Gambar dari sini
Pagi itu , masih terasa dingin , dengan berat hati aku
menyibakan selimutku untuk mandi dan berangkat ke sekolah. Perasaanku semakin
ringan saja walau untuk menjadi seperti ini butuh perjuangan dan keikhlasan
untuk selalu bersyukur dengan keadaan yang sudah Tuhan berikan untukku. Masih
terbayang, aku sempat minder dan putus asa dengan bentuk tubuhku yang jauh dari
ideal. Mungkin ini kesalahan orang tuaku karena membiasakan aku untuk makan
banyak, karena anak kecil kalau gemuk akan mengemaskan orang yang melihatnya.
Aku ingat dulu aku sering dicubitin oleh banyak orang karena gemas melihat
badanku yang gemuk dan lucu. Tapi, itu
dulu, setelah aku remaja , aku menjadi orang yang paling minder dan paranoid, karena banyak orang yang suka
mengejekku dengan julukan gendut dan semua julukan yang semuanya membuatku
sakit hati.
Saat sudah
menginjak bangku SMA, aku mulai diet dan olahraga dengan niatan agar tubuhku
menjadi langsing. Aku memang berdiet sangat keras, sampai-sampai sahabat-sahabatku
merasa prihatin terutama mama, karena aku mulai tidak mau makan dan kalaupun
makan aku selalu memuntahkannya lagi.Aku hanya berpikir kalau mau sesuatu harus
butuh perjuangan keras saat itu , tapi aku lupa sesuatu bahaya yang akan
mengincarku dengan kesukaanku untuk memuntahkan kembali makanan yang sudah
kumakan. Anoreksia......ya aku akhirnya mengidap anoreksia kronis, badanku
memang kurus , malah cenderung kurus tapi aku selalu gelisah, selalu paranoid
terhadap makanan sehingga aku cenderung memuntahkan kembali dan badan mulai
terasa lemah.
“Santi,
stop dietmu, lihat badanmu kurus sekali,”ujar mama kawatir.
“Mam, ini
belum kurus, aku gak mau dihina lagi,” kataku ngotot
“Tapi ini
sudah keterlaluan San, kamu boleh diet tapi dengan cara yang benar , bukan
seperti ini, kalau kamu sakit gimana?” tanya mama lagi.
“Emangnya
Santi kelihatan sakit mam?,” tanyaku balik sambil ngeloyor pergi. Aku heran ,
kok semua tidak ingin aku menjadi kurus, apa mereka semua senang kalau aku jadi
bahan ejekan?
Pagi itu aku bersiap ikut pelajaran olahraga,
sebelumnya aku ke toilet untuk mengeluarkan sarapan lagi . Waktu aku hendak keluar
toilet, kepalaku terasa berputar , tapi aku menguatkan diri kalau ini tidak
apa-apa demi tubuh langsingku.
“Santi,
kamu gak apa-apa?,” tanya Sita,” kamu pucat dan lemah sekali.”
“Makanya
kamu jangan terlalu keras dietnya San,” timpal Lely
“Aku
baik-baik saja kok, “ kataku sambil berusaha untuk jalan seperti biasa agar
teman-temanku tidak perlu mengkhawatirkanku lagi. Tapi baru empat langkah aku
sudah ambruk. Waktu kusadar aku sudah ada di rumah sakit. Aku melihat mamaku
sedang menatapku sedih.
“Gimana ,
kamu baik-baik saja?,” tanya mama
“Masih
pusing mam,” kataku.Hampir seminggu aku beristirahat di rumah sakit, selain aku
diberi pengobatan medis , aku juga diterapi secara psikologisnya, karena anoreksia
aku sudah parah sekali.
Selama terapi aku diberitahu tentang pola makan sehat dan bahaya dari anoreksia dan
pendampingan agar aku punya rasa percaya diri dan tidak paranoid lagi Aku baru
tahu kalau diet ketat yang aku lakukan bisa menyebabkan kematian. Aku bersyukur
, aku tidak mati saat itu. Mbak Lena banyak memberikan pendampingan agar aku
bisa menjadi diri sendiri lagi dan menerima apa adanya pemberian Tuhan untuk
disyukuri.
Aku
sekarang berdiri di sini dengan tubuh
yang lebih sehat walau bukan tubuh yang ideal,
Aku merasakan tubuhku lebih sehat dan tidak lemas selalu dan rasa
percaya diriku semakin tinggi. Walau
tubuhku sekarang agak gempal dan masih cenderung gemuk tapi aku bisa menikmati
dengan rasa bersyukur karena hakekatnya orang bukan hanya dinilai dari bentuk
fisiknya saja tapi cantik hatinya juga.
Big is beautiful, walau aku masih gemuk tapi aku masih bisa kelihatan cantik .
“Santi,”
teriak Sita. Aku menoleh ke arah Sita dan menghampiri Sita dan berjalan
berdampingan . Aku tak minder lagi berjalan dengan Sita yang langsing dan
cantik. Aku mau jadi diriku sendiri apa adanya dan lebih bersyukur bahwa aku
masih diberi hidup yang penuh dengan berkah. Aku masih berjalan tanpa mau kembali
lagi menoleh ke masa-masa sulit aku.
Gemuk? Gak masalah , I’m happy now.
8 komentar:
1 Juli 2019 pukul 17.11
Yang penting itu sehat dan bahagia.
Walopun langsing tapi ternyata prosesnya menyakitkan, hanya merugikan diri sendiri.
2 Juli 2019 pukul 06.08
Body shaming emang gak enak mbak, apalagi kena bully. Tapi penerimaan akan diri sendiri bisa jadi titik balik jadi sukses mbak. Salam kenal.
2 Juli 2019 pukul 12.13
betul mbak eryvia
2 Juli 2019 pukul 12.14
memang body shaming itu menyebalkan ya mas leo, betul penerimaan diri yg penting
2 Juli 2019 pukul 19.13
nice post..
mampir juga ya.....https://myfolderblog.blogspot.com/2019/07/mendapatkan-penghasilan-dengan-mudah-di.html
3 Juli 2019 pukul 12.10
mksh
15 Juli 2019 pukul 18.17
Ak pernah berada d fase bully karena penampilan aku yg gemuk sewaktu SMP SMA. Alhamdulillah ga sampai mengidap anoreksia
16 Juli 2019 pukul 12.17
grandys, ikut prihatin. aku juga suak sebel sama orang yang bully orang lain
Posting Komentar