Gambar dari sini
Mira
masih terduduk lemas, ini untuk kedua kalinya suaminya memohon ijin untuk
menikah lagi. Masih tak cukupkah istrinya dua orang. Sungguh Mira tak habis
pikir , mengapa mas Andi begitu tega dengan hatinya, masih saja dia bermain
dengan cinta yang sepertinya menjadi bahan obralan yang patut diperebutkan. Bukan
Mira iri terhadap wanita lain yang menjadi saingannya atau iri dengan
kecantikan yang mereka miliki. Apa mereka memang cinta pada mas Andi atau mereka cinta karena harta mas Andi????
Mira sungguh tak mengerti, kalau boleh berharap, ingin dia kembali ke masa-masa
awal mereka hidup susah, mas Andi selalu mencintai dan menyayanginya . Tanpa
harta yang banyak mereka bisa merajut tali kasih sayang, saling memperhatikan
dan kedamaian selalu ada dalam keluarga kecilnya. Kini Mira tak mampu berbuat
apa-apa harta telah menyilaukan mas Andi , dia menjadi orang yang
sewenang-wenang. Dengana jabatan sebagai anggota DPR membuatnya sombong dan tak
mau kenal lagi dengan teman-teman dulu yang selalu bersamanya saat keadaan
susah. Wataknya juga langsung berubah menjadi tukang perintah dan kata-kata
yang tak terkontrol , membuat hati Mira selalu dirundung kesedihan . Untung
anak-anaknya selalu dia bimbing untuk tetap sederhana tak sombong walau banyak pertanyaan dari mereka
kalau ayahnya jarang pulang.
“Bunda, ayah hari ini tak pulang
lagi,” tukas Sasha, Mira menoleh dan memangku Sasha dalam pangkuannya. Sasha sudah
masuk kelas satu SD , dia anak cerdas dan wajahnya sangat mirip dengan ayahnya,
kadang Mira sering menatap Sasha kalau rindu menyerang hatinya pada suaminya
sekaligus rasa cemburu yang menusuk di hatinya, jika terbayang mas Andi berada
dipelukan wanita lain.
“Iya, ayah sedang ke luar kota, masih
banyak pekerjaan.” Mira memeluk Sasha erat tanpa disadari Bimo menghampirinya
juga.
“Enak seperti dulu ya Bun, ayah sering
bercanda dan berlibur dengan kita, sekarang ayah selalu sibuk dengan
pekerjaannya. Bimo rindu dengan ayah yang dulu.” Mira menatap sedih pada Bimo
yang kini sudah masuk kelas satu SMP. Di usia remajanya sebagai laki-laki , dia
perlu sekali sosok ayahnya dekat dengannya.
“Ya, sabar ya, coba lihat sekarang
kita punya tempat tinggal yang lebih enak dibanding dulu. Itu berkat kerja
keras ayah,”tukas Mira, sebetulnya dirinya juga merindukan , sangat rindu untuk
berkumpul bersama seperti dulu, bukan hanya anaknya saja.
“Tapi tetap Bimo lebih suka ayah
selalu dekat dengan kita.” Aku meraih tubuhnya dan memeluknya bersama Sasha
dalam pelukanku. Hatiku sakit sekali, matanya mulai buram dengan air mata,
perlahan air matanya mulai mengalir di pipinya.Untuk kesekian kalinya dia
menangis untuk suaminya.
“Untuk apa lagi mas menikah, memang
tak cukup dengan dua istri?” tanya Mira saat suaminya pulang ke rumah.
“Daripada aku berzina. Lebih baik aku
mengawininya, lagipula aku masih mampu. Kalau kamu merasa kurang, minta
tambahan berapa lagi uangnya,” tukas mas Andi. Sakit hati Mira, bukan uang yang
dia minta , Mira tak butuh itu, dia butuh
perhatian dan kehadirannya selalu di sisinya. Walau Mira berbantahanpun
tak membuat Andi tergoyahkan, tekadnya untuk kawin lagi tak bisa terbantahkan.
Mira hanya menunduk lemas, ditinggalnya suaminya sendiri di kamar. Dia masuk
kamar Sasha dan mencoba berbaring di
sisinya. Matanya sulit terpejam, sungguh mas Andi sudah begitu banyak berubah,
Mira merasa kehilangan mas Andi yang dulu begitu memperhatikannya dan
menyayangi lebih dari apapun, kini semua hilang darinya. Apa harta telah
memburamkan hatinya, apa harta yang telah menutup mata hatinya. Andai saja Mira
bisa kembali ke masa lalu, andai saja, ingin dia kembali seperti dulu. Runtuhan
air mata yang terus mengalir menemani malam itu , walau mas Andi ada di sini
tapi jiwanya entah berada dimana. Mira kehilangan suaminya, raib dalam
genggamannya. Mira hanya bisa mengeluh dan menangis di malam-malam sepinya
seorang diri.
Mira dikagetkan dengan berita yang
baru dia dengar tadi pagi di televisi, kalau mas Andi tertangkap basah menerima
suap dari seorang pengusaha properti di sebuah hotel bersama wanita muda.
Seketika tubuh Mira lemas , apa lagi yang kini harus dia hadapi??? Satu lagi
masalah yang harus Mira pikul, bagaimana dengan anak-anaknya terutaam Bimo.
Bimo pasti sudah mengerti dan tentunya dia akan terpukul dengan berita ini.
Walau Mira berusaha untuk tak memberitahu anak-anak tapi Bimo pasti akan
mengetahuinya juga. Hampir seminggu mas Andi ditahan, Mira selau menengoknya
dan membawakan baju ganti dan makanan kesukaannya. Mira melihat suaminya duduk
lemas dan wajahnya yang murung dan tampak
penuh beban.
“Maafkan aku Mir,” keluhnya. Mira
hanya diam saja tak tahu harus bicara apa kali ini pada suaminya. Nasi telah
menjadi bubur. Sebetulnya Mira sudah berapa kali menegurnya agar tak main-main
dengan jabatan barunya , tapi mas Andi sudah menyalahgunakan kepercyaannya untuk
hal yang buruk. Mira sangat menyesalkan semuanya .Bagaimana dengan anak-anak
terutama Bimo. Bimo kemarin sudah mengeluh padanya, banyak temannya yang
menyindir ayahnya sebagi koruptor, maling uang rakyat. Hatinya sudah sakit,
kini tambah sakit, mungkin lukanya sudah kronis dan menganga lebar sulit untuk
dijahit kembali.
“Dari dulu aku sudah mengingatkan
mas, tapi mas tak pernah mengubrisnya, mas terlalu silau dengan harta. Padahal mas
tahu sendiri aku tak pernah menuntut banyak darimu. Aku tahu diri dan aku bukan
perempuan yang gila harta. Tapi lihat sekarang di mana istri-istri mas sekarang. Satupun tak ada yang menengoknya
kemari. Malah Kania kemarin minta uang
padaku ,katanya untuk melunasi kalung yang baru dia beli. Aku masih bisa
memberinya uang tapi untuk lain kali darimana uangnya????” keluh Mira. Mira
menatap sedih suaminya yang tiba-tiba
menangis dan Mira belum pernah melihat kesedihan yang begitu mendalam pada diri
suaminya.
“Maafkan aku Mir.Aku tahu, aku
salah, kasihan anak-anak, pasti mereka malu punya ayah sepertiku,”gumamnya
perlahan. Mira melihat dari sudut matanya, sebetulnya begitu ingin dia
memeluknya kembali seperti dulu yang sekarang jarang dia lakukan karena mas
Andi lebih suka bercengkerma dengan istri barunya yang sekarang terbukti hanya
ingin uangnya saja.
“Ya sudah mas, nasi sudah menjadi bubur, semua tak bisa diubah
lagi.Resiko juga harus mas tanggung. Percayalah, aku dan anak-anak akan
menunggumu kembali berkumpul dengan kami. Ijinkan aku bekerja untuk anak-anak,”
tukas Mira. Andi semakin menangis tak henti-hentinaya mendengar penuturan
istrinya, hatinya begitu menyesal telah menyiakan-nyiakan kesetiaan Mira
,sedangkan dia malah bersenang-senang dengan wanita lain untuk kepuasaan
sesaat. Hatinya sungguh menyesal.
“Maafkan aku Mir, “begitu terus yang
diucapkan Andi pada istrinya dan dengan tatapan nanar dia melihat istrinya
pergi menjauh darinya. Dia berharap, esok Mira akan datang menengoknya lagi.
Mira melangkahkan kakinya keluar dari rumah tahanan dan mentari menyambutnya .
Hanya satu harapan Mira, suatu saat kelak suaminya sudah bisa bebas kembali, bisa
berkumpul bersama keluarga kecilnya. Suatu
harapan mulia dari seorang wanita bernama Mira, perempuan setia yang
tangguh.
7 komentar:
5 Juni 2017 pukul 15.50
Duh, sedih aku bacanya, Mbak. Kayaknya, fiksi ini sebuah realita deh. Sepertinya, kisah ini terjadi di suatu kehidupan. Yang entah siapa. Semoga kita dijauhkan dari kehidupan yang seperti itu. :(
5 Juni 2017 pukul 16.18
Kehidupan spt itu memang terjadi ya... Sedih rasanya jadi istri 'tersingkirkan" setelah suami berlimpah harta. Ada bbrp typo kak. Salam kenal dari Batam
6 Juni 2017 pukul 12.23
iya mbak nia, ini cerita berdasarkan realita mbak.
6 Juni 2017 pukul 12.27
betul mbak sri kadang harta menyilaukan
7 Juni 2017 pukul 16.36
Laki2 memang diuji dengan harta. Kalau banyak harta, mau istri banyak.
7 Juni 2017 pukul 16.36
Laki2 memang diuji dengan harta. Kalau punya banyak uang, maunya jg punya banyak istri.
8 Juni 2017 pukul 13.29
betul mbak leyla
Posting Komentar