Semakin
malam desa semakin sunyi. Sisa-sisa rusuh siang tadi sudah tak berbekas, yang
tinggal puing-puing , sisa-sisa reruntuhan rumah. Hanya tinggal isakan tangis
dan kesedihan yang terpancar dari wajah-wajah lesu. Ini sudah untuk kesekian
kali masarakat sini harus berjuang untuk tanah mereka. Tanah yang menghidupi
semua sel tubuhnya. Tanah yang menjadi urat nadi perekonomian mereka, tapi kini
harus berpindah tangan menjadi milik orang-orang kaya yang dengan sewenangnya
mengambil alih tanah pertanian mereka. Ini yang terbesar, hampir rata rumah
mereka , tanah mereka hancur saat mereka
mempertahankan tanah mereka. Hasilnya??? Nihil...... rakyat kecil selalu
kalah!!!!
Aku???
Sendiri dengan rasa sesak di dada. Tak satupun yang bisa membuatku bergerak
untuk memperjuangkan tanah rakyat. Aku sudah apatis!!! Dulu aku berjuang untuk
mereka tapi apa hasilnya??? Aku masuk penjara!!! Lima tahun aku harus mendekam
di penjara!!!! Kini aku tak mau berbuat apa-apa. Aku sudah apatis!!! Tak ada
lagi nurani dalam diriku. Bisu.... Aku tak mau terulang kembali peristiwa tujuh
tahun lalu. Diam itu baik bagi diriku saat ini. Semua mati. Nuraniku, hatiku
semuanya. Tak ada yang tersisa.
Saat
banyak orang datang padaku untuk memperjuangkan nasib mereka. Aku hanya diam
mematung. Setelah apa yang aku dapatkan, apakah aku masih mampu untuk bergerak
untuk mereka??? Siapa yang akan memperjuangkan diriku???? Tak Ada. Aku lebih
baik apatis. Diam adalah hal yang terbaik bagiku sekarang. Orang-orang itu
pergi bersamaan dengan runtuhnya air mataku. Mataku terpejam tapi air mataku
mengalir perlahan. Telingaku masih mendengar tangisan mereka.Tapi mata hatiku
telah mati. Tapi apalah artinya aku??? Aku hanya bisa apatis. Mataku tertutup,
telingaku tak mendengar lagi, mulutku tak bicara lagi. semuanya membatu
bersamaan dengan hilangnya tanah masarakat desa Mekar Sari.
8 komentar:
22 Desember 2016 pukul 04.13
keren mbk ceritanya, semoga menang. kunbal mbk siapa tahu bisa saling berbagi
22 Desember 2016 pukul 11.53
amin, makasih mas alwi
22 Desember 2016 pukul 18.33
bagus Mbak ceritanya.
Lama neh saya nggak nulis fiksi Mbak, keasyikan ngeblog he3
22 Desember 2016 pukul 22.26
Diam, tanpa satu gerak tanpa satu ucap dan tanpa satu rasa.. hening, biarkan aku menjadi apatis terhadap apapun yang datang...ih, MBak keren fiksi-fiksimu
23 Desember 2016 pukul 00.49
ceritanya bagus jadi kepingin bikin fiksi mini..
ilustrasinya agak seram tapi sesuai dengan mood cerita..keep up the good work mba tira
24 Desember 2016 pukul 16.22
makasih mas ihwan
24 Desember 2016 pukul 16.25
makasih mbak astin
24 Desember 2016 pukul 16.28
mbak fiberti, ilustrasinya memang sudah ada dan kita disuruh bikin cerita berdasarkan gambar di atas
Posting Komentar