Gambar dari sini
I’m soglad you made time see me
How’s life?tell me, how’s your family?
I havne’t seen them in a while
You’ve been good , busier than ever
We small talk, work and the weather
Your guard is up and I know why
Because the last time you saw me
Is still burned in the back of yaour mind
You gave me roses , and I left them there to die
Lagu back to December mengalun
merdu. Menyentuh hatiku paling dalam . Capucino hangat yang menemaniku masih
terasa hangat di kerongkongan. Masih terdengar suara Taylor Swit mengalun di
sela-sela hatiku. Kini semakin aku merasa bersalah. Aku pandangi kafe di tengah
kota Osaka ini. Masih seperti dua tahun yang lalu saat aku meninggalkan kota
ini. Lagunya Taylor Swift masih mengalun, tak terasa butir air mata mulai
membasahi pipiku. Cepat kulirik kiri dan kanan takut ada yang memperhatikan.
Setelah tahu tak ada yang memperhatikanku, aku mulai menyusut air mataku. Sedikit isak kembali. Dan aku mulai menunduk
saat beberapa mata mulai menoleh padaku. Apakah Arata akan datang menemuiku???
Apakah dia akan memaafkanku??? Aku sudah menyakiti perasaanmya, mungkinkah dia
akan datang malam ini??? Entahlah. Sudah satu jam aku menunggunya di kafe ini,
Arata belum tampak batang hidungnya. Beberapa kali aku memandangi ponselku, tapi
belum ada kabar sedikitpun darinya. Aku
mencoba menenangkan hati resah ini. Kalaupun Arata tak mau datang , aku bisa
memakluminya. Aku telah menyakiti perasaanya...
“Mau tambah lagi?” tanya seorang
pelayan padaku. Aku mengangguk. Dan tak lama kemudian capucino hangat sudah
berada di atas mejaku.
“Arigato,” tukasku sambil terus
menundukan kepalaku. Pintu kafe terbuka. Aku menatap pria yang begitu aku
kenal. Ah, Arata datang juga. Jantungku berdebar cepat , aku mulai tak bisa
menguasai diriku lagi. Arata melangkah mendekati kursiku.
“Ogenkidesuka?” tanyanya sambil duduk di hadapanku.
“Chodo bakkin,” tukasku gugup. Arata
memesan segelas susu hangat. Dirapatkannya lagi jaket yang menutup tubuhnya.
Matanya tajam menatapku.
“Sore de, anata wa nani o shitaidesu.”
Aku menunduk. Diam . tak satupun kata yang mampu aku ucapkan padanya. Gemuruh
rasa takut dan penyesalan ada di lubuk hatiku. Maukah dia memaafkanku.
“Watashi o yurushite.” Arata
memandangku tajam. Aku melihat matanya sendu. Aku tahu hatinya terluka. Aku kembali menunduk, aku tak sangggup
melihat matanya. .... Masih mengalun lagu yang membawa kenanganku dua tahun
yang lalu.....
Aku mengenal Arata , pria Jepang
dengan kulit yang lebih gelap dibanding pria Jepang lainnya. Arata seorang
atlet bastket yang juga berkuliah di Osaka University. Tak sengaja bertemu di
perpustakaan saat meminjam buku. Perkenalan yang sederhana . Arata sering
mengunjungiku di asrama Mungkin saat
musim semi tiba saat bunga sakura mulai bermekaran, begitu juga cintaku
bermekaran. Tawa Arata yang selalu menggema di hati. Saat pertama kalinya Arata
menyatakan cintanya di depan pohon sakura yang bermekaran. Begitu indah bagiku.
“Aishiteimasu,” lengannya memeluk
bahuku. Aku mulai menyandarkan kepalaku pada dadanya. Kudengar detak jantungnya
bergemuruh keras. Aku menikmati saat-saat itu.
“Utsukushi sakura,” tukasku sambil
menikmatui debaran jantung Akara. Kupejamkan mataku. Indah sekali saat itu.
Cinta dua hati. Cinta yang begitu indah boleh mampir . Di sini, di hatiku. Masa-masa indah yang tak pernah aku lupakan
bersama Arata.
Foto-foto kebersamaanku dengan Arata
banyak aku upload di facebook. Sampai suatau saat aku mendapat telepon dari
mama.
“Gimana kuliahmu, Nara?”
“Baik-baik saja mam.” Mama
menanyakan seberapa dekat aku dan Arata. Ah, ternyata mama sudah bisa melihat
kedekatanku dari foto-foto yang aku upload.
Saat itu aku hanya terdiam.
“Nara, dia berbeda denganmu dalam
segala hal. Mama ingin kau tahu itu, sulit bagimu untuk bisa bersatu dengannya.
“ aku tak banyak bicara, hanya terdengar suara mama yang semakin membuatku
pening. Aku terduduk lemas.
“Nara, kau masih di sana?” tanya
mama.
“Iya mam.” Semua perkataan mama tak
lagi aku gubris , aku sudah tahu . Mama tak setuju. Air mataku perlahan turun.
Entah tiba-tiba aku merasakan akan kehilangan Arata. Aku takut!!!!!.
Setiap aku dekat dengan Arata ada
rasa sakit di dada. Aku tak pernah memberitahu Arata tentang ketidaksetujuan
mama padanya. Aku tak ingin kebersamaan dengannya hilang karena mama. Aku masih
ingin selalu bersamanya. Perlahan mama
selalu mendesakku untuk menjauh darinya. Bahkan mama menyuruhku untuk kembali
dan meneruskan kuliah di Indonesia saja. Pesan mama yang aku tak mungkin
menolaknya. Aku tak mau jadi anak durhaka.Aku pasrah!!!!. Maafkan aku , Arata.
Aku harus meninggalkanmu......
“Aishiteimasu,” begitu kembali Arata
ucapkan padaku dengan buket mawar merah diberikan padaku . Di kafe Ohin kembali
Arata nyatakan cintanya. Aku tak mampu lagi bertahan. Semua pertahananku
hilang. Aku menangis. Arata memandangku heran. Arata menatapku tajam. Masih
bersimbah air mata, aku bawa mawar itu dan berlari dari sana. Terus aku langkahkan
kakiku , terus berlari menjauh darinya. Selamat tinggal Arata, aku akan selau mencintaimu.
Selalu......
Ternyata sekembalinya aku ke
indonesia, aku tak mampu menghilangkan bayang-bayang Arata. Dia selalu datang
dalam mimpi-mimpiku. Aku tahu mungkin saat itu Arata marah padaku yang
meninggalkanku tanpa sepatah katapun aku keluarkan. Perasaan bersalah selalu
menghinggapi diriku. Selalu perasaan bersalah itu menghantuiku setiap malam.
Malam-malam penuh kerinduan dan malam-malam penuh penyesalan. Membayangkan
Arata dengan kemarahannya. Itu membuatku sakit. Aku tak mampu lagi bertahan sampai
aku jatuh sakit. Mama menatap sedih. Aku hanya memalingkan wajahku. Aku memang kehilangan cintaku demi mama. Aku tak mau
membangkang. Sampai batas kekuatanku bertahan , aku masih saja merindu padamu
Arata. Masih.. Sampai akhirnya mama menyerah. Aku tersenyum. Aku akan datang
kembali ke Osaka, untukmu Arata.......
Aku tersentak kaget saat Arata berdeham keras. Aku menatapnya dengan mata penuh air mata. Arata masih diam. Masih marahkan dia padaku??? Hatiku terguncang, Arata memilih tetap diam. Aku tahu Arata marah tapi semarah itukah dia padaku. Apakah cintanya sudah hilang???? “Anata ga inakute sabishidesu.” Diam lagi. Masih saja lagu itu mengalun lembut. Kenangan Desember yang tak peranh aku lupakan. Diam-diam aku menangis kembali, aku tahu aku salah. Mungkin Arata tak mau memaafkan aku. Aku tahu. Aku harus pergi untuk yang kedua kalinya.
“Watashioyurushite. Watashi ga ikanakereba naranai,” tukasku sambil berdiri.
“Oyasumi.” Aku berlalu dari hadapannya .
Aku mengharap Arata memanggilku. Sampai pintu aku tak mendengar suaar Arata lagi.
Aku tak akan membalikan tubuhku lagi.
Selamat jalan cinta. Akan aku kuburkan dalam-dalam cerita cinta. Aku tak amu
menangis lagi. Aku salah. Aku telah menyakitinya. Aku tahu. Aku melangkahkan
kakiku cepat-cepat. Udara malam begitu dingin, kurapatkan jaket di tubuku. Sepi
“Nara,” teriak Arata dari arah belakang. Aku membalikan tubuhku. Senyum Arata mengembang.
Aku tahu Arata telah memaafkan aku.
12
Tsuki-Chu Ni Bara = bunga mawar di bulan desember
Arigato = terimakasih
Ogenkidesuka = apa kabarmu
Chodo bakku =baik-baik saja
Sore de, anata wa nani o shitaideru = jadinya mau apa.
Watashi o yurushite = maafkan aku
Aishiteimasu = aku mencintaimu
Utsukushi sakura = indfahnay sakura
Anata ga inakute sabishidesu =aku rindu padamu
Oyasumi = selamat malam
4 komentar:
8 Mei 2017 pukul 17.30
Fasih juga bahasa jepangnya mbak :-)
9 Mei 2017 pukul 12.27
lihat kamus mas
9 Mei 2017 pukul 15.26
Lah ... tiba-tiba berakhir aja ceritanya :(
10 Mei 2017 pukul 12.15
wah kurang panjang yamas amrudly
Posting Komentar