Gambar dari sini
Aku selalu suka dengan malam, entah mengapa. Banyak orang
takut dengan gelap tapi aku tidak. Aku selalu terpesona dengan kilauannya yang
tampak terlihat kecil saja di langit yang luas tapi cukup membuat langit
berpendar dengan kilauannya. Aku hanya menatap pendar sinarnya yang kadang
berkerlap-kerlip membuat mataku harus mengerjap sesaat, tapi dalam sekejap aku
akan kembali memandangnya. Bagiku yang hidup dalam kesunyian karena aku tak
mampu mendengar suara apapun di sekitarku, menatap langit membuatku sedikit
terhibur. Aku selalu ditemani dengan diaryku yang akan kutuliskan rangkaian
kata-kata tentang bintang setiap harinya.Entah sudah berapa banyak puisi yang
kubuat tentang bintang. Malam ini aku juga menuliskan sedikit tentang bintang
di atas sana, dan kuharap aku akan selalu bisa menulis tentangmu setiap hari.
“Bunda ,aku
ingin seperti bintang,” ujarku suatu saat pada bunda dengan bahasa isyarat.
Bunda menatapku tajam .
“Mengapa
kau ingin seperti bintang Lola?” tanyanya. Aku tersenyum dan sedikit malu untuk
mengungkapkannya. Aku terdiam sesaat .
“Aku ingin
punya manfaat untuk orang lain walau aku cacat bunda,” aku selalu susah untuk
mengungkapkan kata hati dengan bahasa isyarat, aku hanya suka menuliskan saja
di kertas. Bunda tersnyum manis, aku suka sekali dengan senyumannya, bunda akan
tampak cantik . Bunda tak pernah malu membawaku walau aku cacat. Aku jadi ikut
tersenyum, memang senyum bunda selalu menular pada orang lain, sudah banyak
orang bilang begitu.
“Pasti Lola
bisa, bunda yakin banyak cara kok untuk bisa berguna buat orang lain walau kamu
tunarungu.” Bunda membuat tanda love dengan tangannya, aku mengernyitkan dahiku
tak mengerti.
“Dengan
cinta tulus Lola, kamu bisa berguna buat orang lain,” tukasnya membuatku
tersenyum kembali. Ada satu harapan bagiku , aku bisa melayang setinggi langit
untuk bisa meraih asaku.
Tapi
kenyataan selalu berbanding terbalik dengan harapan. Banyak kutuliskan dalam
diaryku betapa banyak orang yang mencemoohku karena aku cacat. Tak pernah
mereka memandang sebelah mata padaku, hanya cibiran dan kata-kata yang kadang sungguh menyakitkan
hati, tapi aku sungguh sudah terbiasa dengan itu. Bunda yang mengajarkannya
padaku.
“Gimana aku
bisa menjadi bintang bunda kalaus tiap
orang saja sudah mencibirku terlebih dahulu?” tanyaku lagi , kadang aku sering
putus asa dengan keadaanku, harapan tak sesuai dengan kenyataann.
“Bisa Lola,
dengan cinta,” tukasnya, selalu begitu, aku masih belum mengerti kenapa harus
dengan cinta?????
“Lola,
cinta itu bisa menyatukan hal-hal yang tak mungkin , dengan cinta pasti
bunda yakin kamu dapat menjadi bintang
suatu saat,: tukasnya yakin, aku hanya mengangguk walau dalam hatiku masih
ragu. Sampai suatu saat teman bunda melihat tulisan-tulisanku dan tertarik
dengan tulisanku dan dia ingin memperlihatkan tulisanku pada penerbit dan yang tak ksuangka penerbit itu mau
menerbitkan tulisanku. Aku sedikit terhenyak karena aku tak menyangka sekali,
bunda merangkulku.
“Nah,
sebentar lagi kamu bisa menjadi bintang Lola,” senyumnya, aku menatapnya,
apakah kali ini bunda hanya menghiburku saja atau ini sebuah kenyataan??? Aku
tak ambil peduli, aku masih tetap suka dengan bintang dan malam hari adalah
saat aku bisa mengungkapkan kata hatiku.
Tak
kusangka dengan kecintaanku pada kata-kata dan bintang, kini aku tampak seperti
bintang di langit. Tulisanku yang dibukukan itu membuat banyak orang
termotivasi unuk bisa mencapai asanya, rangkaian kata-kata indah yang kutuliskan
bisa menjadi api semangat bagi orang lain. Aku kini menjadi motivator muda . Aku
melihat di koran pagi ini. “Seorang penulis muda berbakat telah hadir dalam
pesonanya”. Judul yang terpampang di koran pagi ini. Aku tersenyum lebar ,
ternyata impianku untuk menjadi bintang sudah di depan mata.
“Lihat Lola,
apa kata bunda, kau sudah menjadi bintang sekarang,”ujarnya tersenyum
“Iya,
bunda,” aku memandangnya
“Tapi ingat
bintang akan selalu menerangi bumi dengan cahayanya tanpa mengenal lelah.
Bintang akan tetap berkilau karena memang sudah tugasnya demikian yang
diberikan Allah , makanya Bintang akan tetap bercahaya sepanjang waktu dengan
cinta terhadapNya,” kembali bunda menasehatiku. Aku sudah mengerti apa yang
bunda utarakan, kalau aku sudah menjadi bintang aku tak boleh lelah dan harus
terus memberikan api semangat melalui tulisanku juga karena cinta terhadapNya.
Malam ini aku kembali menatap bintang dan ada air mata yang tak dapat kutahan
untuk tidak keluar dari pelupuk mataku.
“Bintang,
aku sudah mampu menjadi sepertimu , walau untuk bisa mencapai seperti ini aku
harus melewati banyak cibiran, tidak mudah, tapi aku mencintai semua tentangmu
. Karena cintaku untukNya , Allah memberikanku kesempatan agar aku bisa menjadi
bintang.” Aku mengerjapkan mataku saat bintang terlihat berkerlap-kerlip lagi
selalu begitu bagiku. Bintang membuatku selalu termotivasi untuk menjadi sinar bagi
orang lain. Terimakasih bintang, engkau bintang kejora bagiku.
0 komentar:
Posting Komentar