Gambar dari sini
Setiap malam Sisi selalu duduk di depan jendela kamarnya dan
menatap bintang di langit. Menurut bunda, kalau ada bintang yang bergerak cepat
Sisi bisa minta sesuatu pada bintang. Sisi menatap langit dengan penuh
kekaguman, tiba-tiba wuiiis, terlihat bintang yang berpindah tempat . Sisi
memejamkan matanya , memohon satu pintanya , kaki untuknya agar bisa berjalan
seperi anak-anak yang lain.
“Belum
tidur Sisi?” tanya bunda
“Bunda,
barusan Sisi melihat bintang bergerak, dan Sisi sudah minta sesuatu,” tukasnya.
Bunda tersenyum padanya.
“Apa yang
kau pinta?” Bunda mengelus kepala Sisi.
“Kaki
bunda,” Sisi menatap bunda penuh harap. Bunda tetap tersnyum , walau bunda
merasa sedih dengan keadaan Sisi yang tak memiliki kaki. Sisi terlahir cacat,
hanya memiliki satu kaki.
“Nah, kalau
Sisi sudah minta pada Bintang, jangan lupa berdoa sama Allah, agar segera
diwujudkan impiannya , karena Allahlah yang akan mengabulkan doa Sisi. Sisi, sekarang
tidurlah, hari sudah malam, besok Sisi harus sekolah lagi .” Bunda membantu
Sisi untuk tidur di kasurnya.
Pagi itu
Sisi begitu senang karena dia sudah meminta kaki pada bintang dan berdoa pada
Allah agar Sisi punya kaki sehingga dapat berjalan normal seperti anak-anak
yang lain.
“Lisa, aku
tadi malam melihat bintang bergerak dan aku sudah meminta kaki untukku,” Sisi bercerita pada
temannya Lisa. Ara mendengarnya dan mulai mentertawakan Sisi.
“Bagaimana
bisa bintang memberimu kaki Sisi, kamu itu aneh, kamu itu terlahir cacat , mana
mungkin punya kaki baru,” Ara mulai mengejek Sisi. Sisi terdiam, dia sudah
biasa mendengar ejekan teman-temannya, Sisi diajarkan bunda untuk diam saja dan
tidak boleh membenci teman yang mengejeknya.
“Kamu tuh
Ara, bisanya selalu menghina Sisi, sana pergi jauh-jauh dari sini,” usir Lisa.
“Sudah Lis,
aku gak apa-apak kok,” Sisi menyuruh Lisa untuk tak mengusir Ara.
Pulang
sekolah bunda mengajak Sisi ke rumah
sakit, Sisi heran sekali, memang siapa yang sakit. Bunda? Tapi bunda terlihat
sehat.
“Mau apa ke
rumah sakit bunda?’ tanya Sisi menatap bunda yang tersenyum saja sedari tadi,
ini membuat Sisi jadi penasaran. Bunda mengetuk pintu yang bertuliskan dokter
Agus.
“Silahkan
masuk bu Aira,” sapa dokter yang langsung menyambut bunda.
“Wah, ini
pasti Sisi ya. Hem..cantik sekali seperti bidadari,” tegur dokter padanya. Sisi
tersenyum malu mendengar pujian yang diberikan padanya. Dokter Agus membawa
bingkisan dan diberikan pada Sisi.
“Apa ini?”
tanyanya.
“Bukalah.
Itu permintaanmu pada bintang tempo hari,” dokter Agus menyodorkan bingkisan
itu pada Sisi. Perlahan Sisi membuka bungkusan besar itu dan tiba-tiba Sisi
terbelalak melihat isi bungkusan itu, sebuah kaki mungil untuknya. Bunda
menatapnya sambil tersenyum, begitu juga dengan dokter Agus.
“Mari
,dokter pakaikan ya,” Dokter Agus memakaikan kaki palsu untuk Sisi. Rasanya
masih aneh ada benda asing yang menempel di kakinya.
“Ini perlu
latihan berjalan karena pertama-tama kamu akan merasa canggung dengan kaki
barumu,”ujar dokter. Sisi melihat kaki barunya, walaupun tidak sama dengan yang
asli, yang penting Sisi tak perlu pakai kursi roda lagi. Sisi senang sekali dengan kaki barunya,
sekarang dia bisa berjalan seperti anak-anak yang lain. Matanya berbinar,
permintaannya dikabulkan, Sisi senang sekali.
“Makasih
bunda, Sisi sekarang punya kaki baru.” Rasanya Sisi sudah tidak sabar menunggu
esok hari , karena Sisi akan pergi ke sekolah dengan kaki barunya.
8 komentar:
22 Oktober 2018 pukul 14.57
Hati saya mecelos waktu baca permintaan Sisi pada bintang jatuh..
22 Oktober 2018 pukul 21.38
keren.. setelah baca ini rasanya campur aduk , sedih,kagum,takjub dll tulisannya keren..
23 Oktober 2018 pukul 12.20
sedih ya mbak sugi
23 Oktober 2018 pukul 12.21
makasih mas dirga
25 Oktober 2018 pukul 16.44
Baru baca seperempat bagian langsung berasa nyes gitu, menyentuh banget cerpennya ka bagus.
26 Oktober 2018 pukul 12.26
makasih mas ilham
30 Oktober 2018 pukul 04.11
Nice post, tulisannya sudah rapi dan story telling nya runut dan detail. Saran sedikit ya mbak, seandainya ada permainan karakter dalam penokohan mungkin akan lebih terasa riil seperti kehidupan di tengah masyarakat. Over all, ceritanya bagus dan pantas diapresiasi. Salam sukses.
30 Oktober 2018 pukul 12.25
makasih catering jakarta
Posting Komentar