2 Princess Mayla

Rabu, 25 Januari 2017




 Gambar dari sini

“Haruskah?” tanyaku . Aku menatap mama dengan bingung, ada apa ini, ternyata hidupku terlalu rumit untuk aku jalani. Hampir semua temanku menginginkan hidup seperti aku. Menurut mereka aku orang yang paling beruntung, dengan kekayaan papa,semua kebutuhan aku sudah terpenuhi, mau beli apa saja tinggal gesek kartu.
            “Enak sekali hidupmu Mayla, apa lagi yang kurang tak ada,” Sasha mengatakan itu hampir berkali-kali dan bukan Sasha saja , hampir setiap teman perempuanku selalu mengatakan hidupku enak.
            “Sudah cantik, tajir, pintar lagi, wah komplit sudah,” tukas Lala. Mereka semua tidak tahu, kalau aku sangat iri terhadap kehidupan teman-temanku. Aku hidup seperti ada dalam sangkar burung emas, yang tak boleh sembarangan keluar harus ada yang menjaganya. Aku begitu dilindungi seperti pualam yang tak boleh tergores sedikitpun. Sungguh itu membuatku muak dan ingin aku bebas seperti burung yang bisa terbang tinggi dan pergi kemana saja yang dia suka, sedangkan aku????. Kemanapun aku pergi pak Parto selalu harus mengikutiku, tak boleh sedikitpun lengah, aku seperti dimata-matai terus setiap hari bahkan sampai aku sudah duduk di bangku kuliah pak Paro selalu setia menemaniku dan melaporkan segala kejadian setiap harinya pada mama. Aku tak pernah merasakan masa-masa remaja seperti yang lain, bermain, bercanda , berpergian bersama, pacaran atau sekedar minum-minum bersama teman di kafe. Kalau aku maupun harus ada pak Parto yang mengantarkanku. Begini dibilang enak??? Mereka belum tahu saja, betapa aku menginginkan sedikit kebebesan seperti kalian , bisa brepergian tanpa dikawal, bisa pacaran, bisa menikmati masa-masa remaja dengan sukacita. Kadang aku hanya mengeluh pada diaryku yang selalu setia menerima segala curahan hatiku, kadang sering aku menangis , mengapa aku tak punya kehidupan seperti remaja-remaja lainnya yang bisa menikamtai dengan sukacita. Nasibku menjadi anak pengusaha terkenal clan Joyokusumo, membawa nama Joyokusumo saja bagiku sungguh berat, semua cenderung memperhatikan aku bukan karena diriku tapi karena aku anaknya Joyokusomo, anak pengusaha. Nilaiku bagus ,itu semua karena usahaku tapi banyak orang yang bilang , papa akan menyogok agar nilaiku bagus. Sungguh menyebalkan sekali menjadi anak seorang pengusaha terkenal.!!!!!!


            Kini aku haru menerima lagi kalau aku sudah dijodohkan dengan anak teman papa , yang katanya juga seorang pengusaha. Malang dan rumitnya hidupku, padahal baru saja aku tertarik dengan Firman, mahasiswa di jurusan informatika yang mulai aku suka, apalagi Firman juga rajin menyapaku saat di kampus. Kini aku harus menghilangkan segala pikiran tentang Firman dan harus memikirkan pria yang bernama Priyo. Astaga, masih adakah cerita Siti Nurbaya jaman sekarang????
            “Bagaimana aku bisa mencintaimya , mah. Aku ingin punya suami yang aku cintai, bukan dijodohkan,” aku mulai mengeluh pada mama. Mama sedikit tertunduk dan mulai menghiburku.
            “Ini sudah keputusan papa, nak. “ Semua keputusan papa,apa papa gak pernah belajar tentang demokrasi, papa terlalu mengatur hidupku, aku ingin bisa bebas mengatur hidupku , bukan seperti sekarang.
            “Makanya kamu kenalan dulu dengan mas Priyo, menurut mama, orangnya baik dan tampak pendiam dan santun kok, “ ada sedikit pujian untuknya, aku menatap mata mama. Tapi tetap saja dijodohkan , hanya agar perusahaan papa semakin kuat jika bisa bersenergis dengan perusahaannya pak Wahyudi , ayah mas Priyo. Semua karena bisnis semata, jadi aku dinikahkan juga demi bisnis!!!!! Semua karena bisnis, aku menjadi korban dan hanya kepada diaryku aku mengeluh , hidupku rumit sekali untuk kujalani. Semua temanku salah akan hidupku.!!!!!

            Kuliah kerja nyata sudah tiba, aku mendapatkan tempat di desa Ciherang Cipanas Puncak. Aku hanya bisa menghela nafas saat mama menyuruh pak Parto untuk tinggal di sana juga untuk mengawasiku.
            “Mam, ini berlebihan aku malu dengan teman-temanku, “aku mulai merajuk pada mama, tapi mama tak bergeming sama sekali. Apa kata dunia, aduh hidup seperti putri bagiku menyulitkan dan begitu membuatku tak bisa bergerak sedikitpun.
            “Mayla, kamu bawa supir juga ke desa?” tanya Lala keheranan. Aku hanya mengangguk lemah dan kali ini aku hanya bisa membuat tampang cemberut.
            “Habis gimana lagi , aku sudah menolaknya, ini hidupku, katanya kamu mau sepertiku?” Lala langsung menggelengkan kepalanya cepat, aku tertawa geli melihatnya, tak ada satupun yang mau menukar hidupnya dengan hidupku yang ada dalam sangkar emas. Masuk ke desa, aku melihat begitu damai di sana, sawah,-sawah yang membentangg luas , hijau terhampar di bawah sinar mentari. Ladang-ladang jagung yang melambai dan anak-anak kecil yang berlarian , tampak jelas saat aku memasuki desa Ciherang ini. Tampak dari kejauhan gunung Gede berdiri tegak, gagah.
            “Pak, nanti kalau di sana, bapak jalan-jalan sendiri saja ya, jangan sekali-kali mengikuti aku, aku baik-baik saja,” aku menoleh pada pak Parto yang masih sibuk menyetir karena sekarang sudah memasuki jalan desa yang penuh kerikil. Aku menjawil lengannya, pak Parto menoleh padaku dan tersenyum.
            “Baik, non,” aku tersenyum padanya , tanda aku berterimakasih padanya ,mau tak mengikuti aku terus menerus.
            “Kalau mama, tanya katakan saja aku baik- baik ya.” Pak Parto tertawa keras, akhirnya aku mau tak mau juga ikut tertawa. Suasana dan kehidupan desa membuatku punya nuansa lain selain rumahku, aku merasakan kehidupan yang sederhana di desa dengan orang-orang yang sangat ramah dan saling menyapa satu sama lain, beda dengan di kota Jakarta. Mereka bahagia dengan apa yang mereka punya, hidup mereka tak pernah neko-neko, semua berjalan dengan semsetinya dan menggantungkan pada alam dan selalu bersyukur pada Ilahi.

            Semakin hari kehidupan di desa membuatku tertarik , kehidupan yang sederhana membuatku takjub, apalagi ada seorang pemuda yang punya daya tarik tersendiri bagiku. Farhan . Farhan banyak membantu masarakat pendesaan di bidang pertanian dan peternakan, banyak sumbangsihnya yang sudah diterima masarakat setempat. Baik pelatihan, maupun modal usaha untuk mengembangakan pertanian terpadu. Bahkan Farhan juga memiliki usaha peternakan sapi perah , budidaya jamur dan sayur-sayuran organik lainya untuk dipasok untuk supermarket di Jakarta. Aku semakin  kagum dengannya , dia yang lulusan dari Austarlia, mau repot-repot bekerja di desa  dan membantu masarakat. Tawa renyahnya selalu seperti musik yang lembut di telingaku , seperti menderaku dengan  buaian yang membuatku selalu memimpikannya pada malam hari. Semua tentangnya membuatku semakin terpaku pada hatinya.
            “Lihat Mayla, ini jamur hasil pengembanganku,” Farhan menerangkan semua tanaman di kebun luasnya, dan aku menikmati saat-saat aku bisa berdua dengannya . Kadang aku begitu gugup apalagi saat Farhan menatap mataku. Oh, aku putri Mayla , baru pertama kali aku merasakan debar-debar yang aneh saat berduaan dengan pria. Angin gunung kadang meniupkan rambutku , kadang aku terusik dengan rambutku yang seringkali menutupi wajahku.
            “Ikat rambutmu,” Farhan menyodorkan karet gelang padaku, aku menguncir rambutku satu ke belakang, sehingga angin tak akan membuat rambutku terbang. 

            “Kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih,”tukas Sasha melirik aku, aku pura-pura tak tahu.
            “Sepertinya Farhan juga suka sama kau Mayla,”tukas Lala. Mereka semau tertawa lepas, aku hanya tersipu malu, tampak seperti remaja yang baru jatuh cinta dan masih malu-malu.
            “Apa aku pantas untuk jatuh cinta?” tanyaku gamang. Sasha dan Lala menatapku heran. Aku menceritakan pada mereka kalau aku sudah dijodohkan dengan anak teman papa yang juga pengusaha hanya untuk kepentingan bisnis semata.  Tiba-tiba aku jadi  murung, cinta yang sudah tumbuh harus padam kembali kalau aku dihadapkan akan perjodohanku. Sasha dan Lala saling melirik dan menatap iba padaku.
            “Nah, masih mau seperti aku?” Sasha dan Lala serentak menggelengkan kepalanya sermpak, aku tertawa lebar, sekarang mereka mengerti betapa sedihnya hidupku. Entah mengapa magnet Farhan begitu kuat, aku selalu meyakinkan diri untuk tidak pergi ke kebunnya Farhan, tapi langkahku selalu berakhir di sana.Pertemuan dengan Farhan selalu membuat hatiku bahagia berada dekatnya membuatku merasa nyaman . Belum pernah sekalipun aku merasakan betapa nyaman hatiku berada di dekatnya.
            “Kok, melamun?” tanya Farhan yang sedari tadi memperhatikan aku yang masih saja duduk di tepi balong, Farhan duduk di sisiku. Tangannya sibuk melemparkan pelet makanan untuk ikan . Aku mengangkat bahuku, hanya hening di antara suara angin yang meniup perlahan, Farhan memalingkan wajahnya padaku dan menatapku begitu lama, membuatku jengah dan memalingkan wajahku ke tempat yang lain.
            “Kamu di sini enak ya Farhan, kau dibebaskan untuk melakukan apa yang kau mau. Hidupku seperti putri yang harus dilindungi dan diawasi terus menerus, aku seperti tak bisa bergerak sedikitpun karena pengawalku akan mengawasiku.Ingin aku seperti burung di atas yang bisa terbang kemanapun dia mau, tidak seperti aku yang terkurung dalam sangkar emas.” Aku mulai mengeluh padanya, aku sendiri tak mengerti mengapa aku begitu terbuka padanya padahal aku baru mengenalnya Farhan hanya terdiam sejenak dan lengannya merangkul bahuku, ada kehangatan menjelar di tubuhku, tak sadar aku mulai merapat pada tubuhnya.
            “Duh ,pacaran saja Mayla, awas aku laporin sama ibumu loh,” ancam Lala yang sudah berada di belakangku bersama Sasha yang sedikit menggodaku dengan kedipan matanya. Siang itu kami bertiga diajak makan  ikan goreng dengan sambal lalap.Nikmatnya dimakan di atas saung di areal persawahan.

            Aku tak mampu menghindar dari cinta, ternyata sulit untuk melepaskan dari belenggu cinta.Dulu aku sering mencibir saat beberapa temanku mengaku sulit untuk melepaskan cinta mereka.Sekarang aku merasakan diriku sendiri mengalami hal yang dulu aku cibir. Sudah sebulan lebih aku tinggal di desa banyak menumbuhkan benih cinta, semakin aku ingin menjauh cinta itu selalu datang dan tak mau enyah dari hatiku.
            “Aku harus gimana La?” tanyaku putus asa, aku tak sanggup melepaskan cinta yang mulai tumbuh bermekaran di ruang hatiku.
            “Hidupmu rumit ,Mayla,” Sasha memejamkan matanya  dan dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku berusaha sekuat tenaga agar air mata yang sudah berkumpul di pelupuk mata yang siap jatuh, aku kembali mnegerjap-ngerjapkan mataku, tapi tak urung akhirnya air mataku harus jatuh juga.
            “Jangan menangis ,Mayla,” hibur Sasha, dia merangkulku, aku tersedu-sedu dalam tangisku yang panjang.
            “Aku harus menjauh darinya,” aku berkata seakan-akan akan mudah bagiku untuk menjauh darinya, aku termenung begitu lama dan aku akan merasakan malam-malamku akan semakin panjang .
           

            Lain di mulut lain di hati, bukannya aku menjauh tapi aku semakin merasakan keinginan untuk menghadirkan Farhan dalam hatiku, aku tak mampu melepaskan bayang-bayang wajahnya dalam mimpi-mimpiku di malam hari. Farhan selalu ada dalam pikiranku sepanjang hari, membuatku seperti orang yang sedang mabuk , ini mabuk asmara. Tinggal dua minggu lagi aku tinggal di desa ini, tak mau aku menghilangkan kesempatan aku untuk bisa bersama dengannya, apa aku egois padanya??? Karena setelah ini , aku harus melepaskan cintaku padanya. Berjalan bersisian, Farhan mulai mengambil tanganku dan dia genggam kuat, aku terdiam kali ini dengan perasaan yang berkecamuk.Maafkan aku, Farhan, mungkin pertemuan aku denganmu hanya di sini, apa aku egois terhadapmu???? Untuk apa aku membuka hatiku untukmu kalau aku tak mungkin bersamamu, aduh maafkan hatiku ini yang tak bisa menolak panah asmara yang telah kau tancapkan di hatiku.
            “May., apakah aku masih bisa berharap akan hatimu?” tanyanya sambil langkah-langkah kecil kita terus melaju bersisian.
            “Entahlah Far, aku takut semua hilang seperti debu yang tertiup angin,” aku merapat pada tubuhnya , kembali aku berada dekat sekali dengannya. Banyak cerita yang bergulir saat itu, ada rasa sakit yang menggelitik hatiku saat aku ceritakan tentang hidupku. Kulihat Farhan terdiam lama .
“Maafkan aku Farhan, aku menyakiti hatimu, tapi kau harus tahu juga aku lebih sakit , aku tak mau kehilanganmu,” aku mulai menangis dalam pelukannya.
“Aku mengerti Mayla, aku tahu ,” Farhan memelukku erat seakan tak mau melepaskan aku pergi dari sini, aku tak sanggup lagi. Ini kali pertama aku merasakan cinta dan ini terakhir kalinya aku menutup cintaku. Pertama dan terakhir dalam satu kisah yang pilu.  Saat-saat perpisahan yang tinggal menunggu detik demi detik, saat semua peserta kuliah kerja nyata sudah siap untuk berangkat kembali ke Jakarta, aku masih sibuk dengan air mataku.
“Sudah Mayla, jangan menangis,” hibur Lala . Aku menyuruh Lala dan Sasha naik mobilku untuk menemaniku. Kupandang desa Ciherang yang semakin jauh dari pandangan mataku dan cintaku tertinggal di sana, cinta pertama dan terakhir yang ditutup dengan air mata.Kembali pada kenyataan , bahwa aku seorang putri yang sudah disiapkan seorang pangeran oleh kelaurgaku, itu takdirku!!!!

Ternyata tidak mudah untuk melupakan apa yang sudah dipupuk dalam waktu hampir tiga bulan , masih bermimpi bisa bertemu dengan Farhan. Sungguh mimpi yang konyol, aku harus melupakannya. Menyibukan diri pada kuliah , itupun tidak serta merta bisa menghapuskan Farhan dari pikiranku. Farhan selalu memenuhi semua sel-sel otakku, begitu kuat memori yang tertanam dalam otakku, sehingga setiap saat yang muncul adalah Farhan.
“Sasha, aku harus bagaimana, Farhan selalu muncul dalam pikiranku. Sesibuk apapun dia selalu muncul dalam memoriku,” aku mengeluh pada kedua sahabatku.
“Apa, kamu belum dikenalkan sama pangeranmu?” Aku menggelengkan kepalaku, tapi menurut mama sih orangnya baik dan sopan. Lala menatapku iba, dan hanya pelukannya yang selalu menguatkan aku.
“Terimakasih , sudah mau menampung keluh kesahku,”aku mencoba tersenyum dalam kepahitan yang aku rasakan. Apalagi mama, sudah mulai merencanakan untuk mengenalkanku dengan pangeranku. Ingin aku menolak semua perjodohan konyol ini, tapi apa aku punya kekuatan untuk itu. Melanggar perintah mama dan papa??? Aku tak punya keberanian untuk melawan mereka, aku terlalu takut!!!!! Kalau saja aku punya keberanian,aku ingin kembali ke desa Ciherang untuk kembali bertemu dengan Farhan. Apakah Farhan juga mengingatku????? Ponselku berbunyi, cepat kuangkat setelah tahu Farhan yang menelponku. Aku begitu girang saat aku tahu Farhan menghubungiku. Begitu banyak cerita dan kerinduan yang aku ungkapkan padanya, begitu juga Farhan menyatakan rindunya  padaku.
“Apa? Jadi kamu juga sudah dijodohkan dengan anak teman bapakmu?” aku ternganga sebentar sebelum aku tersadar .
“Mungkin kita tak berjodoh?” tanyaku padanya, aku mendengar desahan nafasnya.Aku tak rela Farhan akan berjodoh dengan wanita lain, wanita itu seharusnya aku yang begutu mencintainya. Ponselku kututup , perasan gamang sudah pasti akan selalu menemani hari-hariku selanjutnya. Kini sudah pupus harapan aku memiliki Farhan, dia sudah milik orang lain.

Hari-hariku semakin menyedihkan kala hati ini tak mampu menghilangkan Farhan dalam pikiranku. Aku sibukkan semua hariku dengan menyelesaikan skripsiku, mungkin dengan aku sibuk, paling tidak aku bisa menghilangkan sedikit saja mimpi-mimpi tentang Farhan.
“Jangan terlalu diforsir May, nanti kamu sakit,” tegur Sasha.
“Biar saja, Sasha, aku ingin melupakan Farhan dengan menyibukan diri,” aku kembali mengetik di perpustakaan kampus. Sasha memandangku dengan sedih.
“Kamu baik-baik saja kan?” Sasha balik bertanya padaku.
“Tenang saja, aku baik-baik saja kok,” aku tersenyum kecut padanya. Mungkin aku terlihat baik-baik saja, tapi hatiku hancur lebur. Sungguh usahaku untuk menyibukan diri  ada hasilnya juga skripsiku sudah rampung dan tinggal menunggu sidang.
“May, kamu benar sudah selesai skripsimu?” tanya papa, aku mengangguk.Saat itu aku, papa dan mama sedang santai di belakang rumah yang menghadap kolam renang. Secangkir teh hangat dan kue bikinan mama selalu menemani sore-sore hari .
“Nah, karena kamu sudah selesai skripsimu, papa akan mengenalkanmu dengan anak reman papa yang akan menjadi pendampingmu kelak,” aku tethenyak  sesaat, wajahku memucat dan aku melirik mama yang terlihat pura-pura tak memperhatikanku.
“Emangnya harus ya pa?” tanyaku takut-takut.
“May, kau tak perlu takut, papa tak mungkin menjerumuskanmu , ini juga untuk kebaikanmu.Priyo, pria yang sederhana, bertanggung jawab, sopan, papa yakin , kamu suka dengannya,” papa melirikku dengan senyumnya. Senyumnya itu seperti tanda aku tak mungkin menolak perintahnya.
“Nah, mama, mungkin minggu depan, buat pertemuan dengan keluarga pak Wahyudi untuk membicarakan pernikahan anak-anak kita.” Aku lebih banyak diam mendengarkan semua perkataan papa, tak mungkin aku berani menolaknya, aku sudah terbiasa ada dalam sangkar emas yang sudah  dibuatkan oleh kedua orangtuakau, apa aku mampu melepaskan diriku dari sangkar emas ini????? Kepalaku mulai pusing , aku berpamitan pada papa dan mama.
“Aku ke kamar dulu, kepalaku agak puisng,” aku tak menghiraukan pandangan heran papa dan mama. Segera kurebahkan tubuhku di tempat tidurku .Selamat tinggal Farhan, selamat tinggal cinta pertamaku.

Malam ini aku sudah berdandan rapi, dengan dres warna biru tanpa lengan. Aku mematut diriku di depan cermin. Inikah putri Mayla yang akan bertemu dengan pangerannya????
“Sudah siap May, tamu sudah datang,” mama mengajakku ke ruang tamu. Ada sedikit rasa berdebar di hati , ingin aku tahu segagah Farhankah??? Atau sebaik Farhankah???atau bisa memberiku rasa nyaman seperti Farhan???? Aku hanya menanti pertemuan ini yang akan mengubah hidupku kelak, akan bahagia atau duka???
“Nah, ini anak kami, Mayla,” saat aku mendongak aku begitu terkejut saat aku melihat Farhan ada di depanku.
“Farhan?”
“Namaku, Farhan Priyo Putra Wahyudi,” Farhan menyalamiku dan menatapku lembut, aku tertunduk malu, ada kelegaan di hatiku ternyata pangeranku adalah cinta pertamaku.
“Namaku Mayla Carla Joyokusumo,” aku menyebut nama lengkapku.  Astaga diluar dugaanku karena aku ternyata berjodoh dengan Priyo yang tak lain Farhan. Farhan diberitahu akan jodohnya oleh orangtuanya adalah Carla , namaku juga. Rasanya  perjodohan yang dulu amat kubenci  sekarang justru membuat hatiku berbunga-bunga, aku memandang papa dan mama dengan rasa terimakasih telah memberikan aku jodoh terbaik buatku. Benar kata papa, kalau papa mau aku bahagia dengan pilihannya.Kini semua begitu nyata di hadapanku.Takdir mempertemukan aku putri Mayla dengan pangeran Farhan dalam perjodohan. Jadi mengapa jadi takut dengan perjodohan, lihat aku sekarang Putri Mayla bahagia dengan perjodohannya.

2 Kehilangan Berujung Duka

Rabu, 18 Januari 2017



Judul Novel  : Senandika Prisma
Pengarang     : Aditia yudis
Penerbit         : PT Falcon
Tahun Terbit  : 2016
Ukuran           :13x20 cm,212 hal

Prisma tidak menyangka kalau hari itu dia harus mengalami peristiwa yang kelak membuat dirinya tak bisa mengampuni dirinya sendiri apalagi orang lain. Rory hilang saat bersamanya. Hanya sekian detik saat dia kembali lagi ke butik karena dipanggil pegawai butik untuk menerima bingkisan dari Ian. Tapi semenjak itu dia tak melihat lagi Rory. Sungguh Prisma merasa sangat bersalah . Rory yang akan menjadi anaknya kelak saat pernikahan dengan Ian ayah Rory. Tapi sebelum hal itu terjadi Rory menghilang. Prisma tahu dia salah. Apapun yang dia lakukan dia merasa semua orang menyalahkan dirinya. Padahal Prisma tahu Rory sudah bisa menerima dirinya untuk menjadi ibu penggantinya. Bahkan ketika Rory menyebut dirinya mama, perasaan Prisma begitu terharu dan membuat dirinya yakin untuk menikah dengan Ian.

Ian tahu kehilangan Rory membuatnya begitu sedih. Kehilangan istrinya dulu membuatnya begitu sedih. Saat dia bisa menghapus kehilangan dengan datangnay Prisma, dia harus kehilangan Rory anaknya yang begitu ia sayangi. Ian tak menyalahkan Prisma . Ian tahu Prisma tak mungkin sengaja menghilangkan Rory karena Prisma begitu menyayangi Rory. Semenjak istrinya meninggal, Ian selalu mengisi hari-harinya bersama dengan Rory. Tapi semenjak Prisma hadir di antara mereka berdua hari-harinya begitu membahagiakan. Ada suatu harapan untuk bisa membentuk keluarga utuh kembali. Tapi itu menjadi sirna setelah Rory menghilang . Ian merasa sebagian jiwanya hilang. Dia tak bisa menuduh Prisma dan tak pernah menyalahkan. Pisama bukan sengaja menghilangkan Rory walau saat itu Prisma yang bersama Rory.Pertemuan Prisma dan Ian tak sengaja saat Ian menyewakan rumahnya di Blue Valley . Ian terpaksa menyewakan rumahnya karena dia tak mau kenangan bersama Rosalin akan membayangi hidupnya.  Tapi justru pertemuan dengan Prisma membuatnya jatuh cinta denganya. Bahkan Rory cepat dekat dengan Prisma.

Pencarian terhadap Rory dimulai. Polisi juga membantu setelah laporan kehilangan Rory masuk ke kantor polisi. Tapi hari demi hari hasilnay nihil. Dan itu membuat dada Prisma sesak dan merasa bersalah. Bahkan ibunya Prisma, Ratna memanggil paranormal untuk membantu mencari Rory. Ian akhirnya menuduh Nico kakaknya sendiri yang Ian tahu berada di kota ini dari Saddam sepupunya. Dia tahu Nico mungkin yang menculik Rory karena mau membalas dendam terhadap dirinya, tapi itu tak terbukti. Nico malah berusaha membantu mencarikan Rory walau Ian tak mememperdulikannya. Sampai Nico tahu dalang dari semuanya ini tapi Ian tak percaya lagi , Nico hanya  bilang kalau yang mencuri Rory adalah orang yang terdekat dari mereka. Sampai akhirnya Dewi ibu dari Roselin menuduh keras Prisma kalau dia tak bisa menjaga Rory dan sempat Ian juga menuduhnya demikian karena pikiran yang kalut sehingga tuduhan itu keluar dari mulutnya. Itulah yang membuat pertengkaran hebat antara Ian dan Prisma. Pertengkaran itu bisa diredakan walau akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah agar tak terjadi lagi pertengkaran yang akan menyakiti satu sama lain.Pernikahan mereka dibatalkan.

Cerita yang terjadi di sini sulit untuk dicerna, pembaca harus benar-benar membaca agar mengerti alur ceritanya. Perlu perlahan membacanya.Alur cerita yang menceritakan bagaimana Nico harus melunasi hutangnya dengan bekerjasama dengan Dewi yang mengambil Rory  untuk diasuhnya. Dewi tak percaya Prisma bisa menggantikan Roselin sebagai ibunya. Dan itu membuat Dewi terpaksa membawa Rory untuk dirawatnya . Itu terjadi secara tak sengaja karena Ian tak mau mendengarkan penjelasan Nico kalau Nico tahu dimana keberadaaan Rory. Saat Nico bertemu dengan Dewi mereka membuat perjanjian yang saling menguntungkan mereka berdua.Dan itu tak tertulis dengan jelas dalam novel sehingga pembaca perlu mencermati dengan lebih baik. Tapi dengan ketidakjelaasan ini membuat perpisahan Ian dan Prisma yang sebenarnay tak perlu terjadi kalau saja Ian percaya dengan Nico . 

 Gambar dari sini
 





7 Jodoh Itu Nyata

Rabu, 11 Januari 2017



Judul Novel  : Lara Miya
Pengarang     : Erlin Natawiria
Penerbit         : PT Falcon
Tahun Terbit  : 2016
Ukuran           :13x20 cm,234 hal

Miya berangkat kerja keluar kota dalam keadaan marah pada ibunya. Ibunya menyuruh untuk mencari pekerjaan lain agar bisa berkumpul dengan keluarganya. Tapi Miya beranggap dia sudah bisa membantu biaya pengobatan ayahnya dan untuk mencari pekerjaan lain tentu butuh waktu . Miya belum merencanakan untuk keluar dari pekrejaaan sebagai social media officer di sebuah agensi digital. Justru kepergian dirinya itu adalah terakhir kalinya dia bertemu dengan orangtuanya. Kebakaran rumahnya membuat kedua orangtuanya meninggal.  Kesedihan yang begitu mendalam ditambah lagi Miya harus tinggal dengan kakak ibunya uak Amaya di perumahan Blue Valley. Amaya begitu strik dalam membuat aturan bagi dirinya. Itu membuat Miya semakin terpuruk . Rasa kehilangan begitu terasa di hatinya. Malam-malam yang sepi semakin membuat rasa rindu pada kedua orangtuanya Sampai akhrinya Miya harus menajdi pengangguran karena agensi digitalnya sudah mengalami banyak kemunduran usaha.

Ini kehilangan kedua setelah kematian Indra suaminya. Mutia, adiknya yang begitu dia cintai, berpulang mendahulinya. Dan Amaya harus mengajak Miya anak Mutia untuk tinggal bersamanya. Amaya tahu dia harus mewujudkan impian Mutia . Mutia beerceriat padanya kalau dia ingin bisa melihat Miya berubah sikap yang suka seenaknya dan menikah. Itu harapan Mutia untuk Miya. Dan Amaya tahu dia akan mendapatkan banyak penolakan dari Miya untuk misinya .Dan memang kenyataan yang harus dihadapi Amaya terhadap tingkah laku Miya membuatnya kadang hampir patah semangat. Sampai suatu saat Amiya punya rencana tersendiri agar misinya tercapai. Salah satunya menerima Miya di tempat usahanya suatu wedding organise dan menjodohkan Miya dengan karyawan yang Amaya percaya padanya. Untuk ituk Amaya harus bergerak perlahan agar tak sampai ketahuan.

Miya berkerja di bidang yang sama dengan pekerjaan dulu sehingga dia tak mengalami banyak kesulitan . Apalagi Raeka siap membantu dirinya. Orang kepercayaan Amaya. Raeka begitu baik terhadap Miya. Diam-diam dalam diri Miya ada perasaan yang membuat dirinya nyaman jika berada di dekat Raeka. Kedekatan Miya dan Raeka juga tak luput dari pengamatan Amaya. Itu membuat Armaya terbuu-buru untuk mewujudkan rencana besarnya. Menjodohkan Miya dengan Raeka. Tak disangka Miya begitu marah saat tahu dia dijodohkan dengan Raeka oleh Uaknya. Miya kabur dari rumah Amaya. Dan di saat bersamaan terjadi masalah di kantor Amaya karena ulah kliennya . Dan Amaya harus terbaring di rumah sakit karena serangan jantung. 

Cerita ini menarik karena banyak konflik yang terjadi. Antara Amaya dan Miya. Konflik terjadi karena masing-masing belum bisa saling memahami. Miya yang masih merasa kehilangan orang tuanya . Masih belum mau menerima uaknya dengan segala aturan yang membuatnya tak bisa sebebas dahulu. Konflik antara Miya dengan teman sekantornya yang tak menyukai kalau Miya dekat dengan Raeka. Dan saat Miya tahu kalau dia dijodohkan oleh uaknya dengan Raeka. Tapi justru konflik ini membuat cerita menarik. Penyelesaian konflik yang alami tak dipaksakan membuat cerita mengalir begitu rupa sehingga konflik menjadi suatu yang menarik.Sampai akhirnya Miya menerima Raeka begitu menarik tanpa perlu banyak kata-kata yang terucap


Gambar dari sini