2 12 Tsuki-Chu Ni Bara (Mawar Di Bulan Desember)

Rabu, 25 Maret 2015





I’m soglad you made time see me
How’s life?tell me, how’s your family?
I havne’t seen them in a while
You’ve been good , busier than ever
We small talk, work and the weather
Your guard is up and I know why
Because the last time you saw me
Is still burned in the back of yaour mind
You gave me roses , and I left them there to die

            Lagu back to December mengalun merdu. Menyentuh hatiku paling dalam . Capucino hangat yang menemaniku masih terasa hangat di kerongkongan. Masih terdengar suara Taylor Swit mengalun di sela-sela hatiku. Kini semakin aku merasa bersalah. Aku pandangi kafe di tengah kota Osaka ini. Masih seperti dua tahun yang lalu saat aku meninggalkan kota ini. Lagunya Taylor Swift maaihh mengalun, tak terasa butir air mata mulai membasahi pipiku. Cepat kulirik kiri dan kanan takut ada yang memperhatikan. Setelah tahu tak ada yang memperhatikanku, aku mulai menyusut air mataku.  Sedikit isak kembali. Dan aku mulai menunduk saat beberapa mata mulai menoleh padaku. Apakah Arata akan datang menemuiku??? Apakah dia akan memaafkanku??? Aku sudah menyakiti perasaanmya, mungkinkah dia akan datang malam ini??? Entahlah. Sudah satu jam aku menunggunya di kafe ini, Arata belum tampak batang hidungnya. Beberapa kali aku memandangi ponselku, tapi belum ada kabar sedikitpun darinya.  Aku mencoba menenangkan hati resah ini. Kalaupun Arata tak mau datang , aku bisa memakluminya. Aku telah menyakiti perasaanya...
            “Mau tambah lagi?” tanya seorang pelayan padaku. Aku menangguk. Dan tak lama kemudian capucino hangat sudah berada  di atas mejaku.
            “Arigato,” tukasku sambil terus menundukan kepalaku. Pintu kafe terbuka. Aku menatap pria yang begitu aku kenal. Ah, Arata datang juga. Jantungku berdebar cepat , aku mulai tak bisa menguasai diriku lagi. Arata melangkah mendekati kursiku.
            “Ogenkidesuka?”  tanyanya sambil duduk di hadapanku.
            “Chodo bakkin,” tukasku gugup. Arata memesan segelas susu hangat. Dirapatkannya lagi jaket yang menutup tubuhnya. Matanya tajam menatapku.
            “Sore de, anata wa nani o shitaidesu.” Aku menunduk. Diam . tak satupun kata yang mampu aku ucapkan padanya. Gemuruh rasa takut dan penyesalan ada di lubuk hatiku. Maukah dia memaafkanku.
            “Watashi o yurushite.” Arata memandangku tajam. Aku melihat matanya sendu. Aku tahu hatinya terluka.  Aku kembali menunduk, aku tak sangggup melihat matanya. .... Masih mengalun lagu yang membawa kenanganku dua tahun yang lalu.....

            Aku mengenal Arata , pria Jepang dengan kulit yang lebih gelap dibanding pria Jepang lainnya. Arata seorang atlet bastket yang juga berkuliah di Osaka University. Tak sengaja bertemu di perpustakaan saat meminjam buku. Perkenalan yang sederhana . Arata sering mengunjungiku di asrama  Mungkin saat musim semi tiba saat bunga sakura mulai bermekaran, begitu juga cintaku bermekaran. Tawa Arata yang selalu menggema di hati. Saat pertama kalinya Arata menyatakan cintanya di depan pohon sakura yang bermekaran. Begitu indah bagiku.
            “Aishiteimasu,” lengannya memeluk bahuku. Aku mulai menyandarkan kepalaku pada dadanya. Kudengar detak jantungnya bergemuruh keras. Aku menikmati saat-saat itu.
            “Utsukushi sakura,” tukasku sambil menikmatui debaran jantung Akara. Kupejamkan mataku. Indah sekali saat itu. Cinta dua hati. Cinta yang begitu indah boleh mampir . Di sini, di hatiku.  Masa-masa indah yang tak pernah aku lupakan bersama Arata.

            Foto-foto kebersamaanku dengan Arata banyak aku upload di facebook. Sampai suatau saat aku mendapat telepon dari mama.
            “Gimana kuliahmu, Nara?”
            “Baik-baik saja mam.” Mama menanyakan seberapa dekat aku dan Arata. Ah, ternyata mama sudah bisa melihat kedekatanku dari foto-foto yang ku upload.  Saat itu aku hanya terdiam.
            “Nara, dia berbeda denganmu dalam segala hal. Mama ingin kau tahu itu, sulit bagimu untuk bisa bersatu dengannya. “ aku tak banyak bicara, hanya terdengar suara mama yang semakin membuatku pening. Aku terduduk lemas.
            “Nara, kau masih di sana?” tanya mama.
            “Iya mam.” Semua perkataan mama tak lagi aku gubris , aku sudah tahu . Mama tak setuju. Air mataku perlahan turun. Entah tiba-tiba aku merasakan akan kehilangan Arata. Aku takut!!!!!.

            Setiap aku dekat dengan Arata ada rasa sakit di dada. Aku tak pernah memberitahu Arata tentang ketidaksetujuan mama padanya. Aku tak ingin kebersamaan dengannya hilang karena mama. Aku masih ingin selalu bersamanya. Perlahan  mama selalu mendesakku untuk menjauh darinya. Bahkan mama menyuruhku untuk kembali dan meneruskan kuliah di Indonesia saja. Pesan mama yang aku tak mungkin menolaknya. Aku tak mau jadi anak durhaka.Aku pasrah!!!!. Maafkan aku , Arata. Aku harus meninggalkanmu......
            “Aishiteimasu,” begitu kembali Arata ucapkan padaku dengan buket mawar merah diberikan padaku . Di kafe Ohin kembali Arata nyatakan cintanya. Aku tak mampu lagi bertahan. Semua pertahananku hilang. Aku menangis. Arata memandangku heran. Arata menatapku tajam. Masih bersimbah air mata, aku bawa mawar itu dan berlari dari sana. Terus aku langkahkan kakiku , terus berlari menjauh darinya. Selamat tinggal Arata, aku akan selau mencintaimu. Selalu......

            Ternyata sekembalinya aku ke indonesia, aku tak mampu menghilangkan bayang-bayang Arata. Dia selalu datang dalam mimpi-mimpiku. Aku tahu mungkin saat itu Arata marah padaku yang meninggalkanku tanpa sepatah katapun aku keluarkan. Perasaan bersalah selau menghinggapi diriku. Selalu perasaan bersalah itu menghantuiku setiap malam. Malam-malam penuh kerinduan dan malam-malam penuh penyesalan. Membayangkan Arata dengan kemarahannya. Itu membuatku sakit. Aku tak mampu lagi bertahan sampai aku jatuh sakit. Mama menatap sedih. Aku hanya memalingkan wajahku. Aku memang  kehilangan cintaku demi mama. Aku tak mau membangkang. Sampai batas kekuatanku bertahan , aku masih saja merindu padamu Arata. Masih.. Sampai akhirnya mama menyerah. Aku tersenyum. Aku akan datang kembali ke Osaka, untukmu Arata.......

            Aku tersentak kaget  saat Arata berdehem keras. Aku menatapnya dengan mata penuh air mata. Arata masih diam. Masih marahkah dia???? Hatiku terguncang, Arata memilih diam. Aku tahu Arata masih marah tapi semarah itukah padaku???? Apakah cintanya sudah hilang????
           “Anata ga inakute sabishidesu.” Diam lagi. Masih saja lagu itu mengalun lembut. Kenangan Desember tak pernah aku lupakan.Diam-diam aku menangis lagi, aku tahu aku salah. Mungkn Arata tak mau
 memaafkan aku. Aku tahu. Aku harus pergi untuk kedua kalinya
         “Watashioyurushite. Watashi ga ikanakereba naranai,” tukasku sambil berdiri.
          “Oyasumi.” Aku berlalu dari hadapannya. Aku mengharap Arata memanggilku. Sampai pintu aku tak mendengar suara Arata. Selamat jalan cinta. Akan aku kuburkan dalam -dalam cerita cinta ini. Aku tak mau menangis lagi. Aku salah. Aku telah menyakitinya .Aku melangkahkan kakiku cepat-cepat. Udara malam itu dingin, kurapatkan jaketku. Sepi.
             "Nara," teriak Arata dari arah belakang. Aku membalikan tubuhku. Senyum Arata mengembang. Aku tahu Arata sudah memaafkan aku.


 

12Tsuki-Chu Ni Bara = bunga mawar di bulan desember
Arigato = terimakasih
Ogenkidesuka = apa kaabrmu
Chodo bakku =baik-baik saja
Sore de, anata wa nani o shitaideru = jadinya mau apa.
Watashi o yurushite = maafkan aku
Aishiteimasu = aku mencintaimu
Utsukushi sakura = indfahnay sakura
Anata ga inakute sabishidesu =aku rindu padamu
Oyasumi = selamat malam

Sumber gambar mawar : http://www.bunganusantara.com/blog/tag/
rangkaian-bunga-mawar/