2 Gurun Pasir

Kamis, 27 Juli 2017


Gambar dari sini  

Menapakan langkah dari Jeddah ke Madinah
Hanya kulihat hamparan pasir yang luas
Dinding-dinding bisu seakan menjawab pertanyaanku
Inikah namanya gurun?

Merajuk di pembaringan dalam dekapan ria
Merekam semua alam yang terpapar jelas di mata
Menutup bias-bias merdu alam menyapa
Di teriknya mentari

Kutanyakan dalam hati
Inikah gurun?
Inikah hamparan pasir nan luas?
Inikah lautan  pasir yang menghitam

Rasa tak pernah menipu
Saat begitu banyak  pasir terhampar luas
Menawarkan rona-rona pesona tersendiri
Meniti ruh hati yang memesona

Cirebon, 28 Juli 2017
Saat perjalanan  Jeddah -Madinah

2 Jomblo Itu Keren

Kamis, 20 Juli 2017



Gambar dari sini 
 

               Aku melihat jam tanganku, jam sudah menunjukan jam setengah lima.Aku masih duduk di cafe bersama Lita. Ini sudah kesekian kalinya aku makan ke cafe. Aku resmi pacaran dengan Lita sudah hampir tiga bulan tapi mama tak pernah tahu kalau aku pacaran. Kalau mama sampai tahu aku bakalan kena omel dan nasihat panjang lebar. 
            “Yuk, pulang,” kataku pada Lita.
            “Nanti dulu dong, aku masih kangen denganmu,” kata Lita.
            “Ini sudah jam lima , sudah sore,” kataku, aku masih bingung cari alasan apa ke mama , kalau aku pulang telat, soalnya selalu alasan belajar kelompok, apa mama curiga ya , kalau setiap hari kerja kelompok saja. Aku beranjak dan kulihat Lita masih marah karena aku sudah mau pulang. Untunglah hari ini aku selamat dari omelan mama, karena kulihat mama juga baru pulang dari kerja.

            Selama SMA, aku ternyata cukup dikagumi juga dengan para cewek cakep,selama SMA aku sudah pacaran tiga kali dan itu tanpa sepengetahuan mama. Tapi dari semua yang kulakoni selama pacaran itu tak membuatku nyaman, karena aku jadi jarang bergaul dengan yang lain, kalau ngobrol dengan cewek lain saja dicemburui, belum harus mengantar ke sana kemari seperti layaknya supir pribadi. Akhirnya kusadar ternyata pacaran saat usia belum dewasa, ternyata banyak menimbulkan masalah. Mama benar adanya, hanya sebatas teman saja dulu, lebih baik berkarya dulu dan kembangkan potensi dirimu, itu yang selalu mama bicarakan pada anak-anaknya.

            “Mas, sudah punya pacar belum kan sudah ada ijin pacaran, “ kata mama padaku.
            “Belum ma, masih malas ngurusin anak orang,” kataku. Mama terkejut dan mulai tertawa kecil. Memang setelah aku kuliah ternyata ada banyak kegiatan yang aku sering ikut dan itu membuatku tertantang untuk mengembangkan kreativitasku. Dengan kesibukan belajar dan kegiatan, aku tak sempat memikirkan untuk pacaran.  Aku tergabung dalam cosplay di kampusku dan bergabung juga dengan komunitas cosplay di kota Bandung. Ternyata berpetualang dengan aneka ragam cosplay itu mengasikan sekali. Selain temanku bertambah banyak, banyak yang bisa kuambil manfaat saat bergabung dengan tim cosplay, saat mengikuti kejuaraan atau pentas atau pameran di beberapa kota.  Makanya  aku menjadi orang yang percaya diri , kreatif dan bisa belajar bekerjasama dalam tim.

            Tak terasa aku sudah hampir sidang akhir, dan aku tetap masih jomblo. Banyak sekali pertanyaan yang mampir di telingaku, tapi tak pernah aku ambul peduli.
            “Sudah punya pacar belum, kan sebentar lagi sudah sarjana loh, “kata tannteku
            “Wah, mas sih jomblo kronis,” sela adikku. Aku selalu menjawab dengan senyuman, menurutku jomblo itu keren!!!! Ternyata aku bisa mempunyai prestasi yang lebih baik daripada saat SMA yang terlalu sibuk dengan pacaran. Jadi masalah buat kamu, kalau aku masih jomblo!!!!. Walau masih jomblo, ada juga  yang naksir aku, tapi saat ini aku masih ingin mengembangkan potensi diri dan masih banyak yang belum kuraih, salah satunya pergi ke negara Jepang tempat asal muasal cosplay. Dan jodoh akan datang di waktu aku sudah siap membuka hatiku. Jomblo, siapa takut, jomblo itu keren!!!! Sekeren diriku!!!!!!


0 Tangan Menyatu

Kamis, 13 Juli 2017



Gambar dari sini

Menanti serpihan angin menerpa pipiku
Saat burung mulai berterbangan
Kau genggam tanganku
Kau antar aku pada keindahan hamparan laut
Menatap seluas pandang

Masih dalam genggaman tangan
Berbagi sunyi, hanya deburan ombak
Debaran jantung
Menyatukan dua insan
Aku dan kamu

Guliran air mata terasa saat kutatap dirimu
Masih sama seperti dulu
Merajut cinta bersama di tepian laut merah
Menautkan mimpi indah
Aku dan kamu

Cirebon,14 Juli 2017
Saat berjalan bersama di tepi pantai laut Merah.



6 Lepas Dari Maut

Kamis, 06 Juli 2017



Gambar dari sini 
 

             Malam kian sepi semua orang sudah terlelap tidur , hanya terdengar suara angin yang menderu perlahan. Tak ada satupun orang yang melintas di jalan, aku masih sempoyongan berjalan untuk menemukan rumahku. Sudah terlihat rumahku dari kejauhan, lampu sudah mati, mudah-mudahan mama sudah terlelap malam ini. Waktu kubuka perlahan pintu, aku merasa lega karena tak ada seorangpun yang terbangun. Saat aku melangkahkan kakiku perlahan menuju kamarku, tiba-tiba lampu menyala dan aku terkejut saat kulihat mama sudah ada di dekat meja makan.
            “Ada alasan kamu untuk pulang malam hari ini? Mama gak tahu lagi maumu apa dalam hidupmu,” mama menatapku tajam. Ingin kurebahkan tubuh lelahku tapi  aku masih melihat tatapan marah mama.
            “Dari rumah teman .”
            “Mabuk lagi?” tanyanya . Ku tak mau berdebat dengan mama, kutinggalkan mama dan masuk ke kamarku. Kudengar mama marah dan mulai merancau , cepat kututup telingaku dan mencoba untuk tidur malam ini.

            Apa peduli mama terhadapa hidupku, semua sudah hilang setelah papa meninggalkan rumah demi perempuan lain, dulu aku bangga dengan papa, papa itu segalanya bagiku, membuatku punya keinginan seperti papa, tapi semua lenyap saat perempuan itu merusak semuanya. Papa lebih memilih perempuan itu daripada bertahan di rumah yang dibangun dengan rasa cinta. Entah setan mana yang menjebak papa dalam kemelut yang semuanya berakhir dengan kemalangan bagiku. Aku sudah tak peduli lagi dengan impianku, aku sudah muak dengan apa yang ada di keluargaku. Aku tak lagi punya panutan , ku hanya bisa bersenang-senang dengan teman-temanku bersama barang-barang haram yang sedikit dapat melupakan bebanku. Mama sibuk dengan kerjanya , semakin hilang dari pandangan mata dan hatiku, semua seakan pergi dari sisiku. Aku tak peduli semuanya bahkan dengan adikku sendiri, mengapa aku harus peduli, saat semua tak peduli denganku. Biarlah aku masih ada teman-temanku yang selalu ada buatku, ada dan memberiku angan-angan yang bisa melepaskan aku dari semua masalah.

            Aku kian terlarut dalam pikiran yang melayang-layang terbang  dan serasa berada di atas langit membuatku merasakan kenikmatan sesaat. Barang-barang haram itu mulai menggegrogoti tubuhku. Tak ada lagi yang kupikirkan hanya narkoba yang bisa menjadi temanku untuk menghilangkan semuanya. Aku tak akan kembali, aku dalam cengkeraman narkoba tapi aku masih merasakan kesenangan yang membuatku terbang ke awang-awang dan aku bisa lupa segalanya, aku menjadi orang yang tak punya masalah, aku ada di tempat yang indah....Malam itu , aku masih dalam genggaman narkoba , sudah berapa suntikan kutusukan di lenganku , tapi aku masih saja belum merasakan kesenangan, jadi kutambahkan lagi dan terus-terus sampai aku tak ingat apa-apa lagi.

            “Andri, nak bangun , ini mama,” mama masih menangis, aku mendengarnya tapi aku kaget aku merasa melayang dan aku melihat tubuhku penuh dengan selang-selang di kamar ICU. Aku mulai bingung , aku ini siapa??? Hantukah??? Apa aku sudah mati????tapi aku masih melihat detak jantungku berdetak. Aku menatap di sisi lain papa lagi duduk sambil menutup mukanya. Mau apa papa kemari, puas melihat aku seperti ini, semua ini gara-gara papa!!!!, biar papa tahu, aku seperti ini karena papa!!!!!!.
            “Tidurlah dulu, “ papa memeluk mama. Aku jijik melihat papa, masih memeluk mama, apa dia juga memeluk perempuan itu seperti papa memeluk mama???? Pedih sekali hatiku, semua sudah hancur , lebih baik aku mati saja!!!!!. Tapi , ada pria dengan wajah bersinar mengajakku jalan-jalan, aku menurut saja, agar aku tak melihat papa lagi. Aku di bawa ke suatu tempat dimana keadaan gelap dengan suara jeritan dan tangisan dan rengekan yang mengerikan dan membuatku merinding karena takut.
            “Tempat apa ini?”kulihat gelap hanya suara-suara yang mengerikan keluar dari sana.
            “Kamu lihat itu orang-orang itu, yang dulunya menjadi budak narkoba, mereka akan tersiksa di sana setelah mati,” pria itu bicara tanpa menoleh padaku, aku memandangnya sepintas, siapa pria ini????
            “Jadi menurutmu, aku bakal seperti itu?” tanyaku dengan perasaan takut. Dia mengangguk.  Aku mulai mengamati betapa orang-orang itu dalam kesakitan dan terlihat menderita sekali, aku ngeri melihatnya , segera kualihkan pandangan mataku.
            “Ayo dilihat, kamu akan seperti itu, hidupmu sia-sia,” pria itu tak berhenti bicara, aku mulai gelisah, aku tak mau seperti itu, aku masih ingin hidup dan hidupku harus berguna. Aku mulai meronta-ronta dan aku ingin kembali ke tubuhku.
            “Aku ingin kembali, aku ingin kembali ke tubuhku,” aku mulai berteriak-teriak kesetanan.
            “Baik, kau boleh kembali ke tubuhmu, tapi kamu tidak mengkonsumsi barang haram itu dan kembali pada cinta Allah.” Aku mengangguk pasti dan aku sudah ada lagi dalam tubuhku. Kubuka perlahan mataku dan kutatap mamaku . Tak ada kata yang keluar dari mulutku tapi aku berjanji saat ini aku akan kembali ke jalanNya.

            Kini kutahu aku menyesali semua keadaan di keluargaku tapi bukan berarti aku harus meninggalkan cinta Allah dalam hidupku. Akan kumulai lagi dari awal, biarlah papa tak ada di rumahku tapi  aku bisa merangkul mama dan Dila adikku untuk bersama-sama mengarungi hidup ini dengan penuh makna dalam tali cintaNya. Biarlah perjalanan hidupku ini buat pelajaran berarti bagiku unutk lebih dekat dalam mencari cinta sejatiNya, karena tak ada cinta yang bisa melebihi cintaNya .