3 Sensasi Rasa

Sabtu, 25 Juli 2020



Gambardari sini 
 

Rasa itu selalu berubah
Kadang suka
Kadang sedih
Kadang terluka
Kadang sakit
Itu semua sensasi rasa yang selalu ada

Setangguh karang hati kita membentenginya
Walau luka
Walau sedih
Bahkan hampir matipun
Dan bahkan dalam kebahagiaan yang sempurna
Hatilah yang membasuhnya sampai bersih

Begitulah sensasi rasa yang terukir dalam jiwa
Menebarkan nano-nano rasa
Yang mewarnai semua hati yang hidup
Tergantung hati yang mengobatinya
Tertulis dalam sela-sela hati
Dan akan sembuh dengan sendirinya

Cirebon, 26 Juli 2020

2 Pementasan Arjuna Wiwaha

Sabtu, 18 Juli 2020


Gambar dari sini

Kutinggalkan gedung kesenian “Gajah Mungkur” dengan perasaan lega.Tak terbersit sekalipun keinginan yang muluk-muluk pada pentas wayang orang ini, tapi ternyata diluar dugaanku apresiasi penonton begitu luar biasa.Standing aplaus bergema ketika pementasan selesai. Perjuangan yang berat untuk mencapai ini  Aku tidak sendirian masih banyak teman-teman yang lain yang berjibaku untuk keberhasilan pementasan wayang orang ini.

            Kuingat saat aku mengajukan proposal di kampus untuk membuat unit kegiatan mahasiswa berupa seni wayang orang, proposal langsung dikembalikan tanpa dibaca terlebih dahulu. Sungguh menyakitkan. Aku bukan tipe orang yang mudah putus asa, aku mendatangi gedung kesenian Gajah Mungkur , di sana aku bertemu dengan Rian. Aku menceritakan kegalauan aku tentang proposal yang ditolak oleh kampusku. Rian tersenyum tipis.
            “Tak perlu berkecil hati”, katanya,”memang demikian keadaannya jaman sudah tidak memihak seni tradisional “.Aku melenguh dan hanya menaikkan bahuku sedikit sambil mencibir bibirku. Rian tertawa. Giginya yang putih berbaris rapi, membuat tawanya terlihat enak dipandang. Kuamati pemuda itu, menarik dan punya garis pipi yang tegas menandakan orang yang punya kemauan keras.
            “Hey, kenapa jadi bengong gitu?”, tanyanya. Aku tergagap:”Gak papa kok”, kataku malu. Kenapa sikapku jadi malu-maluin sih, kaya tidak pernah melihat cowok saja.
            “Jadi , apa yang harus kuperbuat”, aku gak mungkin mundur, pantang buatku”, kataku.
            “Memang kelihatan kalau kamu keras kepala”, katanya lagi,”sebetulnya bisa dimulai dari hal yang sederhana kok”, lanjutnya. Tak kusangka diskusi tentang seni ini berlangsung lama dan mengasikan sehingga tak terasa senja sudah menjemput malam. Aku pamit pulang .
            “Ayo, aku antarkan pulang”, katanya,”jangan nolak loh”, Rian mengambil kunci motornya dan aku mengikutinya dari belakang. Malam ini satu lagi pengalaman yang kudapat dari Rian.

            “Lingga”, teriak Asti. Aku menoleh  dan menghampirinya.
            “Darimana saja kamu kemarin seharian bolos kuliah”, sambil mengomel Asti memberikan berkas laporan praktikum padaku. Aku mengajaknya duduk di kantin .
            “Aduh, Ling”,”jangan kau tarik tanganku, cepat sebentar lagi kuliah Pak Abdi”,katanya sambil merengut.
            “Dah, bolos aja , aku mau cerita nih”, kataku menarik tangan Asti ke kantin. Kupesan 2 porsi bubur ayam buat sarapan dan aku mulai bercerita tentang kejadian kemarin.
            “Apa pendapatmu”, tanyaku.
            “Cukup bagus juga”, katanya,”tapi.....”
            “Tapi apa...gak mungkin menurutmu?” kataku galak.
            “Tenang Lingga, sabar...itu butuh waktu lama dan belum tentu teman-teman kita setuju semuanya”, kata Asti sambil mengangkat bahunya..
            “Ok, Asti, dengar ya”,” apapun yang terjadi atau tak ada satupun orang yang akan bantu aku, aku akan tetap jalan, titik”, kataku marah dan berlalu dari kantin
            “Hey, Ling, buburnya , gak kamu makan?” teriak Asti . Memang Lingga itu cewek keras kepala yang pernah kukenal, Asti menggumam pelan dan satu lagi dia harus membayar bubur ayam yang tidak dimakan sama sekali.

            Asti melihat Lingga sibuk melobi beberapa teman untuk ikut proyeknya. Memang tidak pantang mundur itu anak, salut. Asti tahu benar watak Lingga karena sejak smp mereka selalu satu sekolah sampai sekarang kuliah. Asti kasihan lihat Lingga sendiri , akhirnya Asti beinisiatif sendiri untuk membantu melobi teman-temannya untuk ikut proyeknya Lingga.
            “Makasih As”, kataku sambil menepuk bahunya.
            “Yuk , kamu mau ikut aku ke gedung kesenian?”tanyaku,”aku mau ada yang dikonsultasikan pada Rian”
            “Rian siapa?”, tanya Asti heran, setahunya Lingga tidak punya teman yang namanya Rian.
            “Entar deh , kamu tahu sendiri”, “yuk”, ajak Lingga. Mereka berdua menuju gedung kesenian. Asti mengamati gedung tersebut, sungguh memprihatikan, catnya sudah kusam dan atapnya sudah ada beberapa yang melorot ke bawah. Dibandingkan dengan bioskop di mall sangat jauh berbeda , langit dan bumi. Waktu masuk ke gedung, Asti juga merasakan udara lembab merasuk ke paru-parunya..
            “Hai, Rian”, “kenalkan nih temanku Asti”, kata Lingga
            “Rian”, katanya. Asti takjub , ada pria ganteng di gedung kesenian yang kumuh ini.
            “Gimana  nih, sudah ada titik terang”, kata Rian sambil tersenyum.
            “Ya, gitulah, suram,”, Lingga hanya mengangkat bahu dengan wajah yang murung.
            “Yah, jangan murung gitu dong”, kata Rian, “ coba mulai dari yang sedikit dulu, pasti yang besar akan dapat”
            “Maksudnya”, kata Lingga  gak sabar.
            “Ya, walau sedikit , kita jalan saja terus , dan kita buktikan dengan yang sedikit tetap bisa jalan dan aku yakin kalau ini berhasil, semua orang akan mau bergabung”, kata Rian .
            “Oh, gitu ya”, kata Lingga,”kayaknya menarik nih”. Mereka bertiga berdiskusi apa yang harus dikerjakan dan cerita apa yang akan diangkat. Aku memperhatikan Asti yang selalu curi-curi pandang ke arah Rian, nih anak pasti naksir, payah baru ketemu cowok ganteng saja sudah kegatelan.
            “Ok, deh kita pamit dulu ya, aku tunggu ceritanya ya”, kata Lingga sambil menarik Asti dan pergi menuju parkiran.
            “Dasar, kamu pasti naksir si Rian ya”, tuduh Lingga,”lihat cowok ganteng sebentar saja kamu sudah kelabakan sih”.

            Ternyata cerita yang disodorkan Rian sangat menarik, Arjuna Wiwaha. Lingga tahu persis ceritanya, karena Lingga adalah putri dari dalang terkenal di kota Purwokerto, jadi dia tahu benar cerita wayang. Lingga  suka ikut ayahnya mendalang dan dari kecil sudah terbiasa dengan kesenian tradisional. Dan dia yakin dengan 15 orang saja , bisa menampilkan wayang orang yang bagus. Lingga dan Rian mulai menentukan peran yang akan dimainkan   , Rian  sendiri menjadi Arjuna dan Asti sebagai Suprabha,Anto sebagai raksasa Niwatakawaca, raksasa  Muka diperankan oleh Gatot dan Betara Indra diperankan oleh Lingga, Betara siwa oleh Aji dan sisanya berperan sebagai pasukan raksasa dan bidadari. Ternyata Rian sudah menyiapkan skrip ceritanya , tinggal diperbanyak.. Senangnya hati Lingga, matanya berbinar-binar, mudah-mudahan impiannya untuk memajukan seni tradisonal di kalangan kampus bisa terwujud.
            “Makasih banget ya , gak tau aku harus membalasnya dengan apa”, jelas Lingga sambil melompat-lompat seperti anak kecil. Rian tersenyum. Lingga melihatnya, giginya itu yang membuat Rian kelihatan tampan dan ia pantas jadi Arjuna..
            “Ok, Rian aku pulang dulu”, teriakku sambil lari ke motorku sambil melompat-lompat kegirangan. Rian menatapnya dengan senyuman, sungguh aneh gadis ini, tidak seperti gadis lainnya, unik.

            “Pagi yah”, kata Lingga, sambil memasukan sepotong roti kedalam mulutnya.
            “Ling, kamu itu cah wedok, kok ya makannya seperti itu”, tegur ayah,”sopan sedikit “.
            “Iya, yah”, “aku lagi girang karena proyek wayang orangku bakal berhasil”
            “Yah, aku pergi ke kampus dulu”,”dah ayah”, teriak Lingga sambil berlari Ayahnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya. Coba ibunya masih hidup , mungkin Lingga bisa lebih feminin dan lemah lembut dibanding sekarang , karakternya seperti laki-laki dengan kelakukan yang celengekan. Tapi yang perlu disyukuri, Lingga tidak pernah merepotkannya  dan dia anak yang mandiri. Darah seninya turun kepada anaknya dan dia bangga Lingga masih mau untuk mempertahankan seni tradisonal walau teman-teman lainnya lebih suka dengan budaya luar..

            Siang sepulang kuliah , Lingga mengumpulkan personil yang akan ikut pementasan dan memberikan skrip cerita . Dan diputuskan mulai besok seminggu dua kali untuk latihan di gedung kesenian. Selain  itu dari kelimabelas orang itu juga disusun panitia kecil yang mengatur dari mulai latihan, pembuatan dan penyebaran brosur, dekorasi gedung.
            “Dana yang dimiliki memang belum ada”, “tapi aku yakin kita pasti dapat dana walau tidak banyak”, jelasku
            “Tinggal kreativitas kita saja”, pasti bisa berjalan”. Lingga menyudahi pertemuan kali ini dan bersama Asti ia keluar dari gedung sekretariat UKM. Lingga membuat banyak proposal yang dia berikan ke dinas pariwisata dan pendidikan, juga ke beberapa perusahaan , walau Lingga tidak berharap banyak akan dapat bantuan.

            Dua bulan kemudian, latihan anak-anak terlihat sudah lancar dan mulai ada kebersamaan yang erat sehingga cerita dan gerakannya bisa menyatu dengan musik gamelannya.Dan kulihat Asti sangat suka dengan perannya , apalagi dia harus sering bersamaan dengan Rian. Cuma yang masih jadi pikiran Lingga adalah dana yang belum kunjung yang mau mendonasikan buat kegiatan ini. Lingga duduk di pojok ruang di gedung kesenian,sambil merenung, apa yang harus dilakukannya. Alangkah senangnya kalau apresiasi masarakat baik terhadap seni tradisional, sehingga dana lebih mudah didapatkan.
            “Ngelamun “, kata Rian sambil duduk di sebelahnya.
            “Iya, aku masih kepikiran mengenai dana yang belum ada”, kataku sedih,”aku heran kalau even olahraga pasti sponsor banyak yang datang sendiri tanpa diundang, lah ini pentas seni tradisioanl , sapa yang mau”. Rian tersenyum tipis. Aku bingung sama Rian, apapun tidak pernah membuat dia kebingungan , dia selalu tenang.
            “Tenang ya , anak manis, pasti ada jalan kok, yakin”, katanya
            “Kamu tuh selalu begitu, tenang,tenang”, kataku merengut,”emangnya kamu tahu aku tuh dah deg-degan sekali kalau pementasan ini gak bisa jalan, bisa- bisa aku kena cemoohan orang kampus” Rian tersenyum lagi.
            “Dah ah, aku pulang dulu , dah malam”, kataku sambil membereskan kertas-kertas skrip yang berantakan .
            “Berani pulang sendiri/”tanya Rian
            “Ya , berani dong”, cibirku sambil berlari-lari kecil ke arah parkiran.

            Aku terkantuk –kantuk  kalau sudah mulai kuliah Pak Abdi. Herannya , aku belum penah ketemu dosen yang menyenangkan, kalau tidak membuatku ngantuk, sebel, dan tidak membuatku jadi mengerti. Kulihat jam masih jam satu siang, kapan kuliah berakhir ,rasanya jam lambat berjalan. Terlihat hpku bekelap-kelip ada pesan masuk. Kubaca pesan masuk dari Rian. Ada apa ya, Rian sms , siang-siang saat aku ada di tempat kuliah. Kubelalakan mataku , waktu kubaca pesan yang menyatakan kalau Rian sudah dapat sponsor dari pengusaha Jakarta.. Tanpa kusadari aku meloncat dan berteriak. Ups, semua langsung menoleh padaku. Aku terduduk malu. Saat selesai tanpa menunggu Asti kuberlari dan menuju gedung kesenian. Sesampainya secara tidak sadar aku merangkul Rian saking girangnya.
            “Dah belum , nih aku gak bisa nafas”, kata Rian. Aku menrurunkan tanganku , tersipu malu.
            “Sori, sori”, kataku,”habis aku kegirangan sih”
            “Kegirangan sih kegirangan , aku yang kena getahnya”,”tapi gak apa-apa kok, aku suka”godanya. Aku semakin malu, benar-benar mati kutu. Rian menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan sponsor dari pengusaha Jakarta yang asli Purwokerto.Kupandang Rian , yang tetap tenang setenang air  yang menghanyutkan , juga hatiku, duh biyung , kenapa hati ini malah berdebar-debar sih. Yang dipandang malah mengedipkan matanya.  Aku semakin salah tingkah , benar-benar , tidak tahu apa yang terjadi padaku. Kutepiskan perasaanku, karena kutahu Asti juga suka dan lagi pendekatan dengan Rian.

            Akhirnya dengan dana yang besar jauh dari perkiraanku , bisa digunakan untuk promosi dan mengecat gedung kesenian agar lebih kelihatan cerah tidak kusam lagi. Semua persiapan sudah selesai dan personil wayang orang juga sudah berlatih keras untuk menampilkan pementasan wayang orangnnya. Kulihat Asti semakin gencar melakukan pendekatan ke Rian, ada perasaan cemburu di hatiku, tapi kutepis semuanya, belum tentu Rian juga suka denganku. Lebih baik aku konsentrasi dengan pementasan ini.
            “Gimana nduk, sudah siap semua buat pementasannya”, kata ayah waktu makan malam.
            “Sudah, yah “, kataku senang, sambil kuraup tempe goreng kesukaanku.
            “Cah, ayu, makan kok ya , kaya orang kelaparan sih, kata ayah sambil geleng-geleng kepala. Aku hanya tersenyum dan meneruskan makanku.
           

            Persiapan sudah selesai, undangan untuk kampus sudah disebar, dan aku masih melihat-lihat apalagi yang masih ketinggalan . Ternyata semua sudah lengkap. Aku memandang dekorasi di latar pementasan , sungguh indah , hasil karya mahasiswa yang benar-benar peduli dengan seni tradisioanl ini. Hatiku puas tanpa sadar aku berjingkrak-jingkrak senang. Rian memandang Lingga dengan wajah lucunya.
            “Mengapa kau pandang aku kaya gitu sih?’tanyaku heran          .
            “Kamu tuh lucu Lingg, kayak anak kecil saja, kalau girang akan lompat-lompat”, kata Rian sambil berdiri mendekatiku.
            “Kamu tahu , aku suka denganmu”, kata Rian mengejutkanku.
            “Hah, bukannya kamu suka dengan Asti ?”tanyaku heran.
            “Gak lah aku sukanya sama kamu tahu, kamu yang apa adanya membuatku tertarik”, kata Rian menjelaskan. Hatiku berdebar kencang , tapi Asti juga sahabatku dan aku tahu gimana perasaannya terhadap Rian. Aku tidak boleh suka dengan Rian , aku harus menjaga perasaan Asti. Begitu banyak persaan yang berkecamuk di dada ini tapi kembali tenang dengan riak-riaknya.
            “Gaklah, aku belum mau pacaran dulu”, kataku mengelak. Rian mendekatiku dan memegang tanganku. Duh, bagaimana ini perasaan ini kadang tidak bisa disembunyikan, benar-benar nakal cintaku ini, membuatku tidak berdaya.
            “Aku tahu, kau juga suka denganku”,kata Rian percaya diri,”tatap mataku, pasti aku bisa melihat cinta itu”. Aku melepaskan tangan Rian dan mulai berlari , aku tak mau menyakiti Asti. Berlari dari cinta yang tak kusangka muncul secara tiba-tiba di hatiku, sungguh kadang cinta sering datang tidak permisi dulu. Akhirnya aku terhempas dalam tidurku yang panjang malam itu mengesampingkan rasa ini dulu,entah sampai kapan.
           
            Akhirnya pementasan tiba, ternyata publikasi yang gencar menyebabkan penonton cukup banyak yang datang termasuk undangan dari kampus dan pengusaha Pak Broto sebagai sponsor semua hadir di pementasan Arjuna Wiwaha. Semua personil sudah siap dengan kostum dan riasannya. Mulailah gamelan  berbunyi diikuti dengan Intan yang bernarasi tentang cerita Arjuna Wiwaha.
“Di Kahyangan Batara Indra mendapat ancaman dari raksasa Niwatakawaca. Untuk itu Batara Indra membutuhkan bantuan dan dia memilih Arjuna yang harus membantunya. Tapi untuk ini Arjuna harus diuji terlebih dahulu dimana waktu itu Arjuna sedang bertapa. Betara Indra mengutus 7 bidadari cantik yang harus menggoda tapa Ajuna termasuk bidadari Suprabha. Betara Indra tersenyum ketika Arjuna tidak tergoda dengan godaan bidadari itu. Kemudian Betara Indra menyamar menjadi resi tua guna menguji Arjuna kembali. Dan ternyata Arjuna mengatakan ia melakukan tapa brata itu bukan mencari kekuasaan atau harta tapi untuk membantu Yudhistira kakaknya merebut kembali kerajaannya.kemudian Betara Siwa juga menguji Arjuna dengan menyamar menjadi menjadi pemburu. Dan mulai mengejar babi hutan yang merupakan jelmaan raksasa Muka suruhan Niwatakawaca, bersamaan dengan Arjuna. Akhirnya babi hutan itu mati dan mereka bedua bedebat siapa yang membunuh duluan. Terjadi perdebatan seru tapi akhirnya Betara Siwa melepaskan samarannya dan denagn rasa hormat Arjuna memujanya dengan madah pujian. Akhirnya Arjuna membantu Betara Indra untuk melawan Niwatakawaca. Caranya Suprabha  disuruh datang ke istana raksasa dan disuuh untuk merayunya. Dari rayuan Suprabha, akhirnya Niwatakawaca memberitahukan rahasia kalau kesaktiannya ada di ujung lidahnya. Setelah tahu dan memberitahukan pada Arjuna . Akibtanya Niwatakawaca marah dan menyerang ke kahyangan tapi karena Arjuna sudah mengetahui kelemahannya , akhirnya Niwatakawaca bisa terbunuh. Pasukannya lari terbirit-birit setelah tahu pimpinannya mati. Atas jasaya Arjuna mendapat penghargaan berupa selama 7 hari menurut perhitungan kahyangan dijadikan bak raja dan disusul dengan pernikahannya dengan Suprabha”

            Mulailah satu persatu wayang memainkan perannya sesuai dengan alurnya dan agar penonton mudah mengerti , percakapan tidak menggunakan bahasa jawa tapi bahasa Indonesia dan dicampur dengan bahasa gaul . Dan bisa dilihat penonton mengerti dan sekali-sekali tertawa karena banyolan dari kata-kata gaul yang biasa mereka gunakan. Akhirnya selesai pementasan dengan semua pesonil wayang berada di atas panggung dan memberi hormat kepada penonton dengan tepuk tangan yang meriah dan menggema di gedung kesenian ini. Tak lupa Pak Broto kami panggil ke atas panggung sebagai sponsor yang sangat membantu pementasan dan aku memberikan rangkaian bunga sebagai tanda terimakasih. Tepuk tangan bergema sekali lagi. Alangkah indahnya , kulihat Rian tertawa dengan tawanya yang khas, membuat hatiku berdesir. Semua personil kembali ke balik panngung. Asti menghampiri aku, aku melihat betapa cantiknya dia, pasti Rian bakal suka dengannya.
            “Selamat ya Lingga, kita sukses”, katanya. Aku cuma tersenyum dan menganggukan kepalaku.
            “Ling,sebetulnya Rian itu suka denganmu, bukan denganku”, “kemarin Rian bilang padaku”, kata Asti.
            “Ah, mungkin dia beralasan saja As”, elakku,”tinggal kau dekati lagi pasti Rian tahu kalau kamu suka As”
            “Gak, Ling, aku tahu Rian suka denganmu bukan aku”,”aku gak apa-apa kok, namanya cinta kan tidak bisa dipaksakan”, kata Asti sambil merangkulku. Asti berlalu, aku cuma bisa termenung lama sekali, tiba-tiba dikagetkan dengan Rian yang sudah ada di depanku.
            “Gimana, sukses?”,tanya Rian.
            “Iya”, aku mengangguk
            “Lingg, masih ada tempat cintaku di hatimu?’, tanya Rian,”tapi kalau kamu belum mau menjawab ,aku akan menunggu kok”. Aku menghela nafas, aku masih harus membuatnya menunggu terlebih dahulu karena aku tak mau menyakiti Asti yang masih patah hati. Dan Rian dengan kelapangan dadanya mau menerimanya. Memang kadang hidup ini  indah , dan ketika saat itu terjadi, hati akan dipenuhi dengan bunga-bunga yang bertebaran dengan wanginya yang membuai hati-hati yang merasakannya. Alangkah indahnya hidupku kali ini.

2 Terlahir Dalam Kesunyian

Sabtu, 11 Juli 2020

Sumber gambar dari sini

Raut sedih di tengah kesunyian malam
Hanya sunyi yang menemaniku
Dalam panjang alam pikiran
Hanya diam membisu

Apakah harus selalu ditemani kesunyian
Apakah memang terlahir dalam kesunyian
Selalu teramat asing dalam keramaian
Melewati hati-hati yang rusuh

Tapi sunyi itu akan selalu jadi teman
Teman bermimpi agar bisa bicarakan lagi suara hati
Tapi entah mengapa tak ada keberanian
Hanya dengan sunyi bisa terjembati

Biarlah sunyi akan menjadi kekasih
Yang akan tahu rasa ini
Biarlah tak bisa ungkapan hati ini
Toh sunyi akan selalu menemani

Cirebon, 12 Juli 2020