8 Pohon Di Tepian Pantai

Jumat, 22 Desember 2017





Berdiri kokoh walau ombak setiap saat menyapu dirimu
Sedikit wajah menatap tak berkedip akan kekokohanmu
Tetap tegar melawan ombak
Tapi dirimu tetap berdiri teguh dan tak tergoyahkan
Siang malam ditemani sepi hanya suara deburan ombak
Dirimu tak pernah kesepian walau sendiri ada di sana
Menyemat kenangan bersama laut, kau tetap di sana
Agar rindu tak akan hilang dalam sepi
Selalu bersama alam yang menyatu

Satu hati....
Andai saja kau tak ada dalam sepi
Mungkin ombak akan menerjang kuat ke tepian pantai
Tapi kau menjadi penghalang kuat
kau sebagai barier untuk melawan ombak
Tapi kau tetap berdiri di sana kokoh
Ah, betapa bayanganmu dari kejuahan selalu ada
Menabur kebaikan di hatimu tuk jaga alam ini
Walau kau sendiri di sini di pantai indah Tanjung Pendam

Cirebon, 23 Desember 2017
Saat berada di pantai Tanjung Pendam , Belitung.

6 Sepucuk Surat Lamaran

Jumat, 15 Desember 2017



  
Gambar dari sini 
 

Sore itu sepulang kantor , aku menemukan ada surat di kotak surat depan rumah, saat kulihat ditujukan padaku. Lucu juga, sekarang orang sudah terbiasa mengabarkan atau berkirim pesan singkat daripada berkirim kabar melalui surat. Kubalik surat itu dan tertera nama  Agus Munandar dari Surabaya. Aku mengernyitkan dahiku, siapa Agus rasanya aku tak mengenalnya ataupun kenal , dimana aku mengenalnya, tapi surat ini tetap kumasukkan juga ke dalam tas, biar kubaca nanti malam saat hendak membaringkan tubuh penatku.
            “Wah, kamu dapat surat cinta kali. Dea,” sapa bunda yang sudah rapih dan aroma tubuhnya yang wangi. Sungguh bunda itu kelakuannya masih seperti muda dahulu, kala sore berdandan rapi menunggu ayah pulang kantor dengan wajah cantiknya, rapih dan beraroma wangi. Bagaimana tidak ayah selalu memuji terus bunda yang selalu tampil cantik di mata ayah.
            “Gak tahu bun, aku mandi dulu ya, nanti kalah dengan bunda yang sudah cantik, “ aku meneruskan masuk ke dalam kamar dan sedikit membaringkan tubuhku sejenak sebelum kubersihkan tubuhku. Malam itu aku membuka surat dari Agus , dan kini aku membaca kata demi kata yang tertulis rapi . Siapa gerangan pria lancang yang menyatakan ingin melamarku????? Aku memejamkan mataku, dan baru kuingat mahasiswa itu Agus, mahasiswa yang diam-diam aku menyukainya . Aku tahu Agus tak pernah tahu kalau aku suka padanya, aku terlalu malu untuk memberi sinyal padanya kalau aku begitu suka dengannya. Aku tersenyum , kubalikan lagi lembaran berikutnya dan aku kembali tersenyum membayangkan duabelas tahun yang lalu.

            Aku bukan tipe wanita yang mudah untuk bercakap-cakap dengan pria, malu rasa hati ini kalau harus berhadapan secara langsung, entahlah aku terlalu malu. Sampai aku mengenal Agus mahasiswa yang aku kenal di acara pelatihan jurnalistik di kampus, dan Agus sungguh populer di depan teman-teman wanita, mungkin karena pembawaan yang ramah dan supel sehingga membuat Agus sangat disukai , ditambah lagi dengan prestasi akademik yang menonjol dan satu lagi pemain basket yang handal, siapa yang tak tergila-gila dengan pemain basket yang punya tubuh atletis.
            “Ganteng ya,” Rina menunjuk Agus, aku menganggukan kepalaku. Ada sedikit degup rasa di hati saat aku menatap dirinya.
            “Hai, lagi ngapain?” Agus menghampiri bangku penonton saat aku melihat dia latihan.
            “Masa sih gak lihat kita lagi nonton latihan basket, keren deh penampilan kalian,” ujar Rina dan  aku melihat kesempatan Rina untuk berdekatan dengan Agus terbuka lebar , memang Rina lebih supel dan mudah bergaul dengan siapa saja. Aku hanya duduk diam saja, sebagai pendengar setia, walau kadang ada sedikit melirik wajahnya yang bisa buat cewek-cewek kampus tergila-gila padanya. Baru melirik saja aku sudah mendapatkan tubuhku bergetar hebat belum jantungku mulai tak ramah dengan detaknya  yang semakin cepat. Sialan , gini kalau jadi cewek pemalu.
            “Oh ya kalian aku traktir  makan dan minum di kantin ya, sekarang,” ajaknya. Rina tampak sumringah,dia mulai menggeretku ke kantin mengikuti Agus yang sudah mendahuluinya.
            “Kita mujur Dea, Agus mengajak kita makan,” aku hanya seperti bebek yang membuntuti Rina dari belakang, sebetulnya aku tak mau karena jantungku belum bisa diajak berkompromi tetap saja berdetak lebih cepat belum tubuhku gemetar tak karuan rasanya tubuhku seperti melayang dan meriang seperti orang demam.. Benar saja di kantin banyak cewek-cewek yang berusaha menarik perhatian Agus, sedangkan aku menatapnya saja sudah membuatku gemetar. Aku duduk tepat di sebelah Agus dan Rina mulai melancarkan jurus merayunya , tampak sekali rasa senangnya dia dapat ajakan makan darinya, mungkin peluang buatnya untuk mendekati Agus.
            “Ayo, pilih menunya,” Agus menyodorkan daftar menu untukku tapi Rina sudah merebutnya dan mulai menulis pesanannya. Waktu pesanan datang , saat aku menerima gelas yang diberikan Agus ,  saking gemetarnya, kutumpahkan gelas yang kupegang dan air membasahi kemeja dan celana Agus.
            “Maaf,” aku begitu grogi dan malu sekali tak mampu aku memandang wajahnya, Rina menendang kakiku keras, aku hanya bisa melotot padanya. Hari itu aku seperti wanita tolol di hadapan Agus.

            Pertemuanku dengan Agus  kemarin membuatku selalu memikirkannya, tapi aku tak bisa seperti teman-teman yang lain yang tampak memperlihatkan kesukaannya pada Agus, aku hanya sebagai pengagum rahasia yang hanya dapat menatapnya dari kejauhan, mengaguminya tanpa berani menatapnya langsung. Sering aku berhandai-handai , kalau saja Agus mau menyapaku terlebih dahulu  dan mengajakku jalan , alangkah senangnya hatiku. Hanya kepada buku diaryku saja aku curahkan rasa isi hati yang merindu, kepadanya aku bisa menuliskan apa yang menjadi asaku dan keinginanku tanpa rasa malu atau takut ditertawakan. Dialah yang sanggup mendengarkan rasa yang kadang menyakitkan karena aku merasa semakin jauh dari pria idaman, apalagi aku melihat Agus sering jalan dengan Tita, anak akuntasi yang juga cukup populer di kampus. Semua rasa cemburu dan sakit ini hanya milikku dan diaryku. Kadang air mata sering berkumpul di pelupuk mata kalau sakit di hati ini semakin menusuk dan  kadang aku tak dapat menahannya lagi. Sanggupkah aku menahan rasa rindu dan cintaku untukkya??? Tak mungkin, aku harus melupakannya, aku gak mungkin memilikinya. Aku seperti burung pungguk merindukan bulan, sungguh aku malu melihat diriku sendiri dipermalukan cinta , tanpa ada balas secuilpun.  Berkali-kalai aku melihat Rina menyatakan rasa tak sukanya pada Tita, aku hanya tersenyum kecut melihatnya, Rina tak tahu hatiku juga sakit melihat kedekatan Tita dengan Agus tapi aku berbeda dengan Rina yang meletuskan rasa cemburunya dengan amarahnya sedangkan aku hanya bisa menangis dan mengadu pada diaryku.
            “Sudahlah Rin, lebih enak punya cowok itu yang tak populer jadi tak perlu sakit hati karena terlalu banyak cewek yang mengerubutinya.” Rina menatapku sengit.
            “ Dasar  kamu Dea, belum tahu rasanya suka tapi belum –belum sudah ditolak,” mulutnya terus mengoceh sampai aku harus menghentikannya untuk tak perlu lagi mengejarnya.
            “ Cewek itu yang pantas dikejar Rin , bukan cewek yang mengejar, “ selaku.
            “Dasar Dea , kamu tuh kuno banget dah gak jaman cewek apatis saja duduk diam, bisa-bisa gak laku-laku.” Aku hanya mengangkat bahuku mendengar amarahnya yang kadang bikin aku sesak berdekatan dengannya.

            Menjadi pemuja rahasia , memang menyakitkan, sudah ingin kuhilangkan saja rasa ini tapi tak pernah aku bisa. Sampai aku luluspun aku masih selalu membayangkan Agus akan datang menjemputuku, tapi kenyataannya tidak. Semakin rasa sakitku menusuk saat aku tahu dia diterima kerja di kota Surabaya, harapan untuk bertemu dengannya pupus sudah. Selamat tinggal cinta, harus kuhapus namamu di hatiku, sungguh sakit menjadi pemuja rahasia yang tak pernah kunjung mendapatkan perhatian dari sang pemuja. Kini aku mendapatkan surat darinya setelah lama tak berjumpa dengannya, masih kupegang surat itu dengan tanganku yang gemetar. Kini dia datang dengan suratnya untuk melamarku????  Kembali hatiku diisi dengan rasa rindu yang telah lama hilang kembali muncul dengan harapan yang lebih dari sekedar mimpi,tapi aku harus berani menjawab surat ini, kalau tak mau kehilangan dia untuk kedua kalinya. Buru-buru aku mengeluarkan kertas surat dan aku tuliskan surat untuknya.

Untuk Mas Agus
Asalammualaikum ,

Terimakasih untuk surat mas yang begitu mengejutkan hatiku, betapa tidak datang surat itu tiba-tiba dengan ajakan melamar aku. Apakah aku pantas untik dilamar mas, mengapa mas memilihku padahal yang kutahu mas begitu banyak disukai oleh banyak wanita, mungkin saat ini  di tempat kerja banyak wanita yang mengagumi mas. Ini sedikit pertanyaanku dulu sebelum aku mampu menjawab ajakan untuk menerimamu.
                                               
                                                                                    Wasalam
                                                                                    Dea
Surat pendek yang kukirim lewat pos, mudah-mudahan akan ada jawaban kembali darinya, sungguh aku mulai menunggu kiriman balasan suratku. Merindu kali ini membuatku semakin sulit memejamkan mataku. Saat aku kembali mendapatkan kotak suratku berisi kembali, aku meloncat girang seperti anak kecil yang mendapatkan permen. Kubuka surat dan kurebahkan punggungku di sandaran tempat tidur, dan kubaca perlahan satu persatu kalimat yang dia tuliskan untukku.

Untuk dik  Dea
Assalammulaikum.

Engkaulah bidadari yang selalu kusimpan dalam hatiku yang terdalam, aku sudah menyukaimu dari  dulu, tapi  dik Dea terlau diam , aku takut mendekatimu. Rasa ini selalu kupendam sampai aku tahu  dik Dea masih sendiri, aku memberanikan untuk melamarmu. Tolonglah jawab ya, agar rindu di hati ini tak membuatku merasakan resah setiap saat aku harus mengingatmu, aku takut aku kedahuluan pria lain yang menyukaimu. Dik Dea, aku mencintaimu, peganglah hati ini agar kau tahu, kau selalu ada di hatiku.

                                                                                    Wassalam
                                                                                                                                                                                                                        Agus

 Kulipat suratnya dan aku tahu harus bagaimana akan kujawab , sudah banyak kerinduan yang menyeruak di hati ini dan kini rinduku tersambut jua, mimpi menjadi kenyataan. Segera kujawab surat itu dengan kesungguhan hatiku, dia pria pilihan Allah yang datang begitu saja saat aku mulai melupakannya.

Untuk Mas Agus
Asalammualaikum,

Tak kusangka rinduku bersambut, untuk apa lagi kau harus menunggu, sekarang boleh kujawab pertanyaanmu. Ya, itulah jawabanku, mas. Peluklah dan gemgamlah tanganku, bawalah aku bersamamu untuk bisa mengarungi bahtera rumah tangga dalam cintaNya, semoga kita dianugerhakan rahmat yang luar biasa, sehingga pertemuan berikutnya kita sudah menjadi suami istri yang sah di mata Allah. Teriring doa dariku untukmu, mudah-mudahan kau selalu sehat dan salam hangat dariku

                                                                                    Wassalam
                                                                                    Dea


            Kini aku merasakan detak kebahgiaan yang menyeruak di hati seperti bunga yang mulai bermekaran, cinta sungguh datang tepat pada waktunya di saat aku sudah mulai lelah merindu terus menerus sampai aku lelah menanti datangnya keajaiban. Kini semua terjawab doa –doaku dan rasa rindu yang menghuni hatiku bertahun-tahun terjawab sudah dengan sepucuk surat lamaran untukku. Kini kebahagiaanku mulai datang kembali saat cincin itu mulai kau sematkan di jari manisku. Aku menatapnya , tak pernah berubah , kau selalu tampan dan menarik bagiku, kini aku tak perlu lagi melihatnya dari kejauhan, dia sudah menjadi milikku. 

2 Dua Hati Jadi Satu

Jumat, 08 Desember 2017



Saat berdiri di Jabal Rahmah, saat memandang tugu di atas
Saat membayangkan pertemuan dua hati Adam dan Hawa
Pertemuan dua hati yang selalu akan bersama
Di sini di Jabal Rahmah....

Kini dua hati yang sedang menjalani umroh
Datang untuk mengingat akan cinta
Cinta yang harus dipersatukan bukan dipisahkan
Sampai akhir hayat.....

Di Jabal Rahmah, di sini diingatkan akan arti cinta
Untuk bisa menerima kekurangan dan kelebihan
Untuk bisa bergandengan tangan dalam suka dan duka
Sampai mencapai titik kebahagian sejati

Di Jabal Rahmah aku berdoa
Untuk dua hati yang sedang mengarungi lautan kehidupan
Bergumul dengan aral yang menghantui setiap saat
Untuk dipecahkan sampai akhir kebahagiaan

Di tepian siang itu , aku menatap tugu itu
Dua hati yang akan selalu bersama seperti Adam dan Hawa
Gemuruhnya cinta akan selalu ada
Menemani dua hati yang melewati jalan cinta....

Ya, Allah....
Ijinkan dua hati ini tuk selalu dipersatukan
Oleh cinta yang dipersatukanMu
Untuk tawarkan bahagia selamanya.....

Cirebon,9 Desember 2017
Saat berada di Jabal Rahmah