Gambar dari sini
Kuradi menatap nanar bangunan di tepi sungai Ciliwung yang dibongkar . Tanpa sisa. Pagi tadi Kuradi mengambil barang-barang yang dia punya walau hanya sedikit tapi baginya sangat berharga. Banjir minggu yang lalu membuat akhirnya pemerintah kota memutuskan untuk membongkar bangunan liar di tepi sungai. Dan Kuradi juga trauma karena rumah tetangganya terbawa hanyut beserta penghuninya oleh banjir yang sangat besar itu. Runtuh semua pertahanan Kuradi.
Ingat 10 tahun yang lalu Kuradi ingin merantau ke kota Jakarta untuk mengubah hidupnya. Sebagai petani dia tak bisa berbuat banyak dengan tanah milik orangtuanya. Pergilah Kuradi walau orangtuanya sempat melarang karena siapa yang akan mengolah sawah dan kebun mereka. Ternyata gak semudah yang dia bayangkan mencari pekerjaan di Jakrta sama sulitnya , apaalgi dia tak punya kemampuan lain selain bertani. Akhirnya dia kerja serabutan dan menikah dengan penjual pecel deket statsiun Keramat. Karena kesulitan hidup akhirnya membangun rumah di tepi kali. Selama 10 tahun Kuradi tak pernah pulang bahkan saat orangtuanya meninggal. Dia malu karena dia belum sukses. Padahal ibunya menyuruh pulang walau di Jakarta belum menghasilkan apa-apa, untuk mengolah sawah bapaknya. Adiknya sudah menikah dan dibawa oleh suaminya ke daerah lain. Sampai semua meninggal tinggal tanah yang masih terbelangkai sampai saat ini.
Kini Kuradi tampak duduk lesu. Dia tak tahu lagi hendak pergi kemana. Istrinya duduk di sampingnya sambil mengendong anak keduanya yang menangis terus menerus. Sampai ponselnya berbunyi. Dari teman sekampungnya Dodi. Dodi ingin membeli sawahnya. Kuradi akhirnya pulang bersama keluarganya dan sampai di rumah lamanya yang sudah kosong. Dan dia melihat Dodi temannya sukses berkebun pepaya dan jambu biji kristal sampai dikirim ke banyak daerah di Indonesia. Dari cerita kesuksesan Dodi yang pantang menyerah mngubah tanahnya menjadi subur. Kuradi mendengarkan cerita Dodi yang banyak belajar di pelatihan yang diadakan dinas pertanian setempat dan dibimbing sampai menghasilkan. Dan kini Dodi ingin membeli tanahnya.
Kalau dia menjual tanahnya dia akan mendapatkan modal untuk usaha .Kalau dia tetap mempertahankan dia tidak punya modal untuk mengolah tanahnya dan pengetahuan dirinya yang kurang untuk mengolah tanahnya. Sudah hampir seminggu Kuradi masih belum bisa memutuskan, istrinya tergantung dirinya. Dia sudah kapok datang ke Jakarta karena tidak mengubah nasibnya. Di sini apa dia bisa mengubah nasibnya? Dodi sih menyarankan agar Kuradi ikut pelatihan di dinas pertanian setempat. Dan mengikuti sarannya untuk sawahnya akan diolah seperti apa dengan teknologi yang lebih maju. Masiha ada harapan bagi dirinya. Sawah adalah modalnya dan butuh ilmu untuk mengolahnya. Kuradi yakin dengan usahanya kali ini. Dodi sudah membuktikannya tanpa harus ke kota besar.