4 Cinta Yang Sesungguhnya

Jumat, 19 Februari 2016




 Gambar dari sini

Sebentar lagi perayaan imlek. Vihara dekat rumah Kristin sudah mulai berbenah. Lampion-lampion merah dipasang memanjang di atas. Juga ada yang ditaruh di pohon besar tepi gapura masuk vihara. Vihara yang sehari-harinya suram dan jarang dikunjungi jemaahnya, sekarang tampak meriah. Lilin-lilin besar ada di vihara begitu juga hio-hio berjejer dekat altar. Olin sangat suka sekali melihat kemeriahan imlek. Baginya budaya Cina itu sangat mengesankan. Kemeriahannya dan warna –warni yang sangat menarik. Tak salah lagi Olin selalu melihat acara imlek tiap tahunnya. Olin sedang melihat kesibukan orang-orang di dalam vihara.
            “Hai,Olin sedang apa ?” tanya Lia. Olin tersenyum sambil menujuk ke arah vihara. Lia tahu Olin sangat menyukai kemeriahan imlek.
            “Lia, kapan kamu doa di sana?” tanya Olin .
            “Besok pagi dengan seluruh keluargaku. Oh, ya, kamu datang ya setelah aku doa di vihara,”ajak Lia. Olin mengangguk
            “Jangan lupa Kristin juga diajak.” Lia menepuk bahu Olin yang masih terpaku melihat keramaian di vihara. Apalagi ada yang masih latihan barongsai. Olin  kagum dengan kelincahan barongsai, kakinya tak pernah beradu dengan kaki-kaki yang lain dan bisa mengikuti irama musiknya. Mata Olin terpaku melihat ada anak kecil hitam mengintip dari balik vihara. Tampaknya mencurigakan sekali. Olin cepat mendekatinya.
            “Ngapain kamu di sini?” Anak itu kaget tak menyangka akan ada Olin di dekatnya. Anak itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha akan kabur. Tangan Olin cepat mencekal anak itu. Tapi anak itu lebih gesit lagi dan berlari ke arah pasar. Ah, mungkin orang dari kampung tetangga,karena Olin gak pernah melihat anak itu di daerahnya.

Benar saja perayaan imlek begitu meriah. Barongsainya juga sangat menakjubkan. Meliuk-liuk mengikuti irama lagu dan gendang yang terdengar sangat keras sekali.Walau sudah setiap tahun melihat Olin tak pernah bosan.
            “Yuk, kalau sudah ke rumahku. Kita makan dulu,”tegur Lia pada Olin dan Kristin. Mereka berpandangan . Diajak makan bagaiamana Olin dan Kristin akan menolak, apalagi cacing-cacing di perutnya sudah minta jatah. Sesaat Olin melihat anak itu.
            “Lia, siapa anak itu!” tunjuk Olin. Lia dan Kristin mengalihkan pandangan mereka ke arah yang ditunjuk Olin. Merek melihat anak kecil sedang mengintip di balik rumah yang dekat dengan vihara. Olin ingin mendekati dan mengagetkan lagi anak itu tapi dihalangi Kristin.
            “Sudah gak usah. Mungkin anak itu hanya ingin melihat saja,”tukas Kristin.
            “Tapi sangat mencurigakan,” tukas Olin agak kesal. Dirinya curiga dengan tingkah anak itu.
            “Yuk ah, jangan bertengkar . Tuh hampir sampai.” Lia menegur keduanya. Olin tampak senang dengan sajian imlek di atas meja rumah Lia.  Olin mengelus perutnya setelah selesai makan. Agar tak mengantuk Olin meminta bacaan pada Lia.
            “Minta novel dong, aku mau baca biar gak ngantuk,”tukas Olin. Lia menyerahkan novel terbitan Kaifa pada Olin. Olin melihat sampul novelnya dan mulai membaca. Kristin juga tak mau kalah dirinya ingin melihat vidio-vidio dance . Kristin ingin belajar untuk pementasan bulan depan.
            “Li, aku pinjam modemmu  dong.” Lia mengambil  modem smartfren 4G LTE miliknya.
            “Wah, kalau pakai ini pasti lancar jaya.” Kristin mulai mencari-cari vidio dancenya. Mereka bertiga tampak menikmati kegiatannya . Mereka tak tau ada keributan di luar sana.


            “Kak Lia, di vihara ada anak dipukulin sama orang-orang,”tukas Kiki adiknya Lia. Olin terlonjak dan dia langsung teringat dengan anak kecil tadi. Olin langsung berlari ke arah vihara. Olin melihat anak itu sudah babak belur dipukul orang-orang.
            “Kalian apakan anak ini?” Olin membantu anak itu untuk duduk, diperhatikannya apa yang luka. Mukanya lebam dan sekujur tubuhnya juga lebam .
            “Anak itu mencuri uang yang ada di kotak persembahan,” tukas seseorang satpam di sana. Olin mendengarkan apa yang diceritakan oleh orang-orang itu. Olin mengangkat tubuh anak itu . Olin ingin membawa anak itu ke rumah sakit tapi siapa yang membantunya. Kristin dan Lia tiba di sana dan melihat anak yang luka itu.
            “Bawa ke rumah sakit, biar pakai mobilku saja. Kalian tunggu di sini,”Kristin bergegas pergi. Olin dan Lia menatap bocah malang tersebut. Matanya terpejam, tampak air matanya mengalir. Olin mengusapanya kepalanya perlahan.

Anak itu sudah tenang. Tampak dirinya mulai gelisah. Anak itu menatap mereka bertiga. Olin, Krsitin dan Lia.
            “Aaaa uuuu uuuu,” tukasnya dengan tubuh yang gemetar.
            “Mengapa kamu mencuri?” tanya Olin. Anak itu diam saja. Olin memaksannya untuk menjawab, tapi anak itu hanya bersuara aaa uuu saja.
            “Mungkin dia gak bisa bicara kali,”tukas Kristin. Mereka saling berpandangan. Akhirnya dengan bahasa isyarat , anak itu mengerti dan dia minta pulang ke rumahnya. Karena lukanya tak berbahaya, anak itu dibolehkan pulang. Mereka bertiga mengantar anak itu pulang. Olin kaget karena anak itu mengajak mereka ke rumah kardus yang ada di sisi sungai. Saat Kistin masuk ke rumah itu dan terdengar suara jertan kecil.
            “Ada apa Kristin?”  Kristin keluar sambil menutup hidungnya. Olin dan Lia masuk dan melihat seoarng perempuan setengah baya terbaring lemah. Tampaknya sudah mulai sekarat.
            “Ibumu sakit?” tanya Kristin. Anak itu mengangguk dan menghampiri ibunya dan menangis dekat ibunya. Ibunya menatap mereka bertiga. Susah payah dia bicara pada mereka bertiga. Kalau dia terkena kanker, tapi karena taka ada biaya , kankenya sudah menjalar kemana-mana.
            “Tolong ibu bisa? Kalau ada apa-apa sama ibu, tolong jaga Angga. Angga bukan anak ibu . Ibu menemukan Angga di dekat tempat sampah,ada yang membuangnya. Ibu pelihara Angga. Dia tak bisa mendengar sejak kecil.” Suara ibu itu mulai melemah. Dirangkulnya Angga dan matanya menutup. Angga menggoyang-goyangkan tubuh ibunya. Olin memeriksa nadinya.
            “Inallihai rojiun.” Angga menangis di dada ibunya. Mereka bertiga tak mampu bekata- sepatah katapun, hanya air mata ikut menetes perlahan. Berkali-kali Kristin mengusap pipinya. Sunguh malang nasih Angga.

Pemakaman ibu Angga sudah berlalu. Angga dititipkan di panti asuhan dekat rumah Olin. Hampir tiap hari mereka bertiga menengok Angga untuk bermain . Menurut ibu panti tahun depan Angga akan disekolahkan. Sungguh bahagia mendengarnya. Olin mengelus kepala Angga. Angga anak yang tak diharapkan orangtuanya tapi diasuh dengan perempuan yang tulus menyayanginya walau dengan segala keterbatsan. Kini Olin mengharapkan agar Angga akan bahagia di panti ini. Mudah-mudaha Angga bisa jadi anak yang taat beribadah. Tawa riang terdengar di panti asuhan itu.  Angga menaruh harapan banyak di panti ini.....


4 Untuk Kekasih Hatiku

Selasa, 09 Februari 2016


Gambar dari sini 

 
Selamat pagi sayang,
Pagutan pagi kembali membuka hatiku
Untuk selalu menyapa cintamu
Selalu, setiap mentari pagi menyapa
Bermandikan kata-kata cinta yang aku ucapkan
Dalam dinding-dinding hatimu.....

Pilar-pilar nan lembut
Menyentuh sukma , menepis segala keraguanku
Karena aku selalu membaur cintamu
Dalam dekapan pagi yang indah
Mengekalkan cinta kita berdua
Selalu berpelukan dalam cinta abadi

Ah, irama waktu berlalu
Setelah rambut mulai sedikit memutih
Tapi aku tahu engkau tetap resonansi indahku
Menggoreskan segala tinta
Yang kutuliskan dalam bentuk puisi cinta
Untukmu kekasihku.....

Setiap aku mengeja namamu
Aku menemukan mata cintamu untukku
Peluklah aku sayang bersama cintamu
Selamanya dengan dedoa yang tercipta
Dalam tautan rindu untuk bersama
Sampai pemilik langit menjemput

Terimakasih untuk cintamu sayang
Selalu mencipta rinai berbianglala indah
Berbenih bahagia merajut cerita cinta
Yang akan aku tuliskan selama hidupku
Dan menyematkan namamu dalam dadaku
Tuk selamanya ......

Cirebon, 10 Februari 2016
 

10 Rindu Nyanyian Katak

Senin, 01 Februari 2016




 Gambar dari sini

Rindu ini sampai melumatkan hati
Saat kuingin mendengarkan lagi nyanyianmu di sepanjang malam
Menemaniku tidur di malam-malam yang sunyi
Mengecap kata cinta yang menelungsup sampai ke lubuk hati
Kini suara nyanyian mu tak terdengar lagi....

Berpeluk gelisah saat menjelang malam
Hanya ingin kudengar suara nyanyianmu
Pagutan malam terasa sunyi tanpa irama lagu yang kau nyanyikan
Kini hanya sunyi yang menemaniku
Sampai ku lelah menunggumu tuk menyanyi

Aku rindu suaramu..
Kau telah tersingkir karena sawah-sawah mulai menghilang
Berharap pinta kau tak pergi
Nyanyikan dulu satu lagu untukku
Agar aku tak kesepian

Ingin kau datang tuk melunasi rinduku
Tapi sawah-sawah sudah berganti dengan gedung
Kau pasti tak akan datang lagi
Hanya sedih yang membalut hatiku
Menunggumu pulang mengetuk pintu hatiku

Cirebon, 2 Februari 2016

http://www.menolaklupa.web.id/2016/01/giveaway-puisikan-rindumu.html?showComment=1454359769658#c8904818143733890422