Gambar dari sini
Pagi itu Noni kembali ke sekolah setelah hampir tiga bulan
dia tak masuk sekolah karena kecelakaan. Noni tampak agak diam di kelas , tapi
teman-teman yang lain tak memusingkannya karena mereka pikir Noni masih lemah
setelah harus dirawat lama di rumah sakit. Noni sendiri lebih banyak diam, sebetulnya
Noni selalu berpikir dan berusaha mengingat kembali memori-memori yang ada di
sekolahnya. Memang Noni divonis mengalami amnesia tapi menurut dokter amnesianya
hanya sementara saja, bisa kembali normal asal orang di sekitarnya selalu
mengingatkan apa-apa saja tentang memorinya
dulu. Kadang Noni merasakan sakit kepalanya setelah berusaha mengingat tentang
dirinya. Mamanya bilang agar Noni tak terlalu memaksakan diri, perlahan saja,
pasti nanti Noni dapat mengingatnya kembali.
“Non, kamu
duduknya bukan di situ. Nih, sama gue,”tegur Siska. Noni menatap Siska bingung
dan dia menurut saja mengikuti Siska duduk di sisinya. Noni tahu Siska adalah
sahabatnya. Siska sendiri berjanji pada dirinya akan membantu Noni untuk mengingat kembali dan
melindunginya.
“Eh Noni,
dah sehat. Kelas gak ramai gak ada elu, sepi kaya kuburan,” cericit Bima sambil
duduk dekat Noni, dipandangnya Noni.
“Masih
lemas ya Non, kok diam saja,” Bima masih memandang Noni tapi sebentar kemudian
Bima hanya mengangkat bahu dan menepuk pundak Noni yang masih diam saja. Siska
memandang sahabatnya dengan pandangan sedih, dia benar-benar harus membantunya
mengingat semuanya.
Sudah
hampir sebulan Noni kembali ke sekolah dan teman-temannya sudah mulai heran
karena Noni yang sekarang berbeda dengan Noni yang dahulu. Benturan keras di kepalanya
setelah kecelakaan motor itu membuatnya lupa akan dirinya sendiri. Dulu Noni
paling suka usil di kelas dan bikin onar. Pokoknya setiap hari Noni selalu
membuat suasana di kelas selalu hingar bingar.Walau Noni cewek tapi kelakuannya
sudah seperti cowok saja, memang sedikit tomboy dengan tingkah yang urakan.
Sudah sering Noni ditegur karena
sikapnya yang urakan.Semua sekolah sudah mengenalnya sebagai murid yang suka
seenaknya sendiri. Kini Noni tampak lebih
pendiam, celetukan –celetukannya hilang dari dirinya. Teman-temannya terutama
gengnya merasa kehilangan Noni yang ceria .
“:Halo
sayang, ke kantin yuk,”ajak Rangga. Cowok jago main biola di SMA Prapanca ini.
Sudah lama dia naskir Noni, tapi Noni
selalu menghindarinya, entah mengapa Noni lebih suka bermain dengan gengnya
daripada harus pacaran. Menurutnya pacaran itu bikin ribet. Entah mengapa
setelah berkali-kali ditolak, Rangga kembali mendekati Noni, Siska mulai berusaha
melindungi Noni agar Rangga tak berbuat jahat padanya. Noni menatap Rangga yang
mengajaknya ke kantin sambil berusaha mengingat tapi Rangga keburu menarik
tangan Noni . Siska mengikutinya dari belakang.
“Kenapa elu
ngikutin sih, gue kan ngajak Noni saja, pergi noh,”usir Rangga, tapi Siska tak
bergeming, dia akan tetap menjaga Noni. Noni bingung melihat kedua temannya
berseteru.
“Gue juga harus ikut,”tegas Siska
Akhirnya mereka bertiga makan di kantin, sekali-kali Noni terlihat tersenyum
pada Rangga yang begitu memperhatikannya. Rasanya baru kali ini dia mendapat
perhatian dari cowok, seingatnya belum
pernah dia mengalaminya. Ada sedikit rasa senang di hatinya dan tatapan lembut
Rangga , itu membuat hatinya berdesir dan entah perasaannya semakin berdebar
saat tubuh Rangga mendekat padanya. Siska berulang kali melotot pada Rangga
yang selalu curi-curi kesempatan untuk berdekatan dengan Noni. Noni kali ini banyak tersenyum,
dia merasakan perasaan yang berbeda terhadap cowok satu ini, mengapa dulu dia
tak mengenalnya? Kenapa baru sekarang ya, coba dari dulu mungkin dia sudah jadi
pacarnya ,” pikir Noni diam-diam tersenyum, saat berjalan pulang bersama Siska.
“Kenapa
senyum-senyum sendiri Non? Naksir sama Rangga,” tegur Siska mengamati wajah
Noni yang terlihat lebih sumringah sejak Rangga mulai mendekatinya.
“Sis,
kenapa dulu gue kok gak kenal dengan Rangga ya. Ternyata dia cowok yang baik
dan gue suka tuh dengan perhatiannya,” tukas Noni . Siska diam sesaat, memikirkan
apa sebaiknya dia menceritakan saja kalau dulu Noni itu paling benci dengan
Rangga, setiap Rangga mendekatinya pasti Noni sudah mengajaknya bertengkar.
Memang dari dulu Rangga sudah menyukai Noni tapi Noni selalu bersikap kasar
padanya karena Noni gak mau terlibat
dengan yang namanya pacaran! Siska menatap bingung pada Noni.
“Kenapa sih
elu apa ada yang elu tutup-tutupin ke gue?” tanya Noni yang menatap Siska dengan pandangan curiga, Siska
menggeleng cepat dan berusaha mengalihkan perhatian Noni.
Kedeketan
Ranggan dan Noni sudah menjadi rahasia umum, banyak siswa yang terheran-heran
dengan perkembangan ini.
“Hah, gak
salah gue lihat Rangga sama Noni kayak pacaran saja,” tukas Bimo. Noni menjadi
bahan pembicaraan di kelas karena kedekatannya dengan Rangga dan itu membuat
Noni bingung.
“Non, emang
elu suka sama Rangga, setahu gue elu
dulu benci banget sama yang namanya
Rangga?” tanya Bimo tanpa tedeng aling-aling yang membuat Noni terkejut. Siska
menarik tangan Bimo dan menjitak kepalanya.
“Diam tahu,
mana ingat Noni, kan dia amnesia ,”tukas Siska. Bimo mengangguk-angguk tanda
mengerti. Bimo menggaruk-garuk rambutnya.
“Duh, gue
keduluan dong sama si Rangga, padahal gue juga suka sama Noni, dari dulu tapi
dia kan hanya anggap gue teman saja,”keluh Bimo Noni akhirnya menanyakan hal
ini pada Siska, Siska sedikit bingung untuk menjelaskannya pada Noni. Siska gak
mau kebahagiaan Noni yang terpancar dari wajahnya akan surut setelah tahu kalau
dulunya dia sangat membenci Rangga. Siska coba mengalihkan pehatian Noni ke hal
yang lain walau terlihat Noni sedikit curiga padanya.
“Tapi elu
lagi gak ngebohongin gue kan?” tanya Noni, dengan cepat Siska menggelengkan
kepalanya, entahlah mudah-mudahan saja tidak terjadi apa-apa.
Pulang
sekolah Siska kehilangan jejak Noni, sejak bel berbunyi Noni kelihatan
buru-buru keluar seperti tak mau menunggu Siska padahal Siska dipanggil bu Asih
ke kantor guru. Dipandangnya anak-anak masih banyak yang bergerombol di
sekolah, Siska mencari Noni di
lorong-lorong kelas yang mulai tampak sepi. Tampak Nina berlari-lari menuju
dirinya.
“Cepetan
Siska, Rangga berkelahi tuh sama Bimo di taman depan sekolah,” teriaknya sambil
menarik lengan Siska . Keduanya berlari dan melihat Bimo sedang berkelahi
dengan Rangga dan tampak Noni yang kebingungan.
“Sudah-sudah
jangan berkelahi,” teriak pak satpam yang Siska bawa dari sekolah untuk
membantu merelai mereka berdua.. Tampak bibir
Rangga berdarah dan muka Bimo lebam.
“Pak,
jangan dibawa ke sekolah ya,” Siska merajuk pada pak satpam, akhirnya pak
satpam setuju asalkan mereka tak terlibat lagi pertengkaran. Siska melihat
keduanya masih bertatapan tajam satu sama lainnya.
“Bubar
semuanya,”teriak Siska pada teman-teman yang sedari tadi hanya sibuk menonton
bukan melerai mereka berdua. Siska mengajak Noni pulang . Noni diam-diam
menangis, apa yang terjadi hari ini membuatnya bingung, benar apa yang dikatakan
Bimo kalau dulu dia benci sekali dengan Rangga. Siska merangkul pundak Noni dan
berusaha menenangkan hati sahabatnya.
“Elu harus
jujur sama gue , Sis. Apa benar gue dulu benci sekali dengan Rangga. Itu kata
Bimo tadi,” perlahan Noni bicara. Siska menghela nafas, sudah waktunya Noni harus
diberitahu walau sebetulnya Siska tidak tega. Noni sudah begitu suka dengan
Rangga. Akhirnya Siska menceritakan hal yang sebenarnya pada Noni.
“Begitulah
yang sebenarnya Non. Dan gue juga baru tahu kalau Bimo juga suka sama elu
kemarin saat dia menanyakan kedekatan elu dengan Rangga,”tukas Siska perlahan.
Noni tiba-tiba menangis dan Siska merangkulnya dalam pelukannya. Siska berharap
Noni baik-baik saja.
Sudah
hampir seminggu semenjak kejadian pertengkaran antara Rangga dan Bimo , Noni
terlihat semakin diam saja. Beberapa kali Rangga mendekatinya tapi Noni selalu
menghindar , begitu juga dengan Bimo. Noni merasa dibohongi oleh Rangga. Siska
hanya bisa menemani Noni dan berusaha menghiburnya .
“Non, kalau
elu memang suka dengan Rangga, suka saja, jangan penah berpikir elu dulu pernah
benci padanya. Tidak ada yang melarang elu untuk suka sama dia kan?” Siska
menatap Noni dengan pandangan sedih. Terlihat air mata mulai turun di pipi Noni, entah mengapa
semenjak kecelakaan perasaan Noni lebih peka. Siska tahu perasaan sayang Noni
pada Rangga tapi Noni masih kaget akan kenyataannya dulu dia pernah benci
dengan Rangga.
“Memang
perlu waktu Non, tapi saran gue, cinta elu ya harus diperjuangkan kalau emang
elu sayang sama Rangga,” Siska merangkul sahabatnya, Noni menangis dalam pelukan
Siska.
Saat cinta
mulai tubuh di hati Noni, tepat saat itu juga harus terjabik dengan kenyataan
kalau dulu dia sangat membenci Rangga. Perasaannya sulit dia ungkapan ada rasa
sakit di hatinya. Noni berusaha mengingat tentang rnasa dulu saat dia membenci
Rangga tapi seberapa kuat dia beruasaha ternyata sia-sia belaka. Kepalanya
terasa sakit . mengapa dia bisa melupakan ketika dia membenci Rangga, mengapa
dulu dia membencinya? Banyak pertanyaaan yang membuat kepala Noni tak berhenti
berpikir sampai Noni terjatuh saat
olahraga. Teman-temannya membawa ke ruang UKS. Noni tampak pucat.
“Non, sudah
sadar ?”tanya Siska saat dia melihat kelopak mata Noni terbuka perlahan.
“Aku
dimana?” Siska menyuruh Noni untuk tetap
berbaring. Tiba-tiba pintu terbuka dan tampak Rangga di depan pintu menatap Noni
cemas. Ragu-ragu Rangga mendekati Noni, Siska menggeser tubuhnya menyuruh
Rangga untuk mendekat. Noni terdiam lama hanya perasaannya semakin kalut, tapi
hatinya tidak bisa bohong kalau
saat-saat dia berdekatan dengan Rangga , saat-saat yang bisa membuatnya merasa
nyaman. Tapi apakah Rangga mendekatinya hanya karena dia lupa ingatan dan ingin
membalas Noni atas perlakuannya terhadap Rangga? Atau memang dia tulus mencintainya.
Pelupuk matanya tak bisa lagi menahan air matanya , sedikit isak tertahan ingin
dia sembunyikan . Tetapi saat Noni memalingkan wajahnya tetap saja Rangga bisa
mendengar isakan kecilnya.
“Dari dulu
gue suka sama elu, walau dulu elu benci banget sama gue. Tapi elu harus percaya
, gue sekarang mendekati elu bukan karena gue memanfaatkan amnesia elu. Bukan,
tapi memang gue masih sayang sama elu,” perlahan suara Rangga mengisi rongga
telinga Noni, tapi Noni belum berani memalingkan wajahnya, wajahnya penuh dengan
air mata. Ada sisi hatinya ingin untuk membalikan tubuhnya , ingin dia ucapkan
kalau dia juga sayang dengan Rangga tapi Noni ingin sekali tahu kenapa dulu dia membenci Rangga.
Rangga mulai menceritakan kalau Noni dulu cewek tomboy yang suka bikin onar
dan bagi Noni dulu tak pernah terpkir
untuk pacaran. Jadi pada saat Rangga tertarik sama Noni, Noni tak pernah menggubrisnya malah sering kali
mengertaknya untuk tak mendekatinya lagi.
“Gitu
ceritanya. Dulu elu galak banget. Dulu galak saja gue suka apalagi sekarang elu
tambah manis saja dan gak galak lagi,” tukas Rangag perlahan sambil sedikit
tergelak. Noni membalikan tubuhnya dan melihat Rangga, di matanya tak terlihat
sedikitpun kebohongan.Dan Noni percaya . Cepat dihapus air matanya .
“Sekarang
gue harus jadi Noni yang urakan atau Noni yang alim?” tanya Noni menatap Rangga.
“Dua-duanya
gue suka. Karena gue sayang elu apa adanya.” Rangga memegang tangan Noni dan
menariknya ke atas dan menciumnya lembut.
Kehangatan yang dirasakan Noni saat ini memberikan rasa syukur kalau dia
pernah amnesia, bayangkan kalau dia tak amnesia , mungkin sepanjang hidupnya
dia bakal membenci Rangga. Sungguh lucu sekali. Noni tersenyum , hanya ada satu
harapannya, cintanya selalu bertumbuh seiring waktu yang terus berjalan.....
0 komentar:
Posting Komentar