanggung jawabkan hidupmu di dunia. Kalau sudah siap, silahkan masuk ke dalam lubang ,”suara itu menggema di telingaku seperti gendang yang bertalu-talu dan terasa menampar pipiku. Aku sekarang baru merasakan kalau aku tak banyak berbuat baik pada orang lain, lebih sering hura-hura dengan teman-temanku, apakah aku berani masuk lubang itu sekarang??? Banyak pergolakan batin dalam diriku saat ini.
            “Aku belum siap. Beri aku waktu agar aku bisa berbuat baik pada orang lain,”tukasku.
            “Baiklah, berbuat baiklah dan itu akan meringankanmu nanti saat kamu masuk ke mari.” Sinar dan lubang itu tiba-tiba saja menghilang. Aku melayang-layang entah kemana, apa yang harus kulakukan agar aku bisa berbuat baik pada orang lain????? Hampir seharian aku mencari tapi aku belum mendapatkan siapa yang harus aku bantu. Aku duduk di bawah pohon dan aku melihat nenek tua berjalan dengan wajah lesu.
            “Nek, jualan apa yang di keranjang? “ tanya seseorang yang mendekati  nenek tersebut, aku juga menghampirinya, tampak serabi dan gorengannya belum laku..
            “Iya, ini belum laku-laku, padahal uang hasil penjualan ini untuk bayaran sekolah cucuku,” tukasnya. Aku melihat sekeliling ada beberapa tukang ojeg yang sedang mangkal dan aku tarik mereka ke tempat nenek itu. Mereka langsung membeli serabi dan gorengan nenek. Aku mencari orang lain lagi untuk aku ajak ke tempat nenek untuk membeli jualannya. Tak lama kemudian jualan nenek habis dan uang yang didapat membuat nenek tersenyum lebar.
            Aku melihat wajah sumringah nenek tua itu dan aku merasakan aku juga turut bahagia dengannya.Aku  menatap punggung nenek yang berlalu dari hadapanku. Kini aku lega sudah melakukan perbuatan baik rasanya bahagia sekali, mengapa dulu aku tak pernah berbuat baik pada orang lain , kalau efek dari berbuat baik itu begitu menyenangkan. Waktu aku berbalik, kembali aku melihat sinar dan lubang di langit. Aku merasa lega dan aku siap untuk masuk ke lubang itu, aku sudah berbuat baik walau terlambat tapi paling tidak aku sudah pernah berbuat untuk  orang lain. Selamat tinggal mama, papa , mas Indra dan Sisi, aku baik-baik saja. Aku menatap langit dan mulai melayang dan  menghilang dari bumi tempatku dulu tinggal.







Sumber gambar : http://websitedada0.wordpress.com/2012/02/26/kesepuluh-pertanyaan-yang-membahas-mengenai-ruh-orang-mati/



















\

6 Menanti Di Dermaga Teluk Bayur

Minggu, 16 November 2014




Aku masih ingat dulu  berdiri di dermaga teluk Bayur, menatap punggungmu berlalu dari pandanganku
Perlahan kau menghilang dari pandanganku,ada yang hilang dari sebagian  hatiku yang telah kau bawa pergi
Saat itu masih pagi embun masih menempel di pepohonan , udara pantai yang dingin menerpa wajahku
Dan kesedihan yang menyeruak dari hatiku seakan menjerit tak kuasa aku tahan lagi terberai oleh kesedihan yang mendalam
Selamat tinggal sayang, aku akan selalu menantimu di sini di dermaga ini dengan tangisan rindu yang mencabik-cabik hati


Kini sudah lima tahun kau tinggalkanku, aku masih setia menunggumu di sini di dermaga teluk Bayur
Hati berselimut rindu akan hadirmu kembali ke pelukanku, menjerit tak berdaya seakan-akan kau telah hilang
Aku menunggumu di sini tapi kau tak kunjung datang, kadang menyentak lamun tentang dirimu, adakah kau masih menyimpan hatimu untukku di sini????
Kini rinduku menghantarkanku kembali ke teluk Bayur tuk menunggumu pulang , di kesenyapan pagi , hanya menanti dalam bisu
Rinduku terlalu melarat tuk kau kenang sampai kau tak mau datang kembali di sini di dermaga , kemana janjimu, aku masih menunggumu di dermaga ini entah sampai kapan......

Cirebon, 17 November 2014
Puisi  imajiansiku tentang seorang yang menunggu kekasihnya pulang di dermaga teluk Bayur-Padang.