Gambar dari sini
Masih
pagi , terdengar suara rintik hujan mulai turun. Terdengar lagi suara gemuruh
geludug dan petir yang mulai bersahutan. Tanda akan hujan lebat kan datang. Banyak
orang mengeluh kalau hujan lebat turun, karena banyak yang kesulitan untuk
beraktifitas, kecuali diriku. Aku suka dengan hujan, karena saat hujan aku akan
mendengar suara-suara itu lagi yang begitu merdu di telingaku. Suara-suara yang
mengajakku untuk pergi jauh ke tempat dimana tak akan ada yang menyakiti
diriku, tak akan ada yang mencemooh diriku , pokoknya aku akan tinggal bahagia
di sana. Aku sungguh tertarik dengan ajakan suara itu. Aku selalu menunggunya
saat hujan. Suara itu jelas terdengar di telingaku.
Aku
merasa aku anak yang tak diinginkan oleh ibuku. Aku selalu kena marah ibuku
semenjak kecil, bahkan aku harus menerima pukulan yang sering melayang di tubuh
kecilku sampai aku remaja. Bahkan aku sekarang sudah tak lagi mengenal apa rasa
sakit itu saking seringnya aku didera pecutan ibu. Apa salahku ibu??? Kalau ayah
meninggalkan ibu , mengapa aku yang disalahkan?? Aku hanya pelampias ibu akan rasa amarahnya pada
ayah. Rumah aku bagai neraka bagiku, aku tak mampu pergi dari rumah ini. Aku
kasihan ibuku. Dia hanya berteriak-teriak saja tiap hari tak ada yang dia kerjakan
, hanya marah dan marah lagi. Tapi aku hanya bisa memandangnya dengan perasaan
iba. Sampa suatu saat , saat hujan aku selalu mendengakan suara itu. Suara yang
mengajakku untuk pergi ke tempat yang indah. Dan aku makin suka mendengarkan
suara merdu di telingaku saat hujan turun. Begitu seterusnya, hujan bagiku
adalah anugerah karena aku seperti punya teman untuk bicara .
Dan
kini aku masih mendengaran suara itu saat hujan mulai turun di pagi hari.
Teriakan marah ibu tertutupi dengan suara-suara itu diantara hujan yang berderai
turun.
“Pergilah dengan aku, kau akan
mendapatkan tempat yang baik, bukan di sini.”
“Aku kasihan dengan ibu.”
“Kasihan? Kamu tak mendapatkan kasih
sayang, kau terluka, pergilah bersamaku.Lukamu sudah terlalu banyak nak.
Pergilah denganku.” Suara itu terus memanggilku untuk ikut dengannya. Aku
begitu tertarik tapi bagaimana dengan ibuku. Dengan siapa kalau aku pergi?? Tapi
suara itu terus bergema di telingaku. Hujan makin deras turun , suara petir
bersahutan. Tak terasa aku keluar rumah. Berjalan dengan telanjang kaki ,
diguyur hujan lebat. Sekujur tubuhku basah. Terus berjalan..... sampai aku
merasa tubuhku melayang-layang, seperti burung terbang tinggi. Aku seperti
ringan terbawa hembusan angin....terus keangkasa. Aku melihat tempat yang
indah. Inilah yang dijanjikan oleh suara itu. Saat aku melihat kebawah, aku melihat
tubuhku tergeletak di tanah.
6 komentar:
20 Oktober 2016 pukul 19.44
Terima kasih sudah mendafar. :D
21 Oktober 2016 pukul 10.06
Endingnya sedih. Ihik..
21 Oktober 2016 pukul 12.54
sama-sama mas agung
21 Oktober 2016 pukul 12.57
sedih bunda raka-alya, cuppppp
24 Oktober 2016 pukul 21.06
Manstaf :)
25 Oktober 2016 pukul 12.58
makasih mas edy
Posting Komentar