Gambar dari sini
Di sekolah SMA Pertiwi siapa tidak kenal dengan trio
bebek Sita,Ratna dan Joy, trio bebek tak
pernah terpisahkan , kemanapun mereka pergi selalu bertiga. Di sekolah itu ,trio
bebek punya saingan berat trio centil, Mira, Klara dan Nancy. Gue, Joy, bangga
menjadi bagian trio bebek yang punya otak cemerlang walau tak pintar-pintar
banget dan sudah pasti cerewet, makanya gue termasuk trio bebek. Gak seperti
trio centil yang bisanya pamer kekayaannya, dan dandanannya norak banget, bando
yang masih dipadu dengan jepit dan asesoris lainnya yang membuat mereka tampak
seperti ondel-ondel, dan otak merekapun kosong melompong, entah diisi apa otak
mereka. Hampir setiap hari menyalin pekerjaan rumah di kelas , belum kalau
ulangan sibuk dengan contekannya.
“Lihat
tuh,” Ratna menunjuk trio centil yang masuk ke kantin dengan gayanya yang sok
kecantikan, memang sih Nancy punya kulit mulus dan putih tapi entah mengapa
kecantikannya begitu saja hilang dengan sikapnya yang sok itu! Gue cuma
mencibir saja melihat tingkahnya.
“Ih,
rasanya pingin nabok tuh anak,” Sita mulai ngomel dan mie yang ada di mulutnya
hampir saja keluar lagi.
“Jorok sih
elu, Sita,” teriak gue melempar serbet padanya dan terdengar suara yang membuat
gue naik pitam.
“Eh, gua
rasa mereka-mereka itu memang sok , sok pintar, tapi dari tampangnya sih
temasuk orang-orang kagak punya, miskin gitu loh,” trio centil mulai
cengengesan dan duduk di meja yang selalu mereka tempati dan tak ada yang
berani menempatinya .
“Eh, apa lu
bilang gue miskin, emang gue miskin, daripada elu-elu pada, ngakunya orang kaya,
yang gue tahu sih cuma Nancy aja yang kaya, nah elu,elu, sok kaya.” Mira
berdiri dan mulai menantang gue, tapi jelas gue gak mau kalah dan sudah ambil
ancang-ancang buat mukul mukanya yang jerawatan itu.
“Udah-udah
jangan gelut di sini, nanti ibu yang diomelin pak kepala sekolah,” bu kantin
melerai. Gue sebel banget sama bu kantin, lagi enak-enaknya mau nonjok si Mira
malah dihalang-halangi, sialan!!!!!
Sampai
suatu saat persahabatan gue dengan yang
lainnya diambang kehancuran, entah mengapa Ratna mulai menjauh setelah dia
mendapat tugas kelompok bersama trio centil itu.
“Aduh
kenapa gue jadi sekelompok dengan mereka sih, payah bu Anita,” keluh Ratna
setelah tahu kelompok praktek biologinya segrup dengan trio centil. Untungnya
di grup gue masuk Sarah yang gue kenal juga orangnya gak macam-macam malah
cendenrung pendiam.
“Ia, habis
gimana lagi, itu memang sudah nasib elu saja,” tukas Sita.
“Hati-hati
Rat, kali-kali elu ketularan mereka,” gue dan Sita tertawa bersama dan Ratna
hanya memperlihatkan tampangnya yang cemberut, jelek sekali seperti monster,
sebelum gue kena timpuk, gue dan Sita sudah berlari menjauh dari Ratna. Apa
karena memang gue doain Ratna ketularan trio centil , gue milihat Ratna mulai
menyerupai mereka semenjak dia masuk grup biologi dengan mereka dan jarang
sekali bergabung dengan gue, banyak saja alasannya. Gue mulai sebal melihat tingkah Ratna yang
sekarang rada-rada mirip dengan trio
centil, apa emang sudah ketularan dengan mereka ya.
“Makanya elu
sih, pakai doain Ratna ketularan,jadi bener kan,”tegur Sita, Sarah hanya
memandang kami berdua dengan senyumnya.
“Elu jangan
senyum saja Sar,”gertak gue, dan gue milihat trio centil diikuti dengan Ratna
di belakangnya mulai duduk di meja kantin. Gue sikut lengan Sita untuk melirik
mereka, Ratna sekalipun gak menoleh atau menyapa . Sebel! Dan yang bikin gue
sebel sekali sama Ratna , kayaknya dia sudah seperti pembantunya trio centil.
“Kok, dia
mau disuruh-suruh ya, kaya gak punya sikap gitu,”tukas Sarah menimpali. Gue
mengangguk setuju.
Parahnya
lagi, hampir semua pekerjaan rumah trio centil menyalin punya Ratna, bahkan
kalau ulanganpun Ratna selalu memberi mereka contekan. Sungguh aneh prilaku
Ratna.
“Rat, ada
apa dengan elu, kok elu kayaknya jadi berubah gitu, mau-maunya memberi contekan
ulangan dan PR buat mereka,”gue menegurnya keras dan menatapnya tajam, eh Ratna
malah menjauh dari gue tanpa memberikan jawaban yang memuaskan gue, gue hanya
terbengong saja melihatnya.
“Sudahlah
Joy, kayaknya kita bakal kehilangan satu sahabat kita, tapi yang jelas , masih
ada Sarah ama gue,” tukas Sita. Gue mengangguk setuju. Apa peduli gue kalau
Ratna sudah gak mau berteman dengan gue lagi, kalau memang dengan trio centil
Ratna bisa senang, gue juga ikut senang. Sebetulnya juga gak sih, dalam hati
gue sih masih mengharapkan Ratna bakal balik dengan grup gue, karena gue dengannya
sudah lama sekali menjadi sahabat, mengapa dengan tiba-tiba harus berpisah
dengan alasan yang tidak masuk akal. Itu hidupnya Ratna , gue mana punya hak
untuk menyuruhnya kembali. Gue cuma sedih saja.
“Elu sedih
gak, Sita, kalau gue sih sedih banget ,Ratna
jadi bukan bagian hidup kita lagi”. Lama-lama gue jadi sebal dengan Ratna
yang mulai mengikuti gaya berpakaian trio centil dan gaya bicaranya juga mulai
ikut-ikutan, rasanya gue mau muntah saja.
“Dah elu
muntah saja Joy,” tegur Sita . Gue mendelik padanya marah, tapi bukan Sita yang akan tetap cuek
saja walau gue sudah pasang tampang galak padanya. Akhirnya gue, Sita harus menerima
kenyataan pahit hilangnya seorang sahabat dan mulai saat ini, gue tak mau
berurusan lagi dengan yang namanya Ratna , apapun itu!!! Sudah janji gue pada
diriku sendiri!!!!
Hampir lima
bulan gue gak bersama lagi dengan Ratna, walau kadang hati ini masih saja sakit
tapi gue gak mau sedih , karena Ratna juga belum tentu sedih tidak berteman
lagi dengan gue. Malah Sarah sekarang menjadi bagian dari hidup gue, hilang satu tumbuh
satu. Gak masalah, malah gue lebih cenderung cuek saat harus berpapasan dengan
Ratan walau Ratna kadang menyapaku.
“Joy, boleh
gak gue duduk dengan elu,” tegur Ratna saat gue ada di kantin bersama Sita dan
Sarah. Gue melirik Sita yang tampak cuek saja, lain dengan Sarah yang sudah
memasang tampang senyumnya, gue menyikut lengan Sarah dan segera senyum Sarah
menghilang dari wajahnya. Ratna terlihat ragu-ragu saat melihat gue dan Sita
tampak acuh padanya.
“Jadi gak
boleh ya,” tukasnya lagi,gue masih saja cuek dan gue melihat Nancy mendekat ke
arah gue.
“Rat,
kenapa elu negur mereka, bukannya elu sudah menjadi bagian grup gue,” tegur Nancy
menggeret Ratna yang tampak tidak suka diperlakukan seperti itu tapi gue cuek
saja. Beberapa kali Ratna berusaha mendekatkan dirinya ke gue dan Sita tapi
entah gue gak suka saja dengan sikap Ratna. Mungkin Ratna sudah bosan dengan
mereka lalu mau balikan lagi sama gue, tapi Ratna sudah pernah mengkhianati
gue, mana gue mau.
“Joy,
kasihan Ratna, apa gak kita maafkan saja,”tukas Sita.
“Ala elu
terlalu lembek Sit, elu kan tahu sendiri sikap
dia pada kita, kenapa elu malah jadi kasihan,” gue marah pada Sita yang
tampaknya mulai iba pad Ratna yang berkali-kali meminta untuk mengajaknya
bermain lagi.
“Mungkin
sebaiknya ditanyakan dulu sama Ratna , mengapa dia mau gabung lagi, jadi kita
mengerti alasannya,” saran Sarah perlahan ,gue tahu Sarah takut membuat gue marah.Sita
mengangguk setuju,gue agak ragu-ragu sebelum gue juga menganggukan kepala.
Sarah tersenyum.
“Nah, gitu dong,”
tukasnya . Akhirnya Ratna menceritakan kalau dia sempat terlena dengan pujian
dari trio centil kalau Ratna cantik dan tak pantas berteman dengan trio bebek.
Saat itu gue hampir marah tapi lengan gue dipegang oleh Sita.Kata Ratna juga
dia banyak diberi asesoris dan baju mahal oleh Nancy, makanya Ratna tak mampu
menolak kemauan mereka untuk menyalin PR dan memberi contekan pada saat
ulangan.
“Terus
kenapa elu mau balik lagi sama kami?”tanya Sita.
“Ternyata
gue jadi bukan diri gue lagi, gue kaya kacung mereka. Ini hidup gue, gue harus
punya prinsip dan tak boleh ada orang yang menginjak-nginjak harga diri gue.
Gue menyesal,” Ratna mengatakannya dengan wajah yang murung dan gue melihatnya
sangat tertekan, gue jadi luruh mendengar ceritanya. Memang gue sih harus punya prinsip hidup, ini hidup gue ,
tuh kita harus berani mengatakan tidak kalau itu gak sesuai dengan hati nurani
gue.
“Makanya Ratna
, elu jangan menggadaikan hidup elu hanya karena uang semata, jadi diri elu sendiri
dan pegang tuh prinsip hidup elu.”. Ratna menatap gue tajam dan berbalik
menatap Sita berulang kali.
“Jadi gue
diterima lagi nih di sini?” tanyanya penuh harap, gue agak sedikit cuek tapi
Sita sudah menghambur dalam pelukan Ratna. Gini nih yang gue gak suka, kalau
sudah pakai acara sentimentil , rasanya air mata gue juga hampir turun segera cepat gue seka,
Ratna sudah kembali lagi menjadi bagian trio bebek, eh sekarang jadi kuartet
bebek setelah ada Sarah.
“Gue janji,
gue bakalan akan selalu mempertahankan prinsip hidup gue, tak ada lagi yang
boleh mengatur hidup gue. Ini hidup gue,” tukas Ratna cepat. Berempat kami
saling berangkulan, menyatu kembali merupakan hal yang paling membahagiakan
dari suatu persahabatan.
4 komentar:
14 Januari 2019 pukul 13.51
bagus bu ceritanya semoga ga ada Ratna di dunia nyata yg kepengaruh krn harta hahaha
20 Januari 2019 pukul 18.31
Jangan menggadaikan hidup hanya demi uang semata ya, akan saya ingat pesannya mama tira 😁
25 Januari 2019 pukul 11.27
betul mbak herva
25 Januari 2019 pukul 11.28
wah betul itu sera
Posting Komentar