Gambar dari sini
Sore itu aku masih membersihkan rumput-rumput yang tumbuh
begitu subur di pusara Sasha. Sudah hampir tiga tahun berlalu setelah kematian
Sasha , aku belum bisa menghilangkan bayang-bayang wajahnya saat terakhir kali
dia berpamitan denganku. Itu terakhir kalinya aku bertemu denganya , sesudahnya
aku hanya bisa mengirim doa untuknya, agar dia baik-baik saja di surga. Entah
sudah banyak teman-temanku , keluargaku mengenalkan perempuan padaku, tapi aku
belum bisa berpaling darinya. Ada sesuatu pada Sasha yang tak pernah aku bisa
lupakan. Entah apa, aku seperti terikat dengannya, bayang-bayangnya selalu ada
di setiap langkangku.
“Sasha,
sudah tiga tahun engkau pergi, aku belum bisa melupakanmu, mengapa
bayang-bayangmu selalu menghantuiku?” aku masih saja mencabuti rumput di
pusaranya.
“Apakah
kamu cemburu kalau aku punya perempuan lain, sehingga bayang-bayangmu selalu
mengikutiku?” “Aku masih harus melewati hidupku, aku ingin ada perempuan yang
akan menemaniku , tapi engkau selalu memberatkan langkahku untuk memanahkan
panah asmara di dadanya.” Aku masih terdiam , lama kupandang nisan yang
tertuliskan Sasha Merianti.....
Aku menatap
ponselku dan kulihat layar ponselku , ada apa Sasha menelpunku. Kuangkat
ponselku , dan kuanggukan tanda setuju permintaannya untuk bertemu sepulang
kerja nanti.
“Aku ada
dinas luar kota,” kata Sasha sambil menyeruput milkshake coklatnya. Kupandang
wajahnya ada keengganan untuk berangkat ke luar kota.
“Dinas
kemana?” tanyaku “ Makasar, aku malas sekali harus ke Makasar, seharusnya Dina,
tapi ibunya Dina sakit sehingga tak bisa
ditinggalkan , jadi bagaimana lagi, aku ya harus berangkat. Saat itu aku hanya
banyak berdiam diri saat Sasha menyatakan keengganannya untuk berangkat
menggantikan Dina. Sepi dalam diam .....
Saat itu
sedang asik mengerjakan pesanan klien di kantor , aku mendapatkan telepon dari
mamanya Sasha, kalau pesawatnya jatuh saat akan mendarat . Aku terdiam lama ,
hening dalam kebisuan panjang. Rintihan hati mendesak di ruang hati yang sekarang
hilang dibawa dengan kepergian Sasha. Mana mungkin orang akan selamat saat
pesawat jatuh , hanya keajaiban yang dapat menolong. Aku butuh keajaiban itu,
tapi masih adakah harapan itu? Nyatanya tak ada, hilang semua asaku di bawa
pergi Sasha. Aku begitu terpukul , impian –impian yang selalu aku ceritakan
bersama Sasha kini hilang , semuanya tanpa sisa bahkan hatiku juga dibawa pergi
dalam kubur yang gelap.
Hari demi
hari yang kulalui terasa sangat lambat, walau air mata sudah mengering tapi
sakit yang mendera lorong hatiku masih saja menimbulkan sakit yang kadang
membuatku luruh dalam kesedihan yang panjang, entah sampai kapan aku masih bisa
berdiri dengan sepotng hati yang sudah hilang.
Aku
terkejut dan berpaling saat pundakku disentuh, saat kutengok ke belakang , pria
tua ada di belakangku.Ternyata aku sudah
melamun panjang sedari tadi sehingga tak menyadari pria itu sudah ada di
belakangku.
“Mas, sudah
magrib,gerbangnya mau saya tutup,” pria penjaga kuburan itu menyuruhku untuk
pergi. Aku berdiri, sebetulnya ku masih ingin berlama-lama di sini, masih ingin
mengeluarkan keluh kesahku terus sampai aku puas. Aku beranjak dari pusaramu,
entah kapan aku dapat menjengukmu kembali?
4 komentar:
13 Mei 2019 pukul 16.42
Terharu baca fiksi nya kakak, kisah nyata atau khayalan belaka ?
14 Mei 2019 pukul 12.18
bukan hanya khayalan saja mbak sumiyati
18 Mei 2019 pukul 19.55
Jangan suka ama khayalan kak, karena ga ada ujung. Bagusnya buat yang nyata aja agar menjadi inspirasi
19 Mei 2019 pukul 12.19
dari khayalan juga bisa diamnbil hikmahnya, banyak penulis fiksi yang ceritanya bagus dan bisa diambil hikmahnya, dari cerita ini kita bisa ambil hikmahnya kl kita kehilangan seseorang yg kita cintai kita hrs ikhlas karena itu takdir Allah.
Posting Komentar