4 Dalam Sujudku

Kamis, 25 Mei 2017


 Gambar dari sini


Segelintir rasa perih terjalin dalam  hati rapuh
Tergambar nyata dalam perbuatan
Serupa hembusan angin
Seperti mendengung heningnya pagi
Dari ucapan Allahu Akbar.

Sesungging rasa menerpa kalbu
Kala hati berpadu jiwa tunduk di hadapanku
Menjamu cinta abadi bersamaMu
Dalam rindu yang merajam
Untuk menyatu bersama JiwaMu

Kini dalam sujudku
Hanya pinta meluah rasa
Jika aku bisa membalikkan waktu
Ingin kubersihkan masa laluku
Perih dengan ego yang selalu meraja
Kurendahkan hatiku di hadapanMu

Dalam sujudku
Hanya satu yang kupinta padaMu
Jadikanlah hambamu berpijak dalam tikam kebenaran
Menjadi manusia baru
 Untuk merayu kebaikan sampai keabadian kelak

Cirebon, 26 Mei 2017
Saat-saat sujud dalam solat


6 Akal-Akalan

Kamis, 18 Mei 2017



 Gambar dari sini


Pagi itu terasa sepi di lorong kelas, anak-anak sedang sibuk dengan pelajaran yang diberikan guru-guru di sekolah swasta Harapan . Entah mengapa pagi ini aku agak merasa ada yang bakal terjadi , dan tak biasanya ada perasaan gelisah di hatiku. Menyapa murid-muridku yang sudah menantiku di kelas, rasanya juga tak ada semangat untuk mengajar. Sampai saat aku sedang melihat hasil latihan anak-anak ada sekelebat bayang-bayang yang melesat di koridor kelas dan bayang-bayang itu semakin jelas , bayang-bayang manusia. Aku berdebar kencang tapi untungnya wajah bayang-bayang itu bukan wajah yang mengerikan sehingga aku tetap bisa bersikap tenang. Aku tak boleh menjerit atau ketakutan , ada anak-anak yang sedang belajarr. Walau mereka anak SMA tapi jiwa mereka masih labil.
            “Bu, ada apa?” tanya Lili. Aku menoleh pada Lili dan aku usahakan tersenyum padanya.
            “Gak ada apa-apa, kepala ibu agak pusing,” tukasku.
            “Duduk dulu saja bu, biar aku ambilkan teh manis hangat ,”tukas Lili dan Lili akan beranjak dari kursinya, tapi aku melarangnya.
            “Gak usah Li, ibu baik-baik saja.” Aku melanjutkan memeriksa latihan anak-anak di bangkunya masing-masing anak. Aku tak pernah duduk saja di meja guru tapi sering berada dekat anak-anak, agar mereka kalau bertanya tidak sungkan lagi. Entah darimana asalnya tiba-tiba terdengar suara jeritan dari kelas mana, tapi jeritan itu menakutkan dan tak berapa lama banyak anak-anak yang menjerit bersamaan. Aku bergegas ke luar dan beberapa guru sudah menggotong anak-anak yang histeris ke luar kelas dan menidurkan di ruang angklung di dekat kantin. Semakin siang semakin banyak anak yang menjerit-jerit. Aku segera masuk kelas dan mulai menenangkan anak-anak untuk tidak terpengaruh dan aku menyuruh mereka untuk berdoa dalam hati agar tak terjadi sesuatu pada mereka. Aku mulai menguatkan mereka dan aku melihat mereka kuat dan tetap duduk di kelas . Saat itu kepala sekolah menginstruksikan agar anak-anak dipulangkan saja. Setelah anak-anak pulang dan memeriksa kelas demi kelas jangan sampai ada anak yang masih berkeluyuran di kelas, aku mendatangi ruang angklung tempat anak-anak yang histeris diletakkan. Banyak teman-teamn guru yang membantu membacakan doa-doa. Bagi yang muslim dibacakan ayat-ayat Al Quran dan bagi yang Kristen didoakan dengan cara mereka sendiri. Saat itu suasana begitu menegangkan. Tapi , saat aku pegang salah satu kaki anak yang histeris , teratsa hangat , tidak dingin dan aku juga melihat wajahnya tak tampak seperti orang kesurupan. Tapi aku sebagai guru tak boleh berprasangka buruk dulu sebelum ada bukti nyata. Setelah mereka tenang , mereka dipulangkan setelah orang tua mereka dipangggil ke sekolah.

            Esoknya kembali anak-anak belajar , dimulai dengan doa dan memotivasi mereka kalau hal yang terjadi kemarin tak mungkin terjadi jika anak-anak kuat imannya dan banyak berdoa. Beberapa aku melihat ada sedikit kegelisahan di hati mereka dan beberapa acuh- acuh tak acuh. Anak-anak yang kemarin kesurupan juga akan didampingi guru kelas agar mereka tetap dalam keadaan tenang. Aku melihat anak-anak yang kemarin sempat aku curiga pada mereka kalau mereka hanya ikut-ikutan saja, tampak tenang-tenang saja. Setelah diberi nasehat , anak-anak kembali ke kelas masing-masing. Saat aku berjalan di lorong kelas , aku kembali kaget dengan bayang-bayang orang yang sama , melesat di sampingku dan tepat berada di hadapanku. Aku berhenti sejenak dan aku sibuk komat-kamit baca doa agar makhluk halus itu tidak mengganggu diriku.
            “Pergilah , jangan ganggu kami. Kami tak pernah mengganggu kamu,”tukasku perlahan.
            “Aku tak akan ganggu kalian , tapi ada yang memaksaku untuk keluar, sebetulnya aku tak mau,” tukasnya dengan pandangan sedih. Aku terlonjak kaget saat bayang-bayang itu membisikan kata-kata yang aku sendiri tak menyangka akan mendapatkan jawaban darinya. Aku melangkah mundur beberapa langkah.
            “Ada apa bu?” tanya pak Bery. Aku menoleh ke belakang pak Bery sedang menatapku heran.
            “Oh, gak apa-apa, mungkin hari ini aku agak gak enak badan, jadi seperti melayang,”tukasku berbohong.  Tidak berapa lama kemudian kembali terulang lagi kejadian seperti kemarin, aku menatap bayang-bayang itu yang tampak sedih, aku berlalu tak mengindahkannya. Banyak anak-anak yang menjerit histeris. Semua guru kerepotan menggendong anak-anak yang histeris ke ruang angklung bahkan ruang itupun tak muat lagi sehingga beberapa anak ditidurkan di lorong ruang angklung. Guru-guru kewalahan karena semakin banyak anak yang histeris. Aku mulai mengamati dan aku melihat ada beberapa anak-anak yang terlihat pura-pura histeris, tapi aku belum berani bertindak . Aku selalu mengacuhkan anak-anak yang tampak hiteris dan aku anggap mereka pura-pura, dan aku melihat setelah tak ada yang memperhatikan mereka , mereka tenang  dengan sendirinya. Beberapa guru juga berpendapat sama denganku ada beberapa anak yang pura-pura kesurupan. Situasi menjaidi lebih runyam dan kepala sekolah memutuskan untuk meliburkan anak-anak selama tiga hari berturut-turut untuk menenangkan apalagi banyak orang tua yang mulai mempertanyakan , mengapa ini bisa terjadi dan belum lagi orang tua yang mulai was-was keselamatan anak-anak mereka.

            Saat anak-anak libur guru-guru tetap hadir. Kepala sekolah mendatangkan orang pintar untuk melihat ada apa di kelas-kelas dan  lingkungan sekitar sekolah. Menurutnya memang ada makhluk halus di kelas-kelas dan sekitarnya. Jelaslah , sekolah ini adalah peninggalan Belanda dan bangunannya beberapa masih bangunan peninggalan Belanda. Dan tak dipungkiri kalau ada makhluk halus yang menempati ruang-ruang di sekolah ini. Masalahnya selama ini tak pernah ada yang kesurupan dan baru kali ini saja. Ada apa????  Aku duduk di depan kelas , memikirkan perkataan roh halus yang kemarin datang padaku. Kalau memang ada yang memaksa roh halus itu keluar dan menampakan diri. Siapa yang melakukannya dan untuk apa???? Aku berpikir keras dan tanpa sadar sudah ada bu Neni di sebelahku.
            “Melamun?” Aku menatap bu Neni,dan aku mulai menceritakan kejadian kemarin, aku percaya bu Neni tak akan mentertawakan aku karena dia memang sahabatku di sekolah.
            “Masa Allah, bu Retno, benarkah adanya? Lalu siapa yang memaksanya keluar? Dan untuk apa?”tanyanya bertubi-tubi. Aku hanya mengangkat bahuku dan kembali terdiam lama.
            “Dan herannya situasi ini diperkeruh dengan anak-anak yang pura-pura kesurupan, “ aku memandang bu Neni. Bu Neni menganggukan kepalanya tanda setuju dengan ucapanku.
            “Dikiranya hanya aku saja yang menganggap ada beberapa anak-anak yang pura-pura histeris,” tukasnya. Ada sekelebat pikiran di otaku tapi aku belum berani mengungkapkannya bahkan pada bu Neni sekalipun karena resikonya besar kalau pemikiranku sampai terungkap keluar. Saat kepala sekolah keluar bersama orang pintar yang dipanggil, aku sedikit mendengar pembicaraan mereka. Orang pintar itu bilang kalau roh halus itu dipaksa keluar untuk menakut-nakuti anak-anak.
            “Apa orang dalam yang melakukannya,” kudengar suara kepala sekolah.
            “Mungkins aja ,”tukas orang pinatr itu terdengar perlahan. Aku mendekat ke dinding untuk lebih mendengar lebih  jelas.
            “Kalau begitu aku mohon bapak tak perlu bilang kalau ada yang menyuruh roh halus ini keluar dan menakut-nakuti anak-anak,”tukas kepala sekolah perlahan. Aku terhenyak kaget, jadi apa yang dikatakan roh halus itu padaku benar adanya, ada yang memaksanya untuk keluar, tapi siapa?????

            Dari pembicaraan kepala sekolah dan orang pintar itu , orang pintar itu sudah mengembalikan roh halus itu ke tempatnya lagi dan orang pintar itu mengunci agar roh halus itu tak keluar lagi. Aku sedikit lega paling tidak anak-anak tidak lagi diganggu makhluk halus . Tapi masih ada yang mengganjal dan membuatku penasaran. Siapa yang memaksa makhluk halus itu keluar dan untuk apa.Itu semua menjadi pertanyaan bagiku .Setelah tiga hari libur anak-anak masuk kembali. Kepala sekolah sudah menyatakan kalau sekolah sudah aman dari roh halus dan guru-guru diharapkan cepat tanggap kalau ada anak yang histeris apa mereka benar-benar kesurupan atau hanya tipuan saja. Waktu aku melangkah ke kelas Ipa, bulu kudukku tiba-tiba merinding, bulu tengkukku seperti ada yang meniup perlahan. Terdengar suara halus di telingaku.
“Terimakasih, aku sudah kembali lagi.” aku mencari sumber suara tapi aku tak melihat sosok makhluk halus seperti kemarin dulu. Sedikit lega atas pengakuan roh halus tersebut, kalau ada yang kesurupan lagi pasti itu tipu daya anak-anak ingin cari perhatian saja. Benar saja, terdengar lagi suara jeritan tapi karena guru-guru sudah sepakat tidak akan memperhatikan mereka .  Guru-guru hanya mengangkat tubuh mereka dan mendudukan di teras kelas dan membiarkannya mereka begitu saja. Ternyata mereka terdiam dengan sendirinya dan kembali belajar. Aku juga tak mengerti apa maksud mereka untuk berpura-pura kesurupan . Mungkin mereka hanya mencari sensasi dan cari perhatian saja, memang aku melihat kebanyakan mereka dari keluarga yang tak memperhatikan anak-anaknya. Ah, anak-anak yang malang hanya untuk mendapatkan perhatian saja mereka harus akal-akalan kesurupan dulu, sungguh kasihan mereka.

Tiga bulan kemudian kepala sekolahku mengundurkan diri dengan alasan dimutasikan ke kota lain. Aku sebetulnya sangat terkejut dengan keputusannya yang mendadak. Aku merasa heran , tak ada apa-apa dan apalagi kepala sekolah masih menjabat selama dua tahun  belum habis masa jabatannya . Aku sedikit curiga.
“Pasti ada sesuatu mengapa bapak pindah kan?” tanyaku memberanikan diri untuk bertanya.
“Mengapa ibu menanyakan itu?” tanyanya. Aku menceritakan pada beliau kecurigaanku tentang adanya gangguan dari makhluk halus karena ada orang yang tak suka beliau menjadi kepala sekolah dan menggunakan makhluk halus untuk membuat rasa tak nyaman di sekolah.. Pak Buhan agak terkejut tapi beliau kembali tenang dan menyuruhku untuk tidak berspekulasi terhadap  masalah ini.
“Aku tak berspekulasi tapi berdasarkan pengamatan dan perasaanku,” tukasku.
“Lebih baik segala hal yang terpikirkan ibu , disimpan dalam hati saja, tak perlu orang lain tahu, agar tidak menjadi suasana makin tegang . Biar sekolah ini kembali nyaman untuk anak-anak belajar, tak ada salahnya aku yang mengalah pindah.” Pak Burhan tersenyum bijak. Aku sendiri merasa kehilangan karena pak Buhanlah yang banyak mendukung kegiatanku selama ini, entah bagaimana kalau beliau pergi. Semua sudah terjadi tak ada yang perlu disesali, kini aku yakin ternyata banyak orang jahat diluar sana yang menggunakan makhluk halus untuk mencapai tujuannya karena merasa iri terhadap kemajuan orang lain. Persitiwa ini memberiku pelajaran betapa rasa iri akan membawa hati manusia menjadi kejam .Apapun akan mereka lakukan demi tujuan mereka. Aku kasihan dengan orang-orang seperti itu. Aku hanya mendoakan agar pak Burhan sukses di sekolah barunya.

2 Payung-payung Cantik

Kamis, 11 Mei 2017





Saat kulangkahkan kaki di halaman mesjid Nabawi
Payung-payung besar menaungiku
Menyapa hati yang penuh ketakjuban
Bersama  derai air mata
Betapa kubisa menjejakan kaki di sini

Gembira menari-nari dalam hati saat payung menguncup
Lantunan ketakjuban ke luar dari kalbu
Kini kutahu bukan saja kemegahanmu
Bukan saja keindahanmu
Tapi di sini kita bisa bersujud terus untuk berdoa

Pujian dan bacaan Al Quran terparti dalam banyak hati
Merajut harap dalam sujud yang lama
Panggil lirih dalam doa-doa panjang untuk Mu
Ya, Allah bahagianya aku
Menghias di hati yang selalu merendah
Mengetik segala keluh kesah hambaMu

Cirebon, 12 Mei 2017
Saat melihat keindahan mesjid Nabawi


4 12 Tsuki-chu Ni Bara (Mawar Di Bulan Desember)

Kamis, 04 Mei 2017
Gambar dari sini



I’m soglad you made time see me
How’s life?tell me, how’s your family?
I havne’t seen them in a while
You’ve been good , busier than ever
We small talk, work and the weather
Your guard is up and I know why
Because the last time you saw me
Is still burned in the back of yaour mind
You gave me roses , and I left them there to die

            Lagu back to December mengalun merdu. Menyentuh hatiku paling dalam . Capucino hangat yang menemaniku masih terasa hangat di kerongkongan. Masih terdengar suara Taylor Swit mengalun di sela-sela hatiku. Kini semakin aku merasa bersalah. Aku pandangi kafe di tengah kota Osaka ini. Masih seperti dua tahun yang lalu saat aku meninggalkan kota ini. Lagunya Taylor Swift masih mengalun, tak terasa butir air mata mulai membasahi pipiku. Cepat kulirik kiri dan kanan takut ada yang memperhatikan. Setelah tahu tak ada yang memperhatikanku, aku mulai menyusut air mataku.  Sedikit isak kembali. Dan aku mulai menunduk saat beberapa mata mulai menoleh padaku. Apakah Arata akan datang menemuiku??? Apakah dia akan memaafkanku??? Aku sudah menyakiti perasaanmya, mungkinkah dia akan datang malam ini??? Entahlah. Sudah satu jam aku menunggunya di kafe ini, Arata belum tampak batang hidungnya. Beberapa kali aku memandangi ponselku, tapi belum ada kabar sedikitpun darinya.  Aku mencoba menenangkan hati resah ini. Kalaupun Arata tak mau datang , aku bisa memakluminya. Aku telah menyakiti perasaanya...
            “Mau tambah lagi?” tanya seorang pelayan padaku. Aku mengangguk. Dan tak lama kemudian capucino hangat sudah berada  di atas mejaku.
            “Arigato,” tukasku sambil terus menundukan kepalaku. Pintu kafe terbuka. Aku menatap pria yang begitu aku kenal. Ah, Arata datang juga. Jantungku berdebar cepat , aku mulai tak bisa menguasai diriku lagi. Arata melangkah mendekati kursiku.
            “Ogenkidesuka?”  tanyanya sambil duduk di hadapanku.
            “Chodo bakkin,” tukasku gugup. Arata memesan segelas susu hangat. Dirapatkannya lagi jaket yang menutup tubuhnya. Matanya tajam menatapku.
            “Sore de, anata wa nani o shitaidesu.” Aku menunduk. Diam . tak satupun kata yang mampu aku ucapkan padanya. Gemuruh rasa takut dan penyesalan ada di lubuk hatiku. Maukah dia memaafkanku.
            “Watashi o yurushite.” Arata memandangku tajam. Aku melihat matanya sendu. Aku tahu hatinya terluka.  Aku kembali menunduk, aku tak sangggup melihat matanya. .... Masih mengalun lagu yang membawa kenanganku dua tahun yang lalu.....

            Aku mengenal Arata , pria Jepang dengan kulit yang lebih gelap dibanding pria Jepang lainnya. Arata seorang atlet bastket yang juga berkuliah di Osaka University. Tak sengaja bertemu di perpustakaan saat meminjam buku. Perkenalan yang sederhana . Arata sering mengunjungiku di asrama  Mungkin saat musim semi tiba saat bunga sakura mulai bermekaran, begitu juga cintaku bermekaran. Tawa Arata yang selalu menggema di hati. Saat pertama kalinya Arata menyatakan cintanya di depan pohon sakura yang bermekaran. Begitu indah bagiku.
            “Aishiteimasu,” lengannya memeluk bahuku. Aku mulai menyandarkan kepalaku pada dadanya. Kudengar detak jantungnya bergemuruh keras. Aku menikmati saat-saat itu.
            “Utsukushi sakura,” tukasku sambil menikmatui debaran jantung Akara. Kupejamkan mataku. Indah sekali saat itu. Cinta dua hati. Cinta yang begitu indah boleh mampir . Di sini, di hatiku.  Masa-masa indah yang tak pernah aku lupakan bersama Arata.

            Foto-foto kebersamaanku dengan Arata banyak aku upload di facebook. Sampai suatau saat aku mendapat telepon dari mama.
            “Gimana kuliahmu, Nara?”
            “Baik-baik saja mam.” Mama menanyakan seberapa dekat aku dan Arata. Ah, ternyata mama sudah bisa melihat kedekatanku dari foto-foto yang aku upload.  Saat itu aku hanya terdiam.
            “Nara, dia berbeda denganmu dalam segala hal. Mama ingin kau tahu itu, sulit bagimu untuk bisa bersatu dengannya. “ aku tak banyak bicara, hanya terdengar suara mama yang semakin membuatku pening. Aku terduduk lemas.
            “Nara, kau masih di sana?” tanya mama.
            “Iya mam.” Semua perkataan mama tak lagi aku gubris , aku sudah tahu . Mama tak setuju. Air mataku perlahan turun. Entah tiba-tiba aku merasakan akan kehilangan Arata. Aku takut!!!!!.

            Setiap aku dekat dengan Arata ada rasa sakit di dada. Aku tak pernah memberitahu Arata tentang ketidaksetujuan mama padanya. Aku tak ingin kebersamaan dengannya hilang karena mama. Aku masih ingin selalu bersamanya. Perlahan  mama selalu mendesakku untuk menjauh darinya. Bahkan mama menyuruhku untuk kembali dan meneruskan kuliah di Indonesia saja. Pesan mama yang aku tak mungkin menolaknya. Aku tak mau jadi anak durhaka.Aku pasrah!!!!. Maafkan aku , Arata. Aku harus meninggalkanmu......
            “Aishiteimasu,” begitu kembali Arata ucapkan padaku dengan buket mawar merah diberikan padaku . Di kafe Ohin kembali Arata nyatakan cintanya. Aku tak mampu lagi bertahan. Semua pertahananku hilang. Aku menangis. Arata memandangku heran. Arata menatapku tajam. Masih bersimbah air mata, aku bawa mawar itu dan berlari dari sana. Terus aku langkahkan kakiku , terus berlari menjauh darinya. Selamat tinggal Arata, aku akan selau mencintaimu. Selalu......

            Ternyata sekembalinya aku ke indonesia, aku tak mampu menghilangkan bayang-bayang Arata. Dia selalu datang dalam mimpi-mimpiku. Aku tahu mungkin saat itu Arata marah padaku yang meninggalkanku tanpa sepatah katapun aku keluarkan. Perasaan bersalah selalu menghinggapi diriku. Selalu perasaan bersalah itu menghantuiku setiap malam. Malam-malam penuh kerinduan dan malam-malam penuh penyesalan. Membayangkan Arata dengan kemarahannya. Itu membuatku sakit. Aku tak mampu lagi bertahan sampai aku jatuh sakit. Mama menatap sedih. Aku hanya memalingkan wajahku. Aku memang  kehilangan cintaku demi mama. Aku tak mau membangkang. Sampai batas kekuatanku bertahan , aku masih saja merindu padamu Arata. Masih.. Sampai akhirnya mama menyerah. Aku tersenyum. Aku akan datang kembali ke Osaka, untukmu Arata.......

  Aku tersentak kaget saat Arata berdeham keras. Aku menatapnya dengan mata penuh air mata.               Arata masih diam. Masih marahkan dia padaku??? Hatiku terguncang, Arata memilih tetap diam. Aku tahu Arata marah tapi semarah itukah dia padaku. Apakah cintanya sudah hilang???? “Anata ga inakute sabishidesu.” Diam lagi. Masih saja lagu itu mengalun lembut. Kenangan Desember yang tak peranh aku lupakan. Diam-diam aku menangis kembali, aku tahu aku salah. Mungkin Arata tak mau memaafkan aku. Aku tahu. Aku harus pergi untuk yang kedua kalinya.
“Watashioyurushite. Watashi ga ikanakereba naranai,” tukasku sambil berdiri. 
“Oyasumi.” Aku berlalu dari hadapannya .
 
Aku mengharap Arata memanggilku. Sampai pintu aku tak mendengar suaar Arata lagi.
 Aku tak akan membalikan tubuhku lagi.
Selamat jalan cinta. Akan aku kuburkan dalam-dalam cerita cinta. Aku tak amu
menangis lagi. Aku salah. Aku telah menyakitinya. Aku tahu. Aku melangkahkan
kakiku cepat-cepat. Udara malam begitu dingin, kurapatkan jaket di tubuku. Sepi 
 
“Nara,” teriak Arata dari arah belakang. Aku membalikan tubuhku. Senyum Arata mengembang. 
Aku tahu Arata telah memaafkan aku.  
 
12 Tsuki-Chu Ni Bara = bunga mawar di bulan desember
Arigato = terimakasih
Ogenkidesuka = apa kabarmu
Chodo bakku =baik-baik saja
Sore de, anata wa nani o shitaideru = jadinya mau apa.
Watashi o yurushite = maafkan aku
Aishiteimasu = aku mencintaimu
Utsukushi sakura = indfahnay sakura
Anata ga inakute sabishidesu =aku rindu padamu
Oyasumi = selamat malam