Diberhentikan

Senin, 03 Oktober 2022

 

Gambar dari sini

Sobirin semenjak  dari kuliah di fakultas sastra, berniat pulang kampung dan mengabdikan diri buat desanya. Saat di desanya diadakan pemilihan kepala desa , Sobirin ikut serta. Dengan bermodalkan lulusan sarjana dari universitas ternama. Sobirin dalam kampanyenya selalu menarik perhatian. Susunan kata-katanya menyihir warga desa. Kalimat yang dia susun membuat decak kagum warga. Percuma dong dia lulusan sastra kalau menyusun kalimat saja gak bisa. Beda dengan kepala desa yang lain dengan pendidikan seadanya. Setiap kampanye selalu modal kata-kata yang bikin warga terpesona. Padahal kalau didengar sih kata-kata itu semua gak ada maknanya. Hanya rangkaian kata-kata yang gak ada makna apalagi program buat pengembangan desa. Tapi warga sudah terlanjur jatuh cinta dengan Sobirin. Sobirin semakin percaya diri. Dan di setiap kunjungannya dia selalu membawakan pidatonya dengan kata-kata yang absurd tapi disukai.

 

Dan Sobirin jadilah kepala desa. Jabatan barunya ini membuat dirinya semakin percaya diri. Sayangnya sejak awal dia memang gak punya program buat desa yang digunakan untuk memajukan desa. Dia hanya bermodalkan kata-kata seperti puisi yang dia pelajari di tempat kuliahnnya. Sobirin gak tahu harus berbuat apa. Programnya nol besar. Janjinya dulu gak dipikirkan apakah bisa diwujudkan atau tidak. Hutan di desa sudah banyak yang gundul makanya Sobirin akan menanam pohon di sana. Tapi sayangnya yang ditanam adalah pohon kersem, katanya biar banyak anak-anak yang datang ke sana makan buah kersem sambil piknik. Sobirin juga mengganti beberapa nama di desa mulai dari nama mesjidnya, nama jalan dengan nama orang-orang yang berjasa pada desa ini. Belum lagi Sobirin bangun perumahan rakyat dengan DP nol persen tapi baru diberitahu saja tapi pelaksanaannya tidak tahu sampai kapan.

 

Mulailah desas desus warga mulai kawatir dengan kemajuan desa . Sepertinya gak maju, stagnan di bawah pimpinan Sobirin.

            “Gimana ini kades. Katanya mau membantu peternak dengan bantuan tapi belum ada?” keluh warga.

            “Iya, katanya belum ada uangnya tapi dia malah mengangkat penasehat hampir 25 orang. Mereka digaji besar untuk itu. Tapi apa manfaatnya?”

Warga mulai resah. Banyak program gak jalan bahkan program yang sehari-hari saja banyak yang tak dilakukan. Sobirin hanya tinggal duduk-duduk saja, dia mempercayakan semuanya kepada 25 penasehatnya yang akan bekerja. Sobirin tinggal menikmatinya dan sedikit berkata-kata kalau ada warga yang bertanya. Sobirin mulai membayangkan andai dia bisa jadi bupati. Sepertinya bakal asyik. Sobirin mulai kasak kusuk ke atas dengan modal kata-kata indah. Sobirin perlu mencari dukungan agar dia bisa jadi bupati, dia gak peduli dengan pembangunan di desanya, ada penasehatnya.

 

Saat Sobirin sibuk cari dukungan warga mulai mengadakan rapat untuk memberhentikan Sobirin. Mereka gak puas dengan kinerja Sobirin. Dan warga juga memprotes penasehat yang hanya makan gaji buta tapi gak bisa kerja. Proyek irigasi dari kepala desa sebelumnya malah gak dilanjutkan sehingga sawah di daerah timur belum bisa dialiri. Warga jadi resah. Saat Sobirin kembali ke desa, dia melihat warga sudah menunggu dan menyatakan dirinya gak mampu memimpin desa ini. Bersama  perangkat desa lainnya Sonbirin digugat untuk diberhentikan dengan tak hormat. Sobirin menolak, tapi warga sudah tak bisa lagi dikompori dengan kata-kata yang indah tapi kerja nyata. Sobirin pergi dan cita-citanya jadi bupati amblas.

2 komentar:

fanny Nila (dcatqueen.com) Says:
19 Oktober 2022 pukul 08.33

🤣🤣🤣🤣 agak Dejavu baca ini mba. Mirip Ama yg di sebelah 😂😅.

Btw, aku suka ceritanyaa 👍. Baguus, ngalir, mungkin Krn ambil dari kisah nyata Yaa 😅. Makanya sob sob... Dikira gampang jadi pemimpin, modal mulut manis doang 🤣🤣

Tira Soekardi Says:
21 Oktober 2022 pukul 12.51

Ha, ha. Suka bikin fiksi dan puisi ya idenya dari kejadian yang ada di sekitar kita

Posting Komentar