Gambar dari sini
Aku masih duduk di taman kota, sedari pagi aku sudah duduk
di sini. Bolos, itulah yang aku lakukan lagi dan lagi. Gak tahu rasanya sekolah bagiku seperti neraka, semua
pelajaran tidak ada satupun yang masuk ke otakku.. Dari kecil aku selalu
dibilang bodoh, karena nilaiku selalu jelek . Untungnya ibuku tak pernah
menganggapku bodoh, dia selalu memberiku semangat agar aku tetap mau sekolah
dan belajar. Walaupun dengan susah payah , aku bisa naik kelas terus sampai
sekarang aku sudah duduk di bangku SMA. Semua guru bagiku menyebalkan selalu
berceloteh tentang belajar dan belajar, aku sudah belajar setengah mati tapi
hasilnya tetap jelek, sedang teman-temanku yang suka dapat nilai bagus karena
nyontek, apa pernah kena omel, gak!!!!!. Sungguh gak adil bagiku!!!!. Aku tidak
tahu harus marah pada siapa, rasanya dunia ini tidak adil bagi aku manusia
bodoh bernama Bisma. Kusibakan rambutku yang agak gondrong saat kulihat ada
seorang yang mengamati. Aku mulai takut. Mau apa orang itu mengamati aku dari
bangku taman di ujung sana. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, tak ada
siapa-siapa lagi, aku berniat untuk pergi dari taman , tapi saat aku hendak
pergi tiba-tiba orang itu secara cepat memegang tanganku kuat-kuat. Aku mulai
berontak tapi tangan orang itu menarik kuat sekali.
“Kamu siapa dan maumu apa,” teriakku.
“Tenang
Bisma, aku gak akan berbuat macam-macam padamu , malah aku mau membantumu,”
katanya lagi. Aku heran , darimana dia tahu namaku. Aku memandangnya dengan
perasaan tak menentu.
“Saya
profesor Andi dari kantor riset Tekno,”
katanya lagi.
“Lalu mau
apa denganku, aku bukan orang pintar,” kataku sambil mengibaskan tangannya dari
tanganku.
“Justru
karena kamu gak pintar aku butuh kamu,’ katanya. Aku heran ,mana ada profesor malah mencari
orang bodoh. Profesor Andi menceritakan kalau dia butuh bantuanku. Dia sedang menangani suatu
proyek besar dan butuh seorang pemuda yang punya jiwa pemberani dan tidak boleh
pintar.
“Ada yang
butuh orang bodoh?” tanyaku heran. Profesor Andi bercerita lagi kalau dia butuh orang bodoh agar tidak
terlalu banyak tahu tentang proyek ini karena ini sangat rahasia. Aku sebetulnya
masih bingung.
“Nah, Bisma
aku harap kamu besok pulang sekolah , kamu datang ke kantorku, aku tunggu,”
katanya lagi sambil berlalu dariku. Aku cuma menggelengkan kepalaku , ada-ada
saja, tapi aku memutuskan untuk menemui pak Andi.
Siang
itu,aku menemui pak Andi. Aku memasuki kantornya. Kantornya besar dan untuk
masuk ke sana harus melewati pengamanan yang ketat.
“Selamat
datang di kantor riset Tekno, Bisma,’ katanya sambil merentangkan tangannya.
Profesor Andi menceritakan , kalau dia akan meletakkan sebuah chip di otak kananku, dengan demikian
aku bisa menyerap banyak informasi secara elektronik maupun bukan. Katanya lagi
aku akan disusupkan di kedubes Malaysia
sebagai kayawan office boy dan akan ditemani dengan Mesya yang akan
menjadi karyawati di kantor kedubes.
“Lalu
gunanya chip itu buat apa?” tanyaku bingung.
“Setiap
informasi yang kamu lihat ataupun dengar itu akan ditangkap oleh chip yang ada
di otak kananmu dan dengan gelombang elektromagentik akan di kirim ke komputer
di kantor Tekno,” katanya lagi.
“Lalu
mengapa harus pilih aku dan belum tentu aku mau ,’ kataku lagi
“Karena
orang yang sudah masuk kemari tak akan bisa keluar lagi sebelum selesai
mengerjakan tugasnya,” katanya . Aku terkejut, kalau aku tidak pulang bagaimana orangtuaku, mereka
akan merasa kawatir.
“Tenang
saja , orangtuamu tidak akan mencarimu, karena setelah kamu selesai mengerjakan
tugas ini, mereka tidak tahu apa-apa,” katanya lagi
“Dan Bisma,
hal ini bisa terjadi karena waktu akan dihentikan dengan mesin waktu, sehingga
selama kamu nanti bekerja di kedubes adalah waktu yang sudah berlalu,” kata
seorang wanita yang berjalan ke arahku.
“Meisya,
teman yang akan bekerja sama di kedubes nanti,’ katanya memperkenalkan diri.
Aku menyambut tanganya, alangkah cantiknya, perawakannya sedang dan kulit
kuning langsat dengan rambut sebahu .
Aku mulai
dimasukkan ke dalam ruang operasi untuk memasang chipnya. Aku sebetulnya sangat
takut tapi beberapa saat kemudian aku sudah tak sadarkan diri dan saat
terbangun aku sudah ada di kamar yang luas dan serba putih.Profesor Andi masuk
ke kamar dan menatapku sesaat
“Nah, Bisma
, kamu sudah siap untuk menjadi office boy di kedubes,” kata profesor Andi, “
dan kamu perlu tahu untuk saat ini kamu menjadi orang pintar yang dapat
menyerap informasi dengann cepat”. Wah, kalau tugas ini selesai aku akan minta
agar chip ini tidak usah diambil lagi, lumayan kan aku bisa jadi anak pintar,
pikirku.
“Bisma,
sesudah misi ini selesai, chip itu harus dilepaskan lagi dari kepalamu , karena
kalau tidak akan berbahaya, “ kata Profesor Andi. Dasar, tahu saja apa yang aku
pikirkan.
Esoknya
aku dan Meisya sudah diantar untuk
bekerja di kedubes Malaysia, sebetulnya aku juga tidak mengerti informasi apa yang
akan dicari kantor Tekno. Pekerjaanku hanyalah membersihkan ruang dan
menyediakan minum bagi karyawan , sangat mudah. Setiap ada informasi yang ada
di komputer atau yang kudengar secara otomatis akan ditangkap oleh chip di
kepalaku yang akan ditransfer ke kantor \Tekno. Oleh sebab itu aku harus lebih
sering menyapu ruang-ruang yang kemungkinannya ada informasi dan Meisya yang
akan menyuruhku untuk ruang mana yang harus sering kusapu.
“Bisma,
nanti setelah makan siang akan ada rapat di ruang rapat, kamu sering-sering
masuk ke sana untuk memberi minuman ya,” kata Meisya berbisik sambil berlalu
dariku. Rasanya aku mulai nakisr dengan Meisya, wajahnya tak pernah bsia lepas
dari pikiranku, cantiknya dia. Waktu rapat siang hari, aku tak menyangka di
sana ada perdana menteri Malaysia, padahal setahuku aku tak pernah mendengar
kedatangannya di televisi, tapi tahu-tahu sudah ada di sini. Ada beberapa orang
lagi dan ada menteri luar negeri Indonesia juga. Wah pasti ada yang serius
dibicarakan. Beberapa kali aku masuk
ruang rapat untuk mengecek minuman apa sudah habis atau belum. Waktu aku lagi
menyapu ada peserta rapat yang menatapku tajam , tapi aku pura-pura tidak
melihatnya, walau hatiku berdebar-debar.
Hari kedua
aku di suruh Meisya untuk masuk ruang arsip mumpung komputer sedang diakses
semua. Aku pura-pura datang untuk menyapu dan membersihakan meja-meja.
“Mengapa
kamu di sini, bukannya tadi pagi sudah di sapu?” tanya orang yang kemarin
menatapku terus menerus.
‘Iya, tapi
sekarang mau membersihkan meja-meja agar bersih,” kataku. Orang itu menggeledah
seluruh pakaianku , dan dia tak mendapatkan apa-apa, ya iyalah dia tidak tahu
kalau ada chip di kepalaku.Orang itu berlalu dengan bersungut-sungut. Aku
menghela nafas lega, satu sudah terlewati. Waktu kuamati komputer yang terbuka
di sana kulihat ada data yang mengejutkan, data yang menunjukan Malaysia akan
membom Indonesia kalau tidakk mau dibujuk memberikankan pulau di dekat propinsi
Kalimantan Barat yang sudah lama diincar Malaysia. Setahuku tidak ada ancaman
seperti itu di berrita-berita televisi maupun koran, apakah ini rahasia antara
Indonesia dengan Malaysia???. Aku mulai penasaran dan aku mulai membuka lagi
info demi info, tapi tiba-tiba kepalaku pusing sekali. Dibagian tempat chip di
pasang, rasanya berdenyut-denyut dan menimbulkan rasa sakit . Kupegang
kepalaku, tapi entahlah tiba-tiba aku tak dapat melihat apa-apa. Waktu ku
tersadarkan diri aku sudah ada di
ruangan pantry.
“Kamu sudah
sadar?” tanya teman sesama office boy. Aku mulai mengumpulkan ingatanku, oh ya
aku tadi ada di ruang arsip.
“Siang pak
Asrul,” kata temanku. Aku menatap orang yang sama dengan yang menegurku di
ruang arsip, namanya pak Asrul .
“Kamu bawa
tas tidak ?” tanyanya. Aku mengangguk dan menunjuk kalau tasku ada di loker.
Pak Asrul menuju lokerku dan memeriksa tasku, dia tak mendaptkana apa-apa. Sesaat setelah pak Asrul keluar, Meisya masuk
berpura-pura hendak mengambil air minum.
“Bisma ,
sore ini kamu langsung ke kantor Tekno,”kata Meisya berbisik di telingaku. Aku
merasakan sensasi yang lain, aroma tubuhnya membuatku berdesir sesaat, membuat
pipiku memanas .
Sore itu
sepulang kerja di Kedubes aku langsung ke kantor Tekno. Di sana aku sudah
ditunggu profesor Andi.
“Sore
Bisma, kemari,” katanya sambil mengajakku ke ruang operator dengan banyak
komputer yang dihubungkan dengan satelit.
“Bagus
kerjamu, sudah banyak info penting yang bisa tertransfer kemari,” katanya lagi.
Waktu itu di salah satu layar komputer aku melihat Meisya sedang asik bekerja
di meja kerjanya, tiba-tiba pak Asrul memegang tangan Mesiya dan menariknya ke
ruang kepala kedubesnya. Aku amati layar dengan mata tak berkedip dan
aku kalut saat melihat Meisya di paksa untuk memberitahukan dirinya siapa dan
tangannya ditarik ke belakang.
“Prof,
lihat apa yang mereka lakukan terhadap Mesiya,” teriakku. Profesor Andi melihat
layar dan menatap terus . Dan saat dalam keadaan genting , profesor Andi
memencet tombol di panel dekat komputer dan tiba-tiba Meisya jadi hancur lebur
berkeping-keping. Aku tekejut sekali dan kutatap profesor dengan marah.
“Apa yang
kau lakukan terhadap Meisya,” kataku marah.
‘Tenang,
itu memang sudah prosedur di sini daripada rahasia terbongkar,” katanya lagi
dengan tenang.
“Jadi,
kalau aku juga dalam keadaan terpepet akan dilakukan seperti Meisya,” tanyaku .
“Iya, demi
informasi yang akan menyelamatakan negara,” kata profesor sambil menepuk
pundakku. Astaga, aku tak penah berpikir akan sebahaya ini, tapi kenyataan ini
membuatku ketakutan dan aku ingin menyudahi .
“Prof, apa
aku sudah selesai dengan tugas ini,” kataku.
“Sudah, dan
sudah banyak info yang kau serap, apalagi saat kamu di ruang arsip, makanya
kepalamu sampai pusing karena kebanyakan info yang masuk,” katanya lagi.
“Tapi,
jangan lupa kamu masih harus diambil chipnya dulu , sekarang istirahatlah
dulu,” katanya sambil membukakan pintu untukku. Aku masuk kamarku di kantor
tekno, sambil membayangkan kemalangan Meisya.
Sungguh tak kuduga , Meisya harus pergi secepat ini demi negara, katanya.
Ku masih terbayang-bayang wajahnya dan kepalaku mulai terasa pusing kembali dan
aku taksadarkan diri lagi. Saat ku sadar aku sudah ada di meja operasi untuk
mengambil chipnya kembali.
“Terimakasih
banyak, Bisma, kamu telah memberikan kontribusi berharga bagi negara,” kaat
profesor,” dengan demikian negara kita akan terselamatkan dari tindakan bom
dari Malaysia,”
Dengan memutar
balik lagi mesin waktu, aku kembali ke orangtuaku tanpa mereka merasa aku
pernah tidak ada selama beberapa hari,
yang mereka tahu aku baru saja pulang sekolah.
“ Bisma,
sore benar kamu pulangnya?” tanya ibu.
“Iya, bu
ada tambahan pelajaran,” kataku sambil masuk ke kamar. Di kamar
Aku masih saja belum percaya
kalau ini benar-benar terjadi, rasanya aneh , aku kembali ke rumah saat
pulang sekolah padahal aku sudah beberapa hari menjadi office boy di kantor
kedubes. Dan aku harus kembali lagi menjadi Bisma yang bodoh dan harus
kehilangan perempuan yang baru saja aku taksir. Dan aku mulai terlelap kembali
dalam mimpi yang panjang......