0 Cantiknya Jadi Sailor Moon

Jumat, 25 September 2015




 Gambar di sini

            Siang itu walau sinar matahari memancar terik, aku tak patah semangat. Memasuki event Hello Fest di indoor Senayan . Aku suka sekali dengan semua yang berbau Jepang termasuk anime , manga dan film kartunnya. Salah satu yang paling aku ingat adalah sailor moon. Pernah sih berharap suatu waktu bisa jadi sailor moon. Rasanya akan terlihat ciamik dengan menggunakan kostumnya dan membasmi kejahatan. Apalagi saat sailor moon sudah berujar dengan kata-kata “Dengan kekuatan bulan aku akan menghukummu” .Wih serasa banget jadi sailor moon.
            “Fitri,!” terdengar teriakan memanggil namaku. Aku menoleh , terlihat seseorang berpakaian sailor moon datang menghampiriku
            “Fitri?” tanyanya.
            “Iya, kamu siapa?”
            “Kamu gak lihat, ya aku sailor moon.” Aku mengernyitkan dahiku. Gak mungkinlah  ada sailor moon asli.  Ini kan  event yang pasti banyak cosplayer-cosplayer yang memakai kostum anime.
            “Kamu bercanda. Kamu dari komunitas cosplaya mana?” aku balik bertanya. Dia menarik lenganku ke tempat yang tersembunyi. Dia melotot padaku, tampak agak kesal. Tapi aku juga heran mengapa dia harus kesal padaku, harusnya aku yang kesal, dia seenaknya menarik lenganku kemari.
            “Dengar ya, aku ini sailor moon asli bukan cosplayer, mengerti,” tukasnya. Dia menatapku tajam dan tiba-tiba saja aku terpana. Dia memperlihatkan kekuataan bulan yang ia miliki. Aku mengucek-ucek mataku tak percaya.  Masih tak percaya aku cubit pipiku, sakit. Ini bukan mimpi tapi kenyataan.
            “Jadi kamu benar-benar sailor moon?”
            “Masih gak percaya?” tanyanya kesal. Aku menggeleng keras. Sailor moon ternyata minta bantuan aku agar aku menyamar jadi sailor moon, Jadi bertukar tempat. Langsung saja aku setuju dengan keinginannya secara aku memang berharap bisa jadi sailor moon.
            “Tapi kamu harus menghindari penjahat yang mau ambil kristal perak yang aku sembunyikan.” Aku terbelalak kaget. Mengapa aku???  Belum sempat aku protes sailor moon sudah menjentikan tongkatnya . Dan tralala, aku sudah berpakaian sailor moon dan sailor moon sudah menggunakan pakaianku. Aku memutar-mutar tubuhku. Ah, begini rasanya jadi sailoor moon. Sailor moon tampak berlalu dari hadapanku. Saking senangnya aku lupa kalau aku harus menghindari penjahat.

            Aku kembali berjalan sepanjang arena pameran . Banyak sekali atribut-atribut , assesoris berbau Jepang di sini. Tiba-tiba saja aku kaget tampak penjahat  mendekati dan mulai berusaha menangkapku.
            “Kembalikan kristal peraknya padaku!”teriaknya . Aku  menatap tak percaya . Ada penjahat yang mau menangkapku, Aku berlari sekencang mungkin. Aku menoleh ke belakang , penjahat itu mengejarku. Dan saat aku kembali melihat ke depan, aku melihat ada satu penjahat lagi berteriak padaku untuk mengembalikan kristal perak. Aku tak sempat berpikir lagi, aku belok ke arah kiri dan menjauh dari mereka. Tapi kenyataaan yang harus aku hadapi adalah semakin banyak penjahat yang mengejar diriku. Aku sudah kelelahan, nafasku mulai tersengal-sengal. Ah, apa aku pakai kekuatan sailor moon ya, tapi aku bukan sailoor moon??? Tapi apa susahnya mencoba. Aku putar tongkatnya dan aku teriakan mantara-mantranya. Tiba-tiba saja berpendar sinar putih yang merubuhkan semua penjahat tadi. Leganya. Aku tersenyum, aku baru saja jadi sailoor moon sungguhan....
            “Hai Fitri, sudah lama? Idih melamun ya?” tanya Susan menepuk pundakku. Aku tersentak kaget. Saat aku melihat pakaianku, aku masih mempergunakan jeans belelku dan kaos oblong.
            “Ada apa Fit?” tanyanya heran sambil menatapku. Jadi yang tadi itu hanya khayalan atau benaran????? Entahlah!!!!



4 Surat Untuk Tuhan

Sabtu, 19 September 2015




 Gambar di sini

Oh Tuhan, aku buat surat ini untukMu, tapi aku tulis diam-diam saat malam tiba. Entah aku kadang malu pada diriku, tapi aku kuatkan untuk menuliskan surat ini untukMu . Aku bisikan padaMu apa yang ingin aku sampaikan. Aku ingin selalu bisa berdekatan dengan bapak. Aku tahu permintaanku sulit untuk Kau kabulkan. Orang meninggal, bagaimana bisa berdekatan??? Tak mungkin bukan?????  Tapi ada yang selalu menggelitik hatiku, ada rindu pada bapakku. Rindu ingin bertemu....Tapi aku terus menuliskan surat permohonan padaMu, Tuhan. Aku yakin suratku akan berbalas indah..Sehelai kertas putih. Aku mulai menuliskan harapan aku padaMu agar aku bisa berdekatan dengan bapak. Goresan tinta terpatri di kertas putih yang mulai terisi dengan rangkaian harapan dalam bentuk kata-kata indah. Biarlah tulisan ini sampai padaNya untuk dibalas kembali padaku.

            Cerita yang terjalin kadang ada saja konflik yang terjadi. Sungguh waktu itu emosi muda yang menguasaiku, sehingga aku tak pernah memposisikan diriku sebagai bapakku. Tetap anak yang hanya ingin kemauannya dituruti. Itu saja. Tapi waktu berlalu saat aku menjadi orangtua, aku merasakan betapa pedihnya hati saat anak-anak suka berada di sisi yang berbeda dengan kita. Aku sadar , dulu sekali aku juga sering berada di sisi yang berbeda dengan bapak. Ah, inilah rasa penyesalan diriku.Ingin aku kembali ke saat itu. Ingin sekali aku berjumpa dengannya. Aku selau berdoa paadNya untuk bapak di setiap sujud doaku. Ah, ternyata surat-surat untuk Tuhan kadang berbalas juga. Walau bukan seperti hal yang nyata dalam hidup tapi aku bisa bertemu dengan bapak dalam mata hati. Ah, terimakasih Tuhan, suratku berbalas juga....

            Entah dalam mimpi , entah dalam lamunan kadang bapak seperti hadir di sisiku. Ah, betul ya , tak perlu bertatap muka tapi hati ini selalu menyatu dengan hati bapak. Waktu aku mau di operasi , tiba-tiba saja aku melihat bapak dan tersenyum padaku.
            “Kau kan baik-baik saja,” tampak senyum bapak. Ah, itulah semangat yang diberikan bapak saat aku berada di ruang operasi. Aku merasa tenang saat dokter menyatakan kesiapan aku untuk operasi. Bapak telah menenangkan aku. Pernah lagi aku tertidur saat terdengar suara bapak.
            “Itu jas bapak mau dipakai siapa?” tanyanya sambil memandangku.
            “Oh, mau dipakai untuk wisuda cucu bapak,”tukasku
            “Ya, pakailah untuk anakmu. Pasti akan gagah dia .” aku terbangun dan tak aku lihat siapa-siapa. Aku bertemu kembali dengan bapak. Aku tersenyum saat esoknya aku melihat anakku memakai jas bapak, serasa aku melihat sosok bapak di dalam tubuh anakku. Tampak bapak tersenyum padaku.

            Terimakasih Tuhan, surat-surat asaku padaMu terjawab sudah. Banyak hal aku bisa bertemu dengan bapak walau bukan seperti dulu . Kehadirannya selalu ada di sisiku dalam banyak peristiwa.  Senyum bapak, wajah bapak membuatku kembali tersenyum . Ah, makasih Tuhan untuk semua hal yang telah Kau berikan agar aku tetap dekat dengan bapak. Kau membalas surat-suratku dengan hal yang menakjubkan dan tak terduga.Sekali lagi . terimakasih Tuhan . Terimakasih atas balasan surat yang begitu indah dalam hiduku. Kadang tak menyangka saja itu bisa terjadi dalam hidupku. Itu bukan hal yang mustahil bagi Tuhan . Dia yang berkuasa akan manusia dan alam. Ah, rinduku pada bapak selalu terobati dengan munculnya dalam banyak kesempatan-kesempaatn istimewa dalam hidupku.

6 Postcard

Sabtu, 12 September 2015

             
Gambar dari sini 


                Aku memegang postcard yang baru saja aku terima. Entah perasaanku campur aduk. Gembira dan tak menyangka akan mendapatkan postcard sebagus ini. Bukan bagus saja tapi ada tulisan tangan si pengirim, Michael. Apa yang aku nanti-nantikan akhirnya datang juga. Postcard itu bergambar pemandangan saat Michael berada di Jerman. Tulisan tangannya menceritakan sedikit hal yang mengesankan saat ada di sana.
            “Neng, kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya pak pos
            “Eh, gak kok pak,”tukasku cepat . Aku segera masuk sebelum aku malu di hadapan pak pos tadi. Aku jadi ingat masa aku masih sekolah. Aku punya hobi berkirim surat dengan sahabat-sahabat peanku yang berada di luar negeri. Saat-saat menunggu datangnya surat itu adalah hal yang begitu ditunggu dan mempunyai sensasi tersendiri. Kadang kesal saat surat tak kunjung datang. Kadang gembira kalau surat yang aku terima sekaligus banyak. Hal ini dikarenakan aku bersabahat pena dengan beberapa teman di beberapa negara. Dan saat sudah datang suratnya..Aku segera membalasnya dengan banyak cerita yang aku miliki. Sampai aku menghabiskan berlembar-lembar kertas untuk bercerita tentang apa saja. Benar-benar maniak !!!! sampai-sampai mama selalu ngomel kalau aku sudah asyik dengan ceritaku.
            “Kinar, turun, makan,”teriak mama. Apa aku mempedulikannya??? Aku masih saja berkutat dengan cerita yang aku tulis untuk sahabatku. Sampai mama sendiri yang naik ke loteng untuk menyuruhku makan.
            “Astaga, Kinar. Makan !!! dari tadi disuruh turun, malah sibuk ngurus surat-suratmu saja,”tegur mama marah. Terpaksa aku menghentikan menulis cerita, walau nanti setelah makan mungkin aku sudah melupakan apa lagi yang harus aku ceritakan. Semua konsentrasiku buyar gara-gara harus makan.

            Itu dulu waktu aku masih duduk di sekolah menengah pertama dan atas. Hobiku berkirim surat meluntur saat aku mulai kuliah. Kegiatan kuliah yang membuatku lebih tertarik. Sesuatu yang baru aku dapat menghilangkan hobiku menulis surat. Entah kemana semua sahabat-sahabat penaku. Mungkin juga mereka sudah punya kehidupan sendiri-sendiri seperti aku. Sampai suatu kali saat aku mulai giat menulis,aku direkomendasikan oleh seorang teman untuk mngirimkan permintaan dikirimi postcard pada Michael. Michael ini berpergian keliling dunia. Dia suka mengirimkan postcard saat dia berada di suatu tempat yang akan dia kirim pada orang-orang yang mau. Tadinya aku ragu-ragu ,akhirnya aku membuat pesan di inbox facebooknya agar mau mengirimi aku postcard untukku.
            “OK, I”ll you send postcard .” Begitu Michael tulis di pesan yang dikirim ke aku Dia juga menyuruhku untuk mengirimkan alamatku. Aku mulai menunggu sambil aku lihat kemana saja si Michael itu pergi. Tapi postcardnya tak kunjung-kunjung datang. Aku mulai tak sabar. Aku tanyakan pada temanku yang dulu merekomendasikan padaku.
            “Sabar mbak Kinar, karena dia harus banyak mengirim postcard. Yang ingin kan bukan mbak saja,”tukasnya lewat telepon. Benar juga. Aku memang harus sabar.

            Sampai akhirnya aku mendapatkan postcard dari Michael dari Jerman itu. Aku masih saja memegang postcard tersebut. Dibolak-balik, dilihat , tak puas-puasnya. Akhrinya aku mulai mengumpulkan postcard-postcard yang lucu-lucu menjadi hobi baruku. Selain aku masih menunggu postcard dari Michael, aku juga ikut komunitas penyuka postcard. Saling tukar menukar postcard jadi kegiatan yang menyenangkan. Apalagi kalau kita tukaran postcard dengan orang yang tinggal diluar negeri.  Dan yang membahagiakan waktu aku membuat postcard sendiri yang berisi puisiku untuk diikuti suatu lomba. Ternyata aku menjadi pemenang favorit karena postcardku yang unik dan kreatif. Lebih tak menyangka lagi postcardku juga dipamerkan di Jerman oleh penyelengara lomba. Membuat hatiku berbunga-bunga.
            “Neng, ada postcard lagi,”teriak pak pos. Aku bergegas lari keluar. Postcard masih kupegang erat. Kini aku punya hobi baru yang menyenangkan!!!



Postcard yang aku buat sendiri yang akhirnya dipamerkan di Jerman