3 Rindu Tak Tersampaikan

Sabtu, 31 Oktober 2020

 

Gambar dari sini

Kadang rindu itu menyakitkan

Saat rindu sudah dalam dada tapi rindu itu tak kunjung datang

Terselip rasa yang terhangat dalam hati

Seperti sobekan yang melukai naluri

Hanya ada tangisan dalam hati

 

Malam yang berpadu dengan sunyi

Hanya doa yang aku panjatkan untukmu

Agar hidupmu bahagia

Terlepas dari  keraguan dari hati

Tapi apalah dayaku akan perasaan ini

 

Aku titipkan rindu ini pada angin

Sampaikan dalam angan yang panjang

Bersama raga ini kerinduan tak berujung

Entah sampai kapan rindu ini hilang

Aku tak pernah tahu..... sampai rindu datang

Cirebon, 1 November 2020

0 Cinta Dua Hati

Jumat, 23 Oktober 2020

 

 
Sumber gambar dari sini

Sore itu Lebonna berdiri di dekat jendela, dibukanya tirai jendela. Rumah panngung kayu milik papanya sangat strategis. Dari jendelanya Lebonna bisa melihat pemandangan sawah-sawah yang menghijau. Sekali-kali dirinya tersenyum simpul. Ah, dia tampan sekali,pikir Lebonna.

            “Hai, kau sedang melamun kah?” tanya indo (ibu) yang tiba-tiba saja sudah berada dalam kamar Lebonna.

            “Ah, siapa yang melamun Indo,”tukas Lebonna tersipu malu. Indo melihat wajah Lebonna bersemu merah. Ah, anaknya sedang jatuh cinta rupanya. Indo tak mau mengganggu anaknya, makanya segera ia keluar dari kamar anaknya , Tapi sekali lagi dia menatap pada anaknya. Ah, anaknya kini sudah dewasa, sudah waktunya untuk mencari pasangan hidupnya. Sementara itu Lebonna kembali melamun sambil menopang dagunya dengan kedua belah tangannya. Masih teringat tadi siang saat adu ketangkasan di lapangan dekat balai desa Bua kayu, Kecamatan Bonggakaradang Toraja. Saat pemuda itu bersitatap dengan dirinya. Tiba-tiba saja dadanya langsung berdebar begitu cepat. Dan langsung kepalanya ditundukan , rasa malu begitu mencuat dalam hatinya. Saat itu Niang sahabatnya menyenggolnya.

            “Sepertinya Paerengan naksir kamu Leb,”tukas Niang.

            “Ah, masa,”tukas Lebonna. Niang menyenggol sikut Lebonna. Saat Lebonna mendongak kembali, matanya bersitatap dengan Paerengan.

            “Tuh kan, apa kataku,”cerocos Niang. Lebonna sibuk dengan jantungnya yang semakin cepat berdenyut. Ah, mengapa diriku, pikir Lebonna. Ada rasa suka yang mendalam pada pria itu yang sama sekali belum dikenalnya. Yang ia tahu, pria itu memang tangkas berperang dan adu ketangkasan. Namanya Massudilalong Paerengan. Saat pertandingan selesai, Paerenganlah yang memenangkan adu ketangkasan lagi. Belum ada yang bisa mengalahkannya. Tiba-tiba saja Paerengan sudah ada di hadapan Lebonna.

            “Paerengan,” sambil mengulurkan tangannya. Lebonna tergagap dan menatap sekilas. Saat Niang menyenggolnya, baru Lebonna mengulurkan tangannya juga.

            “Lebonna,”lirih suaranya.

            “Boleh aku bertemu denganmu lagi?” Lebonna hanya sanggup mengangguk saja. Baru kali ini dirinya ngobrol dengan seorang pria . Biasanya dia hanya berteman dengan teman perempuan saja. Begitu gugup dan ada perasaan malu di hatinya, terasa panas pipinya. Saat Paerengan berlalu dari hadapannya, Niang menyenggolnya.

            “Ih, lihat dirimu. Pipimu begitu merah,” goda Niang. Lebonna berbalik dan segera pulang ke rumahnya.

            “Hai, tunggu kenapa kamu tinggalkan aku,”teriak Niang.

            “Lebonna, cepetan ke surau, sudah magrib,”teriak Indo. Lebonna menyudahi lamunannya. Ah, masih saja terbayang-bayang pria itu dalam pikirannya yang tak mau hilang begitu saja.

 

            Ternyata Lebonna semakin sering bertemu dengan Paerengan. Setiap bertemu dengannya , Lebonan selalu gugup tak seperti kalau dia bertemu dengan pria lainnya. Dia begitu spesial di hati Lebonna. Jalan beriringan di desa Bua Kayu, membuat hari-harinya begitu ceria. Cinta yang bersemi dari kedua hati yang sedang dimabuk cinta membuat rasa hati ingin selalu memiliki.

            “Untuk kekasih hatiku,”tukas Paerengan memberikan bunga liar yang tumbuh di ladang . Lebonna menerima pemberian Paerengan. Dihirup aroma , ada sedikit aroma yang tercium dari bunganya.

            “Maukah kau menikah denganku,”tanya Paerengan tiba-tiba saja. Lebonna menatap tajam padanya. Baru kenal, Paerengan sudah berani melamarnya. Lebonna juag belum mengenalkan Paerengan pada keluarga besarnya. Apa kata indo  dan  ambe(ayah) , apa mereka akan menyetujui pilihanya? Lebonna belum bisa berpsekulasi. Belum dia  tanyakan sendiri pada orangtuanya. Apalagi  kaka muanaenya (kakak laki-laki) belum menikah.

            “Lamar saja aku pada orangtuaku,”tukas Lebonna.

            “Betul? Aku boleh datang pada orangtuamu?”tanyanya. Lebonna mengangguk. Tampak Paerengan sumringah, dirinya berharap lamarannya akan diterima oleh orangtua Lebonna.

 

            Kabar Lebonn akan dilamar Paerengan  begitu cepat tersebar hampir semua penduduk desa Bua Kayu mendengarnya. Ada beberapa yang turut senang dengan berita itu tapi ada juga yang tak suka. Banyak perempuan yang iri terhadap Lebonna yang bisa memikat hati Paerengan yang disukainya juga. Begitu juga pria yang naksir dengan Lebonna merasa dirinya hilang kesempatan untuk melamar Lebonna. Termasuk seorang pria yang bernama Pamusureng yang naksir berat pada Lebonna.Kadang rasa iri itu begitu kentara terlihat di beberapa perempuan di sekitar Lebona. Tapi ada yang bisa memendamnya seperti Pamusureng.

            “Aku salah apa ya, terhadap mereka?”tanya Lebonna suatu hari pada Niang. Dia sering mendapat tatapan gak suka dari beberapa teman perempuannya.

            “Sudahlah jangan kau pikirkan Lebonna, mereka hanya iri saja padamu,”tukas Niang. Tapi Lebonna merasa tak enak hati. Dia tak bermaksud menyakiti perasaan hati mereka. Tapi Paerenganlah yang telah memilih dirinya untuk dijadikan istrinya. Keluarga Lebonna mulai mempersiapkan diri untuk keadatangan keluarga Paerengan untuk datang melamar. Banyak bisik-bisik tetangga yang kadang menggelitik hati Lebonna. Perasaan bahagianya menjadi sedikit tercemar dengan bisik-bisik yang dia dengar dari tetangganya.

            “Sudahlah jangan kau pikirkan omongan mereka, pikirkanlah kalau kau sebentar lagi akan dilamar pemuda idaman kamu,”tukas indo .

            “Iya, indo, tapi aku jadi gak enak sama mereka dan ada kata-kata yang begitu membuat hatiku sakit,”tukas Lebonna. Indo menasehati Lebonna agar tak selalu mendengar bisik-bisik tetangga , karena semua omongan itu belum tentu benar adanya.

            “Yang penting apa yang kita lakukan benar adanya,”tukas indo sambil menepuk bahu Lebonna dan membawanya ke dalam pelukannya. Lebonna merasa nyaman berada dalam pelukan indonya.  Sementara waktu keluarga Lebonna tengah bersiap-siap menerima kedatangan keluarga Paerengan, terdengar kalau ada sedikit pertentangan dengan desa tetangga. Suasana desa semakin memanas dari hari ke hari. Hampir setiap sore di setiap sudut desa membicarakan tentang kemelut yang terjadi antara desa Bua Kayu dengan desa tetangganya. Pembicaraan itu mengurangi pembicaaraan tentang lamaran pada Lebonna. Lebonna merasa beruntung, bisik-bisik tetangganya menjadi berkurang karena diganti dengan topik yang lainnya. Ternyata keadaan semakin gawat. Pertengkaran begitu menghebat, yang membuat desa tetangga akan menyerang desa Bua kayu. Agar desa tak diserang maka desa Bua Kayu mempersiapkan pasukan untuk menyerang balik desa tetangga. Paerengan termasuk salah satu yang disuruh ikut dalam penyerangan ke desa tetangga. Mau tak mau Paerengan harus ikut untuk mempertahankan kedaulatan desa Bua kayu. Lamaran akhirnya harus ditunda sampai Paerengan kembali dari medan peperangan. Ada banyak perasaan yang bergejolak dalam diri Lebonna.

            “Jangan pergi,”tukas Lebonna. Paerengan memegang kedua lengan Lebonna . Rasanya ingin dia tak ikut serta tapi ini sudah menjadi tanggung jawabnya juga sebagai warga desa yang baik.

            “Aku harus pergi, kalau tidak bisa-bisa desa kita hancur diserang desa tetangga. Aku janji setelah perang berakhir aku akan datang melamarmu,”tukas Paerengan .Dipeluknya Lebonna dalam pelukannya. Ingin sekali dia tak melepaskan pelukannya lagi. Ingin selalu berdekatan dengan kekasih hatinya. Apa daya tugas  mulia yang harus dia emban menyebabkan Paerengan harus meninggalkan Lebonna. Paerengan menatap Lebonna dan meyakinkan kalau dia akan selamat dan datang kembali padanya.

            “Doakan aku selalu agar aku selamat.” Paerengan mencari bola mata Lebonna  yang tampak begitu cemas. Mereka berdua berjanji akan selalu sehidup semati. Lebonn akan menunggu Paerengan kembali.

            “Aku akan selalu mendoakanmu Paerengan. Cepatlah kembali padaku,”tukas Lebonna melepaskan kepergian Paerengan. Lebonna menatap punggung Paerengan dengan perasaan yang begitu berkecamuk. Sedih ditinggalkan pergi walau hanya sementara waktu.

            “Selamat jalan kekasihku, semoga kau datang kembali dengan selamat,’lirih suara Lebonna. Lebonna meyakini dirinya akan janji sehidup semati yang dilontarkan Paerengan.

 

            Betapa hari-hari menunggu Paerengan begitu membuat sisi hati Lebonna seperti beriak-riak. Ada banyak rindu padanya,  hanya angin yang bisa menyampaikan rasa rindu padanya.

            “Paerengan pasti kembali,”tukas Niang menghibur temannya. Lebonna hanya mengangguk .

            “Dia memang tangguh dan aku yakin dia akan kembali padaku,”tukas Lebonna. Niang menepuk pundak sahabatnya. Hanya kepada angin Lebonna menyampaikan rasa rindunya. Setiap sore di depan jendela kamarnya, selalu ucapan rindu untuk Paerengan dia ucapkan .  Sampai suatu hari Pamusureng keluar dari barisan pasukannya. Diam-diam dia mendatangi Lebonna yang selama ini dia cintai. Pamusureng memberitahu kalau Paerengan sudah gugur dalam pertempuran pada Lebonna.

            “Gak mungkin. Itu gak mungkin. Paerengan pria tangguh tak mungkin dia gugur,”tukas Lebonna panik.

            “Masa aku akan berbohong padamu. Paerengan benar-benar sudah gugur ,”tegas Pamusureng sambil menatap Lebonna. Dia melihat kesedihan yang mendalam pada Lebonna. Pamusureng berjanji dia akan sering datang untuk menjenguk Lebonna guna mengambil hatinya. Dia ingin agar Lebonna bisa menjadi miliknya. Pamusureng tahu apa yang dia lakukan adalah kejam tapi sisi hatinya yang lain menginginkan agar Lebonna menjadi miliknya bukan Paerengan. Pamusureng sudah dari dulu mencintai Lebonna tapi belum berani mengutarakan isi hatinya. Lebonna benar-benar terpuruk, rasa sedihnya melebihi batas kekuatannya. Hanya bisa menangisi dirinya yang malang ditinggal kekasihnya. Semua orang turut menghibur Lebonna tapi Lebonna tetap mengurung diri karena kehilangan belahan jiwanya.

            “Lebonna, makan dulu. Sejak kemarin kau belum makan,”tegur indo menghampiri putrinya. Lebonna tampak kusut. Matanya sembab dan kuyu. Hanya duduk menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Lebonna menggelengkan kepalanya.

            “Indo suapkan makanannya ya. Nanti kamu sakit,”tukas Indo mulai membujuk Lebonna tapi Lebonna tetap pada pendiriannya . Dia tetap meratapi kekasihnya yang pergi. Beberapa kali Pamusureng datang untuk menjenguk Lebonna dan mencoba menghiburnya tapi Lebonna tak peranh mencoba berbicara padanya, hanya tatapan mata yang kosong.

            “Ayolah Lebonna, dia sudah gugur. Mengapa kau tangisi dia. Aku sangat menyukaimu. Aku bisa melindungimu,”tukas Pamusureng perlahan. Dia merasakan kesedihan juga melihat Lebonna yang tampak murung. Tubuhnya semakin mengurus karena tak mau makan. Pamusureng memegang pundak Lebonna, ingin dia peluk gadis yang begitu ia cintai, tapi Lebonna menepisnya. Pamusureng mundur beberapa langkah, ada rasa perih di hatinya. Cintanya ditolak mentah-mentah oleh Lebonna. Ah, apa memang cintanya tak pernah berbalas sejak dulu? Sungguh dirinya  merasa kecewa  kalau tahu Lebonna begitu mencintai Paerengan. Pamusureng pulang dengan harapan kosong. Dia tahu dia tak punya harapan lagi. Lebonna terlalu mencintai Paerengan.

 

            Beberapa tabib dipanggil indo untuk bisa mengobati sakit Lebonna tapi ternyata hasilnya semua nihil. Orangtuanya sudah mulai putus asa. Lebonna tetap tak bergeming,dirinya hanya mengunci diri di kamarnya. Tubuhnya semakin kurus. Matanya cekung. Rambutnya acak-acakan tak terusur. Dan Lebonna mulai sering berhalusinasi bertemu dengan Paerengan.

            “Indo, dia datang-dia datang. Tolong sambut dia indo,”teriak Lebonna. Indo tersenyum getir melihat anak gadisnya sakit seperti itu. Dirangkulnya erat-erat Lebonna.

            “Indo, mengapa indo di sini saja, cepat sambut Paerengan , dia ada di depan pintu untuk melamarku. Dia sudah janji padaku,”lirih suara Lebonna. Indo bukannya menjawab hanya suara tangisnya yang terdengar memilukan. Niang menatap sahabatnya dengan perasaan sedih. Tak ada satupun yang bisa menolong Lebonna. Hanya dirinya sendiri. Jiwa Lebonna sudah hancur lebur bersamaan dengan berita kematian Paerengan.

            “Aku harus mati.” Janji sehidup semati yang diucapkan Paerengan begitu terdengar di telinganya. Lebonna melenguh perlahan, tubuhnya sudah sangat lemah. Tak makan dan minum membuat tubuhnya mulai tergolek lemas di tempat tidurnya. Matanya hanya bisa mengatup sedikit karena cekung matanya.

            “Aku harus mati.” Dengan perlahan karena tubuh lemahnya, Lebonna mengambil tali dan berjalan ke belakang rumahnya. Saat itu rumahnya dalam keadaan sepi. Lebonna bunuh diri dengan menggantungakn lehernya di belakang rumah. Saat orangtuanya datang, indo tak menemukan Lebonna dalam kamarnya.

            “Dia ada di sini,”teriak ambenya .Indo terbelalak kaget melihat tubuh Lebonna yang lunglai tergantung dengan tali. Indo menangis , meratapi kepergian Lebonna. Berita meninggalnya Lebonna membuat banyak orang terkejut begitu juag dengan Pamusureng. Dia merasa bersalah . Kalau saja dia tak memberitakan kabar bohong , gak mungkin Lebonna akan bunuh diri. Dia tak menyangka Lebonna nekat melakukan hal itu. Jasad Lebonna diupacarakan terlebih dahulu sesuai adat di tanah Toraja. Lebonna dikuburkan di Liang Batu (batu besar yang dilubangi untuk memasukkan jenasah) Tapi ada hal yang aneh saat jenasah Lebonna sudah dimasukkan ke liang batu dan liang batu ditutup dengan rapat tapi ada rambut Lebonna yang terurai melewati pintu liang  Menurut orang-orang desa itu pertanda Lebonna belum ikhlas masuk ke batu liang karena ada janji yang belum ia tepati atau buktikan semasa hidupnya.

 

            Sepeninggal Lebonna , keluarga Lebonna masih diliputi kesedihan, tapi beriringan waktu mereka sudah bisa mengikhlaskan kepergian Lebonna. Mungkin cintanya pada Paerengan begitu kuat dan ingin bertemu di alam yang lain. Tapi tak terlalu lama keluarga Lebonna dikagetkan kalau Paerengan sudah datang kembali ke desa dengan kemenangan . Paerengan dielu-elukan banyak orang. Indo merasa ada yang aneh. Pamusureng mengatakan kalau Paerengan sudah gugur nyatanya Paerengan masih segar bugar. Indo begitu marah. Indo  mendatangi rumah Pamusureng untuk menanyakan mengapa dia mengatakan kalau Paerengan telah gugur. Tapi mendengar berita kalau Paerengan datang dengan kemenangan, Pamusureng tahu dia bakal dicaci maki telah memberitahukan kabar bohong. Sebelum indo mendatangi rumahnya, Pamusureng sudah pergi jauh dari desanya. Dia tak mau diamuk masa karena kebohongannya.

            “Apa.Lebonna sudah meninggal.”tukas Paerengan lemas. Paerengan kaget saat mendengar cerita dari orangtua Lebonna. Dirinya tak pernah gugur, dia malah berusaha agar menang agar bisa cepat melamar Lebonna. Paerengan begitu marah, ingin dia datangi rumah Pamusureng untuk melabraknya.

            “Dia sudah pergi,”tukas  ambe. Paerengan hanya bisa terduduk lemas.

            Aku sangat mencintainya,”lirih suara Paerengan tertelan angin . Begitu sedihnya Paerengan meratapi kepergian Lebonna. Setiap hari hanya rindu yang dia sampaikan lewat angin yang berhembus . Ingin dia memeluk Lebonna kembali dalam pelukannya. Matanya , tubuhnya , senyumnya begitu terpatri di hati Paerengan. Dirinya tak bisa melepas bayang-bayang Lebonna dalam hidupnya. Dia ingat akan janji untuk selalu sehidup semati dengan Lebonna Lebonna sudah meninggal tapi dirinya masih hidup. Ingin dirinya mengakhiri hidupnya agar dia bisa  bersatu kembali dengan  Lebonna. Setiap hari meratapi kepergian Lebonna membuat tubuh Paerengan mengurus drastis.

 

Sementara itu Dodeng  sahabat Paerengan hendak mengambil tuak (sari enau ) dari pohon induk enau yang letaknya berdekatan dengan kuburan Lebonna. Dodeng terpaksa mengambil enau sendiri karena orang yang biasa dia suruh sedang keluar kampung. Dodeng naik ke pohon enau dan mengambil tuak yang sudah ditampung di sebuah timbo ( tempat penadah sari pohon enau yang berbentuk bulat panjang dan terbuat dari potongan ruas bambu) . Kemudian menggantikan dengan timbo yang lain. Tiba-tiba saat Dodeng sedang memotong tangkai enau untuk mengeluarkan sarinya, dia mendengar suara rintihan wanita yang tak jauh dari tempatnya dia berada di atas pohon. Rintihan kesediahn atau disebut dengan Londe itu terdengar semakin keras dan begitu menyedihkan. Suaranya yang menyayat hati membuat Dodeng berhenti bekerja. Dia mendengar suara rintihannya.

Dodeng mangrambi ma dedek

Dodeng ma pa tuang tuak

Rampanan pi pededekmu

Anna pi te kamaliku

Ammu perangina mati

Ammu tandi talinga na

Parampoanna kadangku

Pepasan mase-maseku

Lako to masudilalong

Muane sangkalama ku

Muku duka

Lasang mateki eh so e

Paerengan oh rendengku

Angku dolo angku mate

Tae sia laamte na la sisarak sungana

Ulli ulli soal duka borro sito doan duka

Oh rendengku

 

Dodeng mendengarkan ratapan sedih dari suara wanita. Dia turun dari pohon dan mendekati suara rintihannya itu. Ternyata dari kuburan Lebonna. Pesan yang menyatakan kesedihan Lebonna karena merasa dibohongi oleh Paerengan karena dia masih hidup sedangkan dia sudah mati. Padahal Paerengan pernah berjanji hidup semati dengannya. Dodeng begitu ketakutan, dia pulang tanpa memberitahukan Paerengan. Esoknya dia kembali untuk mengambil tuaknya dan dia mendengar kembali rintihan yang datang dari kuburan Lebonna. Akhirnya Dodeng mendatangi Paerengan untuk menceritakan kalau kuburan Lebonna mengelurakan suara rintihan yang dia duga itu  suara Lebonna.

            Percayalah padaku. Kalau kau tak percaya ,ikutlah aku, “tukas Dodeng pada Paerengan. Akhirnya Paerengan bersedia ikut dengan Dodeng untuk membuktikan kalau omongan Dodeng tidak bohong. Benar saja saat Dodeng mulai naik ke atas pohon enaunya, terdengar suara rintihan wanita dari kuburan Lebonna. Paerengan begitu sedih mendengar suara rintihan Lebonna, perempuan yang sangat dia cintai., bukan dia ingkar janji tapi ada yang telah membohongi mereka sehingga ada kesalahpahaman antara mereka berdua. Paerengan merasa bersalah walau kesalahannya tak seratus persen berada di pundaknya tapi dia sudah berjanji akan sehidup semati dengan Lebonna. Makanya dia akan menepati janjinya pada Lebonna.

            Lebonna, aku akan menepati janjiku padamu. Tidurlah dengan tenang. Kita akan bertemu lagi. Aku mencintaimu,”tukas Paerengan di kuburan Lebonna. Dia berjanji pada dirinya , dia akan menepati janjinya pada Lebonna. Paerengan  memanggil semua pasukannya untuk berkumpul di lapangan. Disuruhnya mereka membawa tombak karena akan diadakan acara merok /upacara rambu tuka yaitu upacara mentahbiskan rumah adat Toraja, Tongkonan dengan menombak kerbau. Kerbau itu akan ditombak di lapangan terbuka, sesuai keinginan Paerengan. Semua masarakat berkumpul di lapangan terbuka. Masing-masing membawa kerbau untuk diserahkan dalam upacara nanti. Paerengan menyuruh pasukannya mengarahkan tombaknya ke atas. Paerengan kemudian naik ke atas pendopo. Masarakat mengira Paerengan akan berpidato sebentar baru pasukan akan menombak kerbau yang sudaah ada di lapangan. Pasukan yang sudah mengarahkan tombaknya ke atas  bersiap-siap menunggu komando dari Paerengan. Paerengan sudah berada di atas pendopo.

            Tunggu aku Lebonna. Aku akan menepati janjiku padamu. Aku selalu mencintai dirimu. ,”lirih suaranya. Semua orang menatap Paerengan dengan perasaan heran. Tapi tak menyangka, tiba-tiba saja Paerengan menjatuhkan diri ke bawah dan dengan begitu Paerengan tertusuk tombak-tombak pasukannya yang mengarah ke atas. Paerengan akhrinya tewas oleh tombak dari pasukannya sendiri.  Semua orang menjerit tak menduga Paerengan akan melakukan hal yang konyol.

            “Astaga, Paerengan gugur,”teriak orang-orang. Keluarga Paerengan menjerit hsiteris tak menyangka anaknya akan melakukan hal bodoh itu. Jenasah Paerengan diupacarakan terlebih dahulu dan dikuburkan di tempat yang berbeda dengan Lebonna. Keluarga Paerengan sangat ketakutan karena setiap malam arwah Paerengan sering mendatangi rumahnya , entah apa yang dia inginkan. Mendengar kabar arwah Paerengan sering mendatangi rumahnya, Dodeng lalu mendatangi keluarga Paerengan. Dodeng lalu menceritakan semua kejadian yang pernah dia alami dekat kuburan Lebonna.

            Mungkin arwah Paerengan juga sama dengan arwah Lebonna ingin dipersatukan kembali,”tukas Dodeng. Keluarga Paerengan terdiam . Mereka kemudian memindahkan jasad Paerengan ke liang batu temapat Lebonna berada. Ternyata arwah Paerengan tak pernah datang kembali dan suara rintihan di kuburan Lebonnapun tak terdengar kembali. Mereka sudah bersatu dalam cinta sejati mereka. Janji mereka sudah tuntas. Mereka telah sehidup semati. Itulah janji mereka. Cinta dua hati yang tak terpisahkan.