Gmabar dari sini
Ruang itu masih sama seperti 15 tahun yang lalu, saat aku
pertama kali datang kemari, tak ada satupun yang berubah. Ruangan yang sejuk,
nyaman dan ini memang sengaja dibuat untuk relaksasi bagi orang-orang yang datang
kemari.
“Gimana,
sudah lebih rileks?” tanya dokter Mira,aku mengangkat bahuku cuek. Memang aku
sudah jarang kemari setelah aku bisa mengontrol kemampuanku dengan baik
sehingga kemampuan indera keenamku tak membuatku menjadikan beban yang berat.
Dulu awal sekali, saat aku berusia 7 tahun , aku mulai sering mimpi tentang
kematian seseorang dan itu semua terbukti, bukan hanya saudara dekat saja
bahkan orang lain atau mau ada kecelakaan hebatpun semua aku tahu. Usiaku yang
masih muda membuatku ketakutan dan selalu berakhir dengan histeria yang
mengakibatkan aku sering berteriak-teriak. Mimpi buruk tentang kematian ,
kecelakaan selalu berkelebat dalam otakku sampai aku tak mau untuk tidur karena
takut bermimpi lagi. Pernah saat malam aku mimpi melihat nenekku ditarik oleh
seseorang yang membuat nenekku melayang jauh ke angakasa, aku berusaha
menariknya kembali tapi aku tak cukup kuat, tahunya esoknya aku mendapatkan
kabar kalau nenekku meninggal. Menurut ibuku aku mendapat kemampuan sepeti ini
seperti kakek buyutku yang juga mempunyai kemampuan indera keenam. Ibuku mulai
kebingungan dan akhirnya membawaku ke dokter Mira yang psikiater yang menanganiku
sampai saat ini. Tetapi yang dokter Mira berikan bukan untuk menghilangkan tapi
agar aku bisa menerima dengan hati yang lebih rileks dan nyaman sehingga aku
tak akan ketakutan lagi. Sedikit demi sedikit aku mulai bisa mengelola
kemampuan tapi itu kalau aku dalam keadaan yang tidak tegang atau tak banyak
pikiran tapi kalau lagi stres yang kembali aku tak bisa mengelolanya dan dokter
Miralah yang setia membantuku .
“Zara, aku
ditugaskan oleh kantorku untuk belajar
di negera Belanda selama dua tahun,” Bram memberitahukan kalau dia harus
pergi ke Belanda.
“Duh lama
banget sih,awas loh jangan naksir bule-bule cantik di sana,”ancamku .
Membayangkan berjauhan dengan Bram , sungguh aku sendiri rasanya tak sanggup,
sudah hampir dua tahun aku selalu terbiasa dengan Bram dan kali ini aku harus
berjauhan dengannya. Rindu pastilah selalu akan menemaniku dan aku hanya bsia berkhayal dan membayangkan
Bram kuliah dengan bule-bule yang konon lebih berani dengan pria. Buseet!!!,
bagaimana aku harus mengatasi rasa cemburuku saat aku harus berjauhan
dengannya. Banyak orang mengatakan , orang akan lebih memperhatikan orang yang
lebih dekat , nah, bagaimana kalau ada yang memberikan perhatian yang lebih
untuk Bram , sedangkan aku tinggal berjauhan dengannya. Tak dipungkiri pria
akan merasa tersanjung saat ada yang memperhatikannya saat mereka memang lagi
membutuhkan perhatian.
“Hei,
kenapa melamun?” aku cemberut dan memalingkan muka ke arah yang lain, aku masih
tak ingin melepasnya pergi.
“Emang gak
ada kampus di sini yang bagus untuk kuliah lagi?” protes aku malah ditimpali
dengan senyum lebarnya, sungguh aku suka dengan senyummnya, membuatku
melayang-layang dibawa cintanya. Bram cuma bilang , aku disuruhnya protes pada
perusahaannya, dia hanya disuruh oleh bosnya.
“Menurut
bos, di Belanda jurusannya paling bagus
di dunia, artinya aku orang pintar pilihan bos untuk belajar di sana,” Bram menunjukan
dadanya , aku tertawa lebar, sungguh akupun bangga dengan dirinya yang memang
pintar.. Kepergiannya membuatku harus menahan airmata agar tak keluar tapi
sekuat-kuatnya aku menahan jebollah pertahananku, aku menangis di hadapannya.
“Zar,
sekarang sudah jaman modern , bisa sms, teleponan , skype dan bisa memadangku
laama kok, dah jangan nangis , nanti aku semakin berat meninggalkanmu,” Bram
menarik tubuhku dalam pelukannya. Kulambaikan tanganku saat Bram masuk dalam
ruangan, aku masih menunggu di ruang tunggu sampai kudengar suara yang menyatakan
keberangkatan menuju Belanda. Bram, aku akan selalu merindukanmu.
Hari-hari
tanpa Bram kulalui dengan banyak cerita tentang Belanda dari Bram yang setia
memberikan kabar untukku. Aku mulai menyibukkan dengan skripsiku , untuk
menghilangkan sedikit kerinduanku untuknya. Tapi di saat-saat senggang mulai
kerinduan menyeruak dalam dada ini, kadang tangis dalam diam yang keluar , biarlah aku
keluarkan agar rasa rindu terobati dalam tangisan rindu. Menurut dokter Mira menangis
juga bisa menjadi obat untuk menjadi
rileks setelah banyak yang dipikirkan di otak, justru orang yang tak bisa
menangis, akan mengalami ketegangan. Hampir dua tahun aku masih menunggu Bram
dengan banyak rindu untuknya, aku masih setia menunggunya.. Sudah hampir
seminggu ini aku kembali rutin mendatangi dokter Mira, aku mulai kambuh. Entah
mengapa aku mulai sukar mengendalikan
kemampuanku , apa karena rasa rindu yang membuatku banyak pikiran sehingga aku
tak bisa rileks????
“Zar, coba
rileks lagi hilangkan semuaa yang ada di pikiranmu, kamu pasti bisa,” ajak
dokter Mira untuk membuatku rileks. Setiap kupejamkan mataku, kembali
bayang-bayang kapal terbang melesat di pikiranku , pesawat itu selalu berputar-putar
mengelilingiku dan suara yang begitu menyeramkan bahkan pesawat itu kemudian
jatuh berkeping-keping. Aku merasa heran , mengapa pesawat itu terus saja mendatangiku
dalam mimpi-mimipiku membuatku takut dan aku mulai tak dapat mengendalikan
pikiranku. Dokter Mira menyarankan aku dibawa ke tempat praktek hypnoterapi,
untuk membuatku kembali rileks. Ada sesuatu yang aku sendiri tak mengerti
mengapa aku sampai tak bisa mengendalikan pikiranku , padahal selama ini aku
selalu mampu, walau aku harus diterapi tapi aku masih bisa rileks. Malam itu
aku melihat lagi pesawat itu berputar-putar mengelilingiku dan jatuh di
hadapanku.. Aku terbagun dan mulai menjerit
dan tiba-tiba aku menangis sejadi-jadinya tanpa bisa aku mengendalikannya
“Ada apa
Zar?’ tanya ibuku.
“Pesawat
jatuh,” tangisku kembali menyeruak di keheningan malam, ibu merangkulku sampai
aku kembali jatuh tertidur.
Mataku sembab
, ingin kubaringkan kembali tubuhku untuk tidur tapi aku takut pesawat itu
datang lagi , aku menahan kantukku . Segelas susu hangat buatan ibu membuatku
lebih rileks saat ini, kusesap perlahan sampai kerongkonganku terasa hangat.
Siang itu saat aku dikejutkan berita ada pesawat jatuh di Ukaraina dengan jenis
pesawat MH-17 . Oh, pantas aku bermimpi pesawat , mungkin aku sudah melihat
akan ada pesawat yang jatuh. Sebentar kemudian aku menerima telepun dari ibunya
Bram , kalau Bram termasuk penumpang di pesawat MH 17 itu, aku tak sadarkan
diri . Lama aku mulai terbangun , dan aku mulai menangis lagi, Bram sudah pergi
bersama pesawat yang membawanya. Sungguh Bram tak pernah memberitahukanku akan
pulang , andai saja Bram memberitahu padaku mungkin aku akan melarangnya
pulang. Semua sudah terjadi takdir Allah tak bisa yang melawan, aku tak penah
bertemu kembali dengan Bram. Pesawat
itu membawa Bram hancur bersamanya, aku hilang ingatan.........
4 komentar:
10 April 2017 pukul 13.52
Hiiiihhh awal awal paragraf artikel sempat merinding bun, ikut membayangkan bagaimana rasanya tidak nyaman jika kita memiliki indra keenam xixi
10 April 2017 pukul 14.02
iya banyak yang kadang suka stres krn punya kelebihan indra , jadi hrs bisa mengelolanya g baik shg tak mempengaruhi jiwanya
11 April 2017 pukul 06.36
Semacam firasat, dejavu....
11 April 2017 pukul 12.26
betul mas bisot
Posting Komentar