Gambar dari sini
Mau tahu? Aku hanya tissu yang ada di kamar seorang model
terkenal di kota Jakarta. Entah mengapa aku mulai mengagumi model yang semakin
kondang di jagad kota Jakarta. Namanya Dian. Saat Dian membersihkan make up atau membersihkan
wajahnya, aku selalu bersentuhan dengan kulitnya. Alangkah lembut kulitnya.
Mulus. Tak ada bopeng sedikitpun. Aku sudah menjelajahi wajahnya. Mungkin para
pria akan iri padaku yang hampir setiap hari mengelus wajahnya yang putih
berseri. Kadang ada perasaan berdesir saat kulit halusnya menempel di tubuhku.
Ada perasaan hangat di sekujur tubuhku. Mungkin banyak yang bilang aku bohong.
Boleh tak percaya kok. Rasanya ingin aku
berubah menjadi pria yang bisa memeluknya setiap hari. Bercanda dengannya.
Bercerita tentang banyak hal dan mengelus wajahnya . Aku jatuh cinta padanya.
Ah, harapan yang konyol !
Pagi itu
aku kembali menikmati lembut kulitnya. Perasaan yang menjalar begitu hangat.
Tampak pori-pori kulitnya yang aku sapu sehingga bersih. Tapi aku melihat hal
yang berbeda dari wajahnya. Tak ada sinar yang tampak dari manik matanya. Ah,
ada kantung hitam di bawah matanya. Apa gerangan yang terjadi denganmu sayang.
Ingin sekali aku hibur dirinya. Sedang bersedihkah? Atau ada yang dia pikirkan
? Tiba-tiba kau menarik aku dari kotak tissu hampir berlembar-lembar . Dan aku
terkejut melihat air matanya yang mengalir deras. Aku harus menghapus air
matanya yang terus turun. Tubuhku mulai kaku tapi kau tetap mengusapkan aku di
matamu yang indah. Aku ikut merasakan kesedihan yang kau alami... Ah, aku
kesakitan saat tubuhku tergesek oleh hidungmu yang mancung Tapi tak mengapa
semua ini demi kamu....
Aku berada
di tas Dian. Dian duduk di sebuah cafe.
Dian membuka tasnya dan aku bisa melihat suasana di kafe yang tak begitu ramai.
Hanya beberapa pengunjung saja. Dian memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya
yang sembab. Duh, sakitnya tubuhku saat
tangan Dian mengambilku dan meremas
dengan keras. Selama ini dia tak pernah kasar padaku. Kini tubuhku sakit. Dia
meremas sekali lagi tubuhku.
“Sakit
mbak,”keluhku. Dian tetap memandang ke arah pintu. Dari arah pintu masuk pria
tampan mendekati Dian. Pria itu duduk di
hadapan Dian. Aku cemburu. Pria itu
membuatku sangat cemburu.
“Aku minta
putus,”tukas Dian dengan suara bergetar.
Aku kembali kesakitan . Tubuhku diremas begitu kuat. Tapi tak apalah aku ingin
memberikan kekuatan baginya. Pria itu
menggelengkan kepala tanda tak setuju.
“Kamu sudah
mengkhianatiku. Kamu sudah pindah ke lain hati. Lebih baik kita sudahi saja
,:tukasmu . Kembali air matanya menetes perlahan. Aku menghapusnya perlahan.
Aku ikut merasakan rasa sakit hatimu. Betapa hatimu telah disakiti pria yang
duduk di depanmu. Ingin sekali aku tonjok wajahnya. Dan kau membersihkan hidungmu
yang mulai basah. Aku rela kok membersihkannya. Kau mengambil kembali aku dari
tasnya . Masih dengan suara bergetar , kamu meyakinkannya untuk pergi. Pria itu
diam tak mau beranjak .
“Kataku pergilah. Jangan pernah menemuiku lagi,” Aku melihatmu sudah pada batas yang tak bisa
membendung lagi kesedihanmu. Tubuhmu bergetar , tangismu seperti nyanyian
sendu. Hatiku ikut teriris mendengarnya. Pria itu berbalik dan menjauh darimu.
Aku hanya ingin mendampingimu selalu. Jangan pergi Dian. Tetaplah bersamaku. Aku akan tetap setia
mendampingimu . Selalu. Apapun yang kau mau dariku, aku akan selalu melayanimu.
Aku tersenyum Aku akan selalu bersamamu.
Selalu membelai wajahmu, menghapus tangismu dan aku tak akan peranh pergi
darimu sedetikpun......
0 komentar:
Posting Komentar