Gambar dari sini
Malam itu saat aku terlelap dengan mimpi yang dipenuhi
dengan bunga-bunga cinta aku dikagetkan dengan teriakan-teriakan orang di kamar
sebelah. Aku terduduk lesu, mataku melihat jam ternyata baru jam sebelas malam.
Inilah salah satu horor hidupku harus berdekatan dengan orang yang maniak bola.
Setiap ada pertandingan bola, mereka selalu menonton bersama dan suara
teriakannya begitu keras dan sangat mengganggu. Tidurku sering terganggu, belum
lagi ditambah bau asap rokok yang masuk ke kamarku. Kututup kupingku dengan
bantal tapi tetap saja suara-suara ribut masuk ke dalam telinga membuat gendang
telingaku bergetar lebih keras lagi. Alhasil malam itu aku kurang tidur lagi
dan selalu saat ada pertandingan bola, alamak!!!!!!
Aku tak
habis mengerti mengapa orang suka sekali dengan olahraga satu ini, sepertinya
tak ada yang menarik dari sebuah bola yang diperebutkan oleh duapuluh
orang dan apa perlunya menonton sepak
bola dengan teriak-teriak histeris seperti orang sinting saja. Aku tak habis
pikir, hidupku sudah susah masih ditambah susah dengan maniak bola di sebelah
kamarku.
“Ron, ramai
loh tadi malam elu sih molor saja,” Rian mulai ngoceh tentang sepak bola
semalam. Aku hanya diam saja, kepalaku sudah pening semalam kurang tidur, belum
nanti di tempat kerja masih harus dengar bos teriak-teriak kalau ada yang tak
berkenan di hatinya.
“Ron, lu
kenapa sih gak suka bola, kaya bukan laki saja, makanya elu pantesnya main ama
perempuan saja,” Rian mulai mengejekku lagi.
“Roni itu
pantesnya pakai rok, peremnpuan saja banyak tuh yang gila ama bola,” tukas Seto
menimpali dengan mulut yang masih penuh dengan nasi uduk yang baru dibelinya
dari mpok Minah. Aku mendelik pada mereka berdua, apa mereka gak sadar kalau
semalam gara-gara mereka berdua aku tak bisa tidur nenyak, apa mereka juga mau
tahu kalau aku nanti kerja tidak benar karena ngantuk, dasar pecundang semua,
awas saja !!!!!.
“Ron, “ ada
yang menepuk pundakku, aku terkejut ternyata aku sudah tertidur di depan
komputerku.
“Maaf pak,”
sialan, benar saja aku tak kuat menahna kantukku . Benar-benar terkutuk sepak bola!!!!!. Apalagi hari ini aku harus lembur, aku menuju
ruang pantry dan membuat kopi hangat agar kantukku hilang. Aku tak membayangkan
dua minggu lagi event sepak bola dunia akan dilaksanakan dan terbayang tiap
hari aku akan mendengar teriak-teriakan histeris teman sebelah kamarku .
Kepalaku bertambah berdenyut keras. Aduh biyung, tolong aku mak!!!!!
Benar saja,
petaka sudah menungguku. Di area pertokoan , pasar dan pedagang pinggir jalan
sudah banyak yang berjualan pernak-pernik sepakbola mulai dari kaus, sepatu, topi,
syal dan atribut lainnya yang semuanya tentang bola. Menurut kabar di televisi
banyak pedagang meraup keuntungan sampai lima kali lipat daripada hari
biasanya, bahkan banyak pedagang dadakan yang berjualan di tepi jalan. Semua itu
terbayang dalam benakku, sampai aku meraskan horor bola dalam hidupku. Tidak di
kantor, di kostan di warung tegal semua orang membicarakan sepak bola.Kepalaku
semakin berdenyut. Sepak bola begitu menghantui malam-malamku.
“Aku gak
mau ...aku gak mau, buang itu dari hadapanku!!!!” teriakku. Aku terkejut saat
pintu kamarku digedor dari luar, kubuka dan kulihat Seto menatapku aneh.
“Ngapain
elu teriak-teriak malam-malam, bikin orang bangun saja,” Seto melotot. Aku
masih menatapnya, aduh tadi aku hanya mimpi mengerikan tentang bola.
“Sori Set,
aku mimpi buruk,” aku mulai menggaruk kepalaku dan menatap Seto dengan perasaan
bersalah. Aduh, dalam mimpi itu aku diterkam bola karena aku tak suka dengan
bola, aku hanya duduk terdiam , membayangkan aku diterkam bola, haduh!!!!!
Akhirnya
horor itu terjadi, malam-malam bagai mimpi buruk bagiku. Teriakan-teriakan
histeris dan bau asap rokok menemaniku setiap malam. Bangun pagi dengan kepala
yang berdenyut dan kantuk yang menggila, bagai horor yang menghantuiku!!!!.
Ternyata pertahananku mulai ambruk, aku mulai insomania dan selalu
termimpi-mimpi dengan bola yang siap menerkamku. Aku mulai histeris dan sangat
mengganggu hidupku, aku harus berbuat sesuatu. Pindah kost, tak mungkin , di
sini tempat yang paling dekat kantor dan paling terjangkau dengan uang gajiku.
“Ron ,
kenapa elu mukanya kusut sih?” tanya Dani teman kantorku
“Gak tahu,
gue pikir gue harus pindah kost, gue sangat terganggu dengan yang nonton sepak bola di sebelah kamarku.”
Pikiranku semakin kusut , aku ingin hidupku tenang jauh dari sepak bola, aku
harus berbuat sesuatu!!!!
Malam itu ,
aku sudah punya rencana jitu , agar
hidupku bisa tenang. Sudah kupkirkan matang-matang.
“Eh, lu-lu
pada mau nonton sepak bola entar malam,” kataku pada Seto dan teman-temannya.
“Emangnya
elu mau juga nonton, tumben.” Rian mendelik tak percaya.
“Gak lah
tapi gue mau ngasih konsumsi makan dan minum buat kalian.” Aku tersenyum . Aku
melihat mereka terpana tak percaya si pembenci bola menawarkan konsumsi agar
mereka bisa nonton bola. Aku tertawa geli dalam hati, mampus kalian , mulai
nanti malam kalian tak ada yang bisa ganggu aku lagi. Saat sedang
ramai-ramainya mereka nonton bola, aku mulai menyediakan makan dan minum. Minuman
botol rasa jeruk sudah kuberi racun. Aku melihat mereka sedang bergembira
melihat favorit mereka di televisi dan aku mulai membagikan mereka satu persatu
minuman beracun. Detik demi detik kutunggu sampai aku tak mendengar suara dari
kamar sebelah. Saat aku lihat , mereka sudah tak bernyawa dengan busa di mulutnya.
Aku tersenyum puas, hidupku akan lebih tenang kalau tak ada maniak bola di
dekatku.
Malam ini
aku bisa tidur dengan pulas tanpa ada gangguan suara-suara berisik dari kamar
sebelah dan sama sekali aku tak bermimpi
seperti malam-malam sebelumnya. Tiba-tiba kamarku digedor pagi-pagi. Aku bangun
dan membuka pintu kamar dan tampak polisi ada di hadapanku.
“Anda
ditangkap pak.” Aku terdiam dan membiarkan tanganku diborgol.
2 komentar:
26 Juni 2018 pukul 18.59
Ngeri eh. Jadi waspada aku sama orang yang nggak suka bola. Hiii.
27 Juni 2018 pukul 12.20
iya, hati2 mas zen zen
Posting Komentar