Sore itu Lebonna berdiri di dekat jendela, dibukanya tirai
jendela. Rumah panngung kayu milik papanya sangat strategis. Dari jendelanya
Lebonna bisa melihat pemandangan sawah-sawah yang menghijau. Sekali-kali
dirinya tersenyum simpul. Ah, dia tampan sekali,pikir Lebonna.
“Hai, kau
sedang melamun kah?” tanya indo (ibu) yang tiba-tiba saja sudah berada dalam
kamar Lebonna.
“Ah, siapa
yang melamun Indo,”tukas Lebonna tersipu malu. Indo melihat wajah Lebonna
bersemu merah. Ah, anaknya sedang jatuh cinta rupanya. Indo tak mau mengganggu
anaknya, makanya segera ia keluar dari kamar anaknya , Tapi sekali lagi dia
menatap pada anaknya. Ah, anaknya kini sudah dewasa, sudah waktunya untuk
mencari pasangan hidupnya. Sementara itu Lebonna kembali melamun sambil
menopang dagunya dengan kedua belah tangannya. Masih teringat tadi siang saat
adu ketangkasan di lapangan dekat balai desa Bua kayu, Kecamatan Bonggakaradang
Toraja. Saat pemuda itu bersitatap dengan dirinya. Tiba-tiba saja dadanya
langsung berdebar begitu cepat. Dan langsung kepalanya ditundukan , rasa malu
begitu mencuat dalam hatinya. Saat itu Niang sahabatnya menyenggolnya.
“Sepertinya
Paerengan naksir kamu Leb,”tukas Niang.
“Ah,
masa,”tukas Lebonna. Niang menyenggol sikut Lebonna. Saat Lebonna mendongak
kembali, matanya bersitatap dengan Paerengan.
“Tuh kan,
apa kataku,”cerocos Niang. Lebonna sibuk dengan jantungnya yang semakin cepat
berdenyut. Ah, mengapa diriku, pikir Lebonna. Ada rasa suka yang mendalam pada
pria itu yang sama sekali belum dikenalnya. Yang ia tahu, pria itu memang tangkas
berperang dan adu ketangkasan. Namanya Massudilalong Paerengan. Saat pertandingan
selesai, Paerenganlah yang memenangkan adu ketangkasan lagi. Belum ada yang
bisa mengalahkannya. Tiba-tiba saja Paerengan sudah ada di hadapan Lebonna.
“Paerengan,”
sambil mengulurkan tangannya. Lebonna tergagap dan menatap sekilas. Saat Niang
menyenggolnya, baru Lebonna mengulurkan tangannya juga.
“Lebonna,”lirih
suaranya.
“Boleh aku
bertemu denganmu lagi?” Lebonna hanya sanggup mengangguk saja. Baru kali ini
dirinya ngobrol dengan seorang pria . Biasanya dia hanya berteman dengan teman
perempuan saja. Begitu gugup dan ada perasaan malu di hatinya, terasa panas
pipinya. Saat Paerengan berlalu dari hadapannya, Niang menyenggolnya.
“Ih, lihat
dirimu. Pipimu begitu merah,” goda Niang. Lebonna berbalik dan segera pulang ke
rumahnya.
“Hai,
tunggu kenapa kamu tinggalkan aku,”teriak Niang.
“Lebonna,
cepetan ke surau, sudah magrib,”teriak Indo. Lebonna menyudahi lamunannya. Ah,
masih saja terbayang-bayang pria itu dalam pikirannya yang tak mau hilang
begitu saja.
Ternyata
Lebonna semakin sering bertemu dengan Paerengan. Setiap bertemu dengannya ,
Lebonan selalu gugup tak seperti kalau dia bertemu dengan pria lainnya. Dia
begitu spesial di hati Lebonna. Jalan beriringan di desa Bua Kayu, membuat
hari-harinya begitu ceria. Cinta yang bersemi dari kedua hati yang sedang
dimabuk cinta membuat rasa hati ingin selalu memiliki.
“Untuk
kekasih hatiku,”tukas Paerengan memberikan bunga liar yang tumbuh di ladang .
Lebonna menerima pemberian Paerengan. Dihirup aroma , ada sedikit aroma yang
tercium dari bunganya.
“Maukah kau
menikah denganku,”tanya Paerengan tiba-tiba saja. Lebonna menatap tajam
padanya. Baru kenal, Paerengan sudah berani melamarnya. Lebonna juag belum
mengenalkan Paerengan pada keluarga besarnya. Apa kata indo dan
ambe(ayah) , apa mereka akan menyetujui pilihanya? Lebonna belum bisa
berpsekulasi. Belum dia tanyakan sendiri
pada orangtuanya. Apalagi kaka muanaenya
(kakak laki-laki) belum menikah.
“Lamar saja
aku pada orangtuaku,”tukas Lebonna.
“Betul? Aku
boleh datang pada orangtuamu?”tanyanya. Lebonna mengangguk. Tampak Paerengan
sumringah, dirinya berharap lamarannya akan diterima oleh orangtua Lebonna.
Kabar
Lebonn akan dilamar Paerengan begitu
cepat tersebar hampir semua penduduk desa Bua Kayu mendengarnya. Ada beberapa
yang turut senang dengan berita itu tapi ada juga yang tak suka. Banyak
perempuan yang iri terhadap Lebonna yang bisa memikat hati Paerengan yang
disukainya juga. Begitu juga pria yang naksir dengan Lebonna merasa dirinya
hilang kesempatan untuk melamar Lebonna. Termasuk seorang pria yang bernama
Pamusureng yang naksir berat pada Lebonna.Kadang rasa iri itu begitu kentara
terlihat di beberapa perempuan di sekitar Lebona. Tapi ada yang bisa
memendamnya seperti Pamusureng.
“Aku salah
apa ya, terhadap mereka?”tanya Lebonna suatu hari pada Niang. Dia sering
mendapat tatapan gak suka dari beberapa teman perempuannya.
“Sudahlah
jangan kau pikirkan Lebonna, mereka hanya iri saja padamu,”tukas Niang. Tapi
Lebonna merasa tak enak hati. Dia tak bermaksud menyakiti perasaan hati mereka.
Tapi Paerenganlah yang telah memilih dirinya untuk dijadikan istrinya. Keluarga
Lebonna mulai mempersiapkan diri untuk keadatangan keluarga Paerengan untuk
datang melamar. Banyak bisik-bisik tetangga yang kadang menggelitik hati
Lebonna. Perasaan bahagianya menjadi sedikit tercemar dengan bisik-bisik yang
dia dengar dari tetangganya.
“Sudahlah
jangan kau pikirkan omongan mereka, pikirkanlah kalau kau sebentar lagi akan
dilamar pemuda idaman kamu,”tukas indo .
“Iya, indo,
tapi aku jadi gak enak sama mereka dan ada kata-kata yang begitu membuat hatiku
sakit,”tukas Lebonna. Indo menasehati Lebonna agar tak selalu mendengar
bisik-bisik tetangga , karena semua omongan itu belum tentu benar adanya.
“Yang
penting apa yang kita lakukan benar adanya,”tukas indo sambil menepuk bahu
Lebonna dan membawanya ke dalam pelukannya. Lebonna merasa nyaman berada dalam
pelukan indonya. Sementara waktu
keluarga Lebonna tengah bersiap-siap menerima kedatangan keluarga Paerengan,
terdengar kalau ada sedikit pertentangan dengan desa tetangga. Suasana desa
semakin memanas dari hari ke hari. Hampir setiap sore di setiap sudut desa
membicarakan tentang kemelut yang terjadi antara desa Bua Kayu dengan desa
tetangganya. Pembicaraan itu mengurangi pembicaaraan tentang lamaran pada
Lebonna. Lebonna merasa beruntung, bisik-bisik tetangganya menjadi berkurang
karena diganti dengan topik yang lainnya. Ternyata keadaan semakin gawat.
Pertengkaran begitu menghebat, yang membuat desa tetangga akan menyerang desa
Bua kayu. Agar desa tak diserang maka desa Bua Kayu mempersiapkan pasukan untuk
menyerang balik desa tetangga. Paerengan termasuk salah satu yang disuruh ikut
dalam penyerangan ke desa tetangga. Mau tak mau Paerengan harus ikut untuk
mempertahankan kedaulatan desa Bua kayu. Lamaran akhirnya harus ditunda sampai
Paerengan kembali dari medan peperangan. Ada banyak perasaan yang bergejolak
dalam diri Lebonna.
“Jangan
pergi,”tukas Lebonna. Paerengan memegang kedua lengan Lebonna . Rasanya ingin
dia tak ikut serta tapi ini sudah menjadi tanggung jawabnya juga sebagai warga
desa yang baik.
“Aku harus
pergi, kalau tidak bisa-bisa desa kita hancur diserang desa tetangga. Aku janji
setelah perang berakhir aku akan datang melamarmu,”tukas Paerengan .Dipeluknya
Lebonna dalam pelukannya. Ingin sekali dia tak melepaskan pelukannya lagi.
Ingin selalu berdekatan dengan kekasih hatinya. Apa daya tugas mulia yang harus dia emban menyebabkan
Paerengan harus meninggalkan Lebonna. Paerengan menatap Lebonna dan meyakinkan
kalau dia akan selamat dan datang kembali padanya.
“Doakan aku
selalu agar aku selamat.” Paerengan mencari bola mata Lebonna yang tampak begitu cemas. Mereka berdua
berjanji akan selalu sehidup semati. Lebonn akan menunggu Paerengan kembali.
“Aku akan
selalu mendoakanmu Paerengan. Cepatlah kembali padaku,”tukas Lebonna melepaskan
kepergian Paerengan. Lebonna menatap punggung Paerengan dengan perasaan yang
begitu berkecamuk. Sedih ditinggalkan pergi walau hanya sementara waktu.
“Selamat jalan
kekasihku, semoga kau datang kembali dengan selamat,’lirih suara Lebonna.
Lebonna meyakini dirinya akan janji sehidup semati yang dilontarkan Paerengan.
Betapa
hari-hari menunggu Paerengan begitu membuat sisi hati Lebonna seperti
beriak-riak. Ada banyak rindu padanya,
hanya angin yang bisa menyampaikan rasa rindu padanya.
“Paerengan
pasti kembali,”tukas Niang menghibur temannya. Lebonna hanya mengangguk .
“Dia memang
tangguh dan aku yakin dia akan kembali padaku,”tukas Lebonna. Niang menepuk
pundak sahabatnya. Hanya kepada angin Lebonna menyampaikan rasa rindunya.
Setiap sore di depan jendela kamarnya, selalu ucapan rindu untuk Paerengan dia
ucapkan . Sampai suatu hari Pamusureng
keluar dari barisan pasukannya. Diam-diam dia mendatangi Lebonna yang selama
ini dia cintai. Pamusureng memberitahu kalau Paerengan sudah gugur dalam
pertempuran pada Lebonna.
“Gak
mungkin. Itu gak mungkin. Paerengan pria tangguh tak mungkin dia gugur,”tukas
Lebonna panik.
“Masa aku
akan berbohong padamu. Paerengan benar-benar sudah gugur ,”tegas Pamusureng
sambil menatap Lebonna. Dia melihat kesedihan yang mendalam pada Lebonna.
Pamusureng berjanji dia akan sering datang untuk menjenguk Lebonna guna
mengambil hatinya. Dia ingin agar Lebonna bisa menjadi miliknya. Pamusureng
tahu apa yang dia lakukan adalah kejam tapi sisi hatinya yang lain menginginkan
agar Lebonna menjadi miliknya bukan Paerengan. Pamusureng sudah dari dulu
mencintai Lebonna tapi belum berani mengutarakan isi hatinya. Lebonna
benar-benar terpuruk, rasa sedihnya melebihi batas kekuatannya. Hanya bisa
menangisi dirinya yang malang ditinggal kekasihnya. Semua orang turut menghibur
Lebonna tapi Lebonna tetap mengurung diri karena kehilangan belahan jiwanya.
“Lebonna,
makan dulu. Sejak kemarin kau belum makan,”tegur indo menghampiri putrinya.
Lebonna tampak kusut. Matanya sembab dan kuyu. Hanya duduk menatap keluar
jendela dengan tatapan kosong. Lebonna menggelengkan kepalanya.
“Indo
suapkan makanannya ya. Nanti kamu sakit,”tukas Indo mulai membujuk Lebonna tapi
Lebonna tetap pada pendiriannya . Dia tetap meratapi kekasihnya yang pergi.
Beberapa kali Pamusureng datang untuk menjenguk Lebonna dan mencoba
menghiburnya tapi Lebonna tak peranh mencoba berbicara padanya, hanya tatapan
mata yang kosong.
“Ayolah Lebonna,
dia sudah gugur. Mengapa kau tangisi dia. Aku sangat menyukaimu. Aku bisa
melindungimu,”tukas Pamusureng perlahan. Dia merasakan kesedihan juga melihat Lebonna
yang tampak murung. Tubuhnya semakin mengurus karena tak mau makan. Pamusureng
memegang pundak Lebonna, ingin dia peluk gadis yang begitu ia cintai, tapi
Lebonna menepisnya. Pamusureng mundur beberapa langkah, ada rasa perih di
hatinya. Cintanya ditolak mentah-mentah oleh Lebonna. Ah, apa memang cintanya
tak pernah berbalas sejak dulu? Sungguh dirinya
merasa kecewa kalau tahu Lebonna
begitu mencintai Paerengan. Pamusureng pulang dengan harapan kosong. Dia tahu
dia tak punya harapan lagi. Lebonna terlalu mencintai Paerengan.
Beberapa tabib
dipanggil indo untuk bisa mengobati sakit Lebonna tapi ternyata hasilnya semua
nihil. Orangtuanya sudah mulai putus asa. Lebonna tetap tak bergeming,dirinya
hanya mengunci diri di kamarnya. Tubuhnya semakin kurus. Matanya cekung.
Rambutnya acak-acakan tak terusur. Dan Lebonna mulai sering berhalusinasi
bertemu dengan Paerengan.
“Indo, dia
datang-dia datang. Tolong sambut dia indo,”teriak Lebonna. Indo tersenyum getir
melihat anak gadisnya sakit seperti itu. Dirangkulnya erat-erat Lebonna.
“Indo,
mengapa indo di sini saja, cepat sambut Paerengan , dia ada di depan pintu
untuk melamarku. Dia sudah janji padaku,”lirih suara Lebonna. Indo bukannya
menjawab hanya suara tangisnya yang terdengar memilukan. Niang menatap
sahabatnya dengan perasaan sedih. Tak ada satupun yang bisa menolong Lebonna.
Hanya dirinya sendiri. Jiwa Lebonna sudah hancur lebur bersamaan dengan berita
kematian Paerengan.
“Aku harus
mati.” Janji sehidup semati yang diucapkan Paerengan begitu terdengar di
telinganya. Lebonna melenguh perlahan, tubuhnya sudah sangat lemah. Tak makan
dan minum membuat tubuhnya mulai tergolek lemas di tempat tidurnya. Matanya
hanya bisa mengatup sedikit karena cekung matanya.
“Aku harus
mati.” Dengan perlahan karena tubuh lemahnya, Lebonna mengambil tali dan
berjalan ke belakang rumahnya. Saat itu rumahnya dalam keadaan sepi. Lebonna
bunuh diri dengan menggantungakn lehernya di belakang rumah. Saat orangtuanya
datang, indo tak menemukan Lebonna dalam kamarnya.
“Dia ada di
sini,”teriak ambenya .Indo terbelalak kaget melihat tubuh Lebonna yang lunglai
tergantung dengan tali. Indo menangis , meratapi kepergian Lebonna. Berita meninggalnya
Lebonna membuat banyak orang terkejut begitu juag dengan Pamusureng. Dia merasa
bersalah . Kalau saja dia tak memberitakan kabar bohong , gak mungkin Lebonna
akan bunuh diri. Dia tak menyangka Lebonna nekat melakukan hal itu. Jasad
Lebonna diupacarakan terlebih dahulu sesuai adat di tanah Toraja. Lebonna
dikuburkan di Liang Batu (batu besar yang dilubangi untuk memasukkan jenasah)
Tapi ada hal yang aneh saat jenasah Lebonna sudah dimasukkan ke liang batu dan
liang batu ditutup dengan rapat tapi ada rambut Lebonna yang terurai melewati
pintu liang Menurut orang-orang desa itu
pertanda Lebonna belum ikhlas masuk ke batu liang karena ada janji yang belum
ia tepati atau buktikan semasa hidupnya.
Sepeninggal
Lebonna , keluarga Lebonna masih diliputi kesedihan, tapi beriringan waktu
mereka sudah bisa mengikhlaskan kepergian Lebonna. Mungkin cintanya pada
Paerengan begitu kuat dan ingin bertemu di alam yang lain. Tapi tak terlalu
lama keluarga Lebonna dikagetkan kalau Paerengan sudah datang kembali ke desa
dengan kemenangan . Paerengan dielu-elukan banyak orang. Indo merasa ada yang
aneh. Pamusureng mengatakan kalau Paerengan sudah gugur nyatanya Paerengan masih
segar bugar. Indo begitu marah. Indo
mendatangi rumah Pamusureng untuk menanyakan mengapa dia mengatakan
kalau Paerengan telah gugur. Tapi mendengar berita kalau Paerengan datang
dengan kemenangan, Pamusureng tahu dia bakal dicaci maki telah memberitahukan
kabar bohong. Sebelum indo mendatangi rumahnya, Pamusureng sudah pergi jauh
dari desanya. Dia tak mau diamuk masa karena kebohongannya.
“Apa.Lebonna sudah meninggal.”tukas Paerengan lemas.
Paerengan kaget saat mendengar cerita dari orangtua Lebonna. Dirinya tak pernah gugur, dia malah berusaha agar menang agar bisa cepat melamar Lebonna.
Paerengan begitu marah, ingin dia datangi rumah Pamusureng untuk melabraknya.
“Dia
sudah pergi,”tukas ambe. Paerengan hanya bisa terduduk lemas.
“Aku
sangat mencintainya,”lirih suara Paerengan tertelan angin . Begitu sedihnya Paerengan meratapi kepergian Lebonna. Setiap hari hanya rindu yang dia
sampaikan lewat angin yang berhembus . Ingin dia memeluk
Lebonna kembali dalam pelukannya. Matanya ,
tubuhnya , senyumnya begitu terpatri
di
hati Paerengan. Dirinya tak bisa melepas bayang-bayang
Lebonna dalam hidupnya. Dia ingat akan
janji untuk selalu sehidup semati dengan Lebonna Lebonna sudah meninggal
tapi dirinya masih hidup. Ingin dirinya mengakhiri hidupnya agar dia bisa
bersatu kembali dengan
Lebonna.
Setiap hari meratapi kepergian Lebonna membuat tubuh Paerengan mengurus drastis.
Sementara itu Dodeng sahabat Paerengan hendak mengambil tuak (sari enau )
dari pohon induk enau yang letaknya berdekatan dengan kuburan Lebonna. Dodeng terpaksa
mengambil
enau sendiri karena orang yang biasa dia suruh sedang keluar kampung. Dodeng naik ke pohon enau dan mengambil tuak yang sudah
ditampung di sebuah timbo ( tempat penadah sari pohon enau yang berbentuk bulat panjang dan terbuat dari
potongan ruas bambu) . Kemudian menggantikan dengan timbo yang lain. Tiba-tiba saat Dodeng sedang
memotong tangkai enau untuk mengeluarkan sarinya, dia mendengar suara rintihan wanita yang tak jauh dari
tempatnya dia berada di atas pohon. Rintihan kesediahn atau
disebut dengan Londe itu terdengar semakin keras dan begitu menyedihkan. Suaranya yang menyayat hati membuat Dodeng
berhenti bekerja. Dia mendengar suara
rintihannya.
Dodeng mangrambi ma dedek
Dodeng ma pa tuang tuak
Rampanan pi pededekmu
Anna pi te kamaliku
Ammu perangina mati
Ammu tandi talinga na
Parampoanna kadangku
Pepasan mase-maseku
Lako to masudilalong
Muane sangkalama ku
Muku duka
Lasang mateki eh so e
Paerengan oh rendengku
Angku dolo angku mate
Tae sia laamte na la sisarak sungana
Ulli ulli soal duka borro sito doan
duka
Oh rendengku
Dodeng mendengarkan ratapan sedih dari suara wanita. Dia turun dari
pohon dan mendekati suara rintihannya itu. Ternyata dari kuburan Lebonna. Pesan yang menyatakan kesedihan Lebonna karena merasa dibohongi oleh Paerengan karena dia masih hidup sedangkan dia sudah mati. Padahal Paerengan pernah berjanji hidup semati
dengannya. Dodeng begitu ketakutan, dia pulang tanpa memberitahukan
Paerengan. Esoknya dia kembali untuk mengambil tuaknya dan dia mendengar kembali rintihan yang datang
dari kuburan
Lebonna. Akhirnya Dodeng mendatangi Paerengan untuk menceritakan kalau kuburan Lebonna mengelurakan suara rintihan yang dia duga itu suara Lebonna.
“Percayalah
padaku. Kalau kau tak percaya ,ikutlah aku, “tukas Dodeng pada Paerengan. Akhirnya Paerengan bersedia ikut dengan Dodeng untuk membuktikan kalau omongan Dodeng tidak bohong. Benar saja saat Dodeng mulai naik ke atas pohon enaunya, terdengar suara rintihan wanita dari kuburan Lebonna. Paerengan begitu sedih mendengar suara
rintihan Lebonna, perempuan yang
sangat dia cintai., bukan dia ingkar janji tapi ada yang telah membohongi mereka sehingga ada kesalahpahaman antara mereka berdua. Paerengan merasa bersalah walau kesalahannya tak seratus persen berada di pundaknya tapi dia sudah berjanji akan
sehidup semati dengan Lebonna. Makanya dia akan menepati janjinya pada Lebonna.
“Lebonna,
aku akan menepati janjiku padamu. Tidurlah
dengan tenang. Kita akan bertemu lagi. Aku mencintaimu,”tukas Paerengan di kuburan Lebonna.
Dia berjanji
pada
dirinya , dia akan menepati janjinya pada Lebonna. Paerengan memanggil semua pasukannya untuk berkumpul di
lapangan. Disuruhnya mereka membawa tombak karena akan diadakan acara merok /upacara rambu tuka yaitu
upacara mentahbiskan rumah adat Toraja,
Tongkonan dengan menombak kerbau. Kerbau itu akan
ditombak di lapangan terbuka, sesuai keinginan Paerengan. Semua masarakat
berkumpul di lapangan terbuka. Masing-masing membawa kerbau untuk diserahkan dalam
upacara nanti. Paerengan menyuruh pasukannya mengarahkan tombaknya ke atas. Paerengan kemudian naik ke atas pendopo. Masarakat mengira Paerengan akan berpidato sebentar baru pasukan akan menombak kerbau yang sudaah ada di lapangan. Pasukan yang sudah mengarahkan tombaknya ke atas
bersiap-siap menunggu komando dari Paerengan. Paerengan sudah berada di atas pendopo.
“Tunggu
aku Lebonna.
Aku akan menepati janjiku padamu. Aku selalu
mencintai dirimu. ,”lirih suaranya. Semua orang menatap Paerengan dengan perasaan heran. Tapi tak menyangka,
tiba-tiba saja Paerengan menjatuhkan diri ke bawah dan dengan begitu Paerengan tertusuk tombak-tombak pasukannya yang mengarah ke atas. Paerengan akhrinya tewas oleh tombak dari pasukannya sendiri. Semua orang menjerit
tak menduga Paerengan akan melakukan hal yang konyol.
“Astaga,
Paerengan gugur,”teriak orang-orang. Keluarga Paerengan menjerit hsiteris tak menyangka anaknya akan melakukan hal bodoh itu. Jenasah Paerengan diupacarakan terlebih dahulu
dan dikuburkan di tempat yang berbeda dengan Lebonna. Keluarga Paerengan sangat ketakutan karena setiap malam
arwah Paerengan sering mendatangi rumahnya , entah apa yang dia inginkan. Mendengar kabar arwah Paerengan sering mendatangi rumahnya, Dodeng lalu mendatangi keluarga Paerengan. Dodeng lalu menceritakan semua kejadian yang pernah dia alami dekat kuburan Lebonna.
“Mungkin
arwah Paerengan juga sama dengan arwah Lebonna ingin dipersatukan kembali,”tukas Dodeng. Keluarga Paerengan terdiam . Mereka kemudian memindahkan jasad Paerengan ke liang batu temapat Lebonna berada. Ternyata arwah Paerengan tak pernah datang
kembali dan suara rintihan di kuburan Lebonnapun
tak terdengar kembali. Mereka sudah bersatu dalam
cinta sejati mereka. Janji mereka sudah tuntas. Mereka telah sehidup semati. Itulah janji mereka. Cinta
dua hati yang tak terpisahkan.