Gambar dari sini
Aku
masih tercenung di pagi hari saat kopi masih mengepul di depanku. Tapi
pikiranku masih tak bisa aku fokuskan pada peristiwa yang lewat. Semua hal
tentang Kesya menyita semua sel-sel otakku. Aku seruput kopiku sambil aku hela
nafasku perlahan.
“Pagi pak Feri.” Bu Nana menyapaku
pagi ini. Sedikit melirik bu Nana padaku. Aku tahu , aku tampak kusut hari ini.
Ini semua bermula dari Kesya, salah satu siswaku di kelas 2 SMP Pustaka. Aku
mengenalnya saat aku mengajar dirinya. Aku melihat ada guratan kesdihan di
matanya. Sampai aku suka mendekatinya untuk mencari tahu , apa ayng membuatnya
tampak selalu sedih. Sampai akhirnya Kesya sering bercerita tentang orangtuanya
yang hampir setiap hari bertengkar di hadapannya. Aku hanya menjadi pendengarnya yang setia.
Apa sih yang dibutuhkan anak semacam Kesya adalah orang yang mau
mendengarkannya. Entah mengapa, kedekatanku dengan Kesya membuat Kesya sangat
tergantung diriku. Dan kedekatanku itu
membuat semua orang menganggap Kesya dan aku punya hubungan khusus. Tak
dipungkiri Kesya tampak telihat suka padaku. Dan itu pernah dia ungkapan terus
terang padaku.
“Pak, aku suka dengan bapak,”tukas
Kesya terus terang. Itu yang membuatku terdiam sejenak sambil memikirkan
jaawban yang bijak untuk itu.
“Bapak tahu, tapi kamu belajar dulu.
Kalau kau rajin belajar dan nilaimu bagus ,kamu bisa membuktikan pada orngtuamu
hasil belajarmu,”tukasku. Kesya hanya mengangguk perlahan. Pandangan mata sayunya kadang membuat hatiku
luluh. Entah mengapa, tapi aku berusaha agar jangan sampai aku juga mulai
menyukainya. Dia siswaku. Masih remaja , masih banyak yang harus dia lakukan
pada masanya bukan hanya persoalan cinta saja. Ternyata penderitaan Kesya tak
berhenti, dia harus masuk rumah sakit karena mencoba bunuh diri dengan menyilet
lengannya. Aku berlari ke rumah sakit dan memeluknya erat-erat.Ada rasa
ketakutan di hatiku, entah karena aku mulai menyukainya???
“Tenangkanlah dirimu. Mengapa kamu
lakukan?” aku masih memeluknya.
“Apa-apan ini,” tegur pak Cecep
kepala sekolah yang datang menjenguk. Aku kaget dan melepas pelukanku. Tampak
pak Cecep tak suka dengan kejadian ini. Aku beringsut pergi sambil menatap mata
Kesya yang penuh dengan penderitaan. Rasanya masih ingin aku peluk dirinya. Dia
butuh kasih sayang yang tak pernah dia dapatkan dari orangtuanya.
Persitiwa di rumah sakitlah yang
membuatku dipanggil pak Cecep ke ruangannya. Pak Cecep minta penjelasan padaku
tentang kejadian di rumah sakit. Tak pelak aku ceritakan semuanya padanya.
“Tapi bagaimanapun kamu tak bisa
membawa perasaanmu kalau mau membantu siswa, apalagi dengan memeluknya. Apa kata
orang pak. Ini saja sudah banyak guncingan tentang bapak dan Kesya.” Aku mengangguk
. Mungkin apa yang dikatakan pak Cecep ada benarnya. Sejak saat itu aku mulai menjaga jarak dengan
Kesya. Apapun akibatnya , ini menyangkut hubungan aku dengan siswa lainnya dan
rekan –rekan guru yang lain. Benar saja, Kesya terlihat begitu rapuh. Sepanjang
pelajaran tak pernah konsentrasi. Bahkan beberapa guru sering menyebutkan kalau
Kesya sering mangkir mengumpulkan tugas. Dilema bagiku. Karena aku yang duluan
mendekati Kesya untuk tahu permasalahannya sehingga ketika guru BP mendekati Kesya,
dia tak memberikan respon. Banyak rekan guru juga mencoba untuk mendekatinya dan
memberikannya kekuatan , tapi semua itu sia-sia. Semakin lama aku semakin sedih
melihat kesedihannya.Dilema bagiku. Aku sayang dengan Kesya, tapi apa yang
harus aku perbuat???
“Pak,” tegur pak Cecep. Aku
tergagap, kopiku sudah mulai dingin. Aku kini sudah memutuskan untuk berhenti
mengajar di sekolah ini. Aku ingin lebih memperhatikan Kesya. Aku ingin dia
bangkit dari kesedihannya. Aku sayang dengannya. Untuk itu aku rela melepaskan
atributku sebagai guru demi kenyamanan di sekolah ini. Baik bagi siswa , baik bagi
rekan kerjaku. Aku kembali menyeruput kopiku. Hari ini hari terakhirku di
sekolah. Semua guru menyalamiku, ada perasaan haru yang timbul di dadaku. Aku
bersyukur bisa berada di sekolah ini dengan rekan guru-guru yang hebat. Selamat
Jalan.....
Guru
juga manusia. Punya hati dan perasaan. Saat harus bersinggungan dengan siswa
baik dalam hal pelajaran atau bimbingan , pastilah rasa sayang sering
muncul. Tapi kalau rasa itu begitu kuat
dan itu membuat banyak ketidaknyamana di sekolah baik guru maupun siswanya,
sepatutnya guru harus bijak menyikapinya. Mengundurkan diri salah satu cara
untuk memberikan ruang yang nyaman bagi siswa dan guru yang lain .