16 Menggapai Kebahagiaan Di Usiamu Yang Sudah Dewasa

Sabtu, 26 Maret 2016



Gambar dari sini

Memanjatkan pinta pada Ilahi
Agar anakku selalu kau mudahkan dalam jalannya
Bimbinglah dalam kehidupannya kini
Biarlah tanganMu yang selalu menyertai hidupnya
Selalu dalam langkah kaki-kakinya di hidupnya

Sungguh di usianya yang semakin dewasa
Menyisakan kenangan yang lama tersimpan dalam hati mama
Saat kau masih dalam pelukan mama
Selalu dalam perhatian mama
Sampai debaran jantungmu, kehangatanmu sangat terasa

Kini di usiamu yang semakin dewasa
Saat umurmu bertambah, saat kau meranum dalam usiamu
Hanya lantunan doa untukmu
Antara rinai tangis agar kau selalu bahagia
Selalu ingat akan Allah junjunganmu...

Gapailah mimpimu
Junjunglah samapi ke langit tujuh
Sampai apa yang kau impikan tercapai
Hanya doa yang akan mengiringmu melangkah
Melayang dengan tawamu ...

Selamat ulang tahun ....
Sajian malam-malam hanya keheningan
Mengingat masa kecilmu , terlukiskan dalam bingkai
Semoga panjang umur dan bahagia
Kepak sayapmu sampai tinggi tuk capai kebahagiaan

Cirebon, 27 Maret 2016
Selamat ulang tahun Anakku, Adit

10 Teman Baru, Ariel

Jumat, 11 Maret 2016




Gambar dari sini 
 
        Sita pulang sekolah dengan wajah cemberut. Sita kesal karena Dina selalu bisa mengalahkannya dalam hal penampilan. Hampir setiap hari Dina selalu memamerkan asesoris barunya , mulai dari kalung, gelang, jepit bahkan tempat ponselnya juga selalu berganti. Sita iri pada Dina. Sita tak melihat di depannya ada batu besar karena dirinya masih kesal pada Dina.
            “Bruk. Aduh!!!!” teriak Sita. Sita terjerembab ke tanah yang penuh lumpur. Rasanya sakit semua. Sita berusaha berdiri tapi sangat sulit .
            “Ah, kamu jatuh ya. Kenapa kamu suka nyium lumpur sih,”tukas anak yang berusaha membantu Sita. Sita kesal dengan omongan anak itu. Berhubung dia butuh pertolongan makanya dia diam saja .  Anak itu memapahnya ke tepi trotoar.
            “Sakit???” Anak itu berusaha membersihkan lumpur yang menempel di baju Sita. Tiba-tiba Sita menepis tangannya. Anak itu terkejut dan menatap heran pada Sita.
            “Aku bisa sendiri.” Sita berusaha untuk berjalan tapi hampir saja jatuh kalau anak itu tak memegangnya erat.
            “Sini aku bantu, rumahmu dimana? Terpaksa Sita menyebutkan alamat rumahnya yang tak jauh dari sini.  Anak itu memapah Sita sampai rumahnya. Ibu Sita tampak terkejut melihat Sita dipapah. Cepat ibu Sita memapah Sita masuk ke adalam rumah.
            “Terimakasih ya. Kamu siapa?”
            “Aku, Ariel bu. Permisi , aku pamit dulu.” Ariel berbalik dan mengedipkan matanya pada Sita. Sungguh Sita kesal sekali. Maunya apa anak ini!!!!!.


            Sita berkali-kali merengek sama ayahnya untuk membelikan asesoris seperti milik Dina, tapi kali ini ayah menolaknya. Menurut ayah asesoris Sita sudah terlalu banyak dan banyak yang tidak dipakai lagi. Daripada membeli yang baru lebih baik yang tak pernah dipakai,dipakai saja. Tapi Sita tak mau kalah saingan dengan Dina. Malu, apa kata teman-temannya kalau  dia tak punya seperti Dina.
            “Yah, ayok dong, belikan. Masa aku kalah dengan Dina .” Hampir setiap hari Sita merengek pada ayahnya. Ayahnya sedikit menyesal. Hampir setiap permintaan Sita selalu dikabulkan. Sita anak semata wayangnya. Tapi ayahnya mulai melihat gelagat sifat jelek anaknya. Semua permintaannya harus dituruti kalau tidak Sita akan ngambek.
            “Pokoknya kali ini tidak. Kamu harus belajar kalau tidak semua pemintaanmu harus dituruti,”tegas ayahnya. Sita sangat marah. Sita benar-benar malu. Apa kata teman-temanku kalau aku tak memiliki asesoris terbaru seperti Dina. Pasti mereka akan mengejekku .


Benar saja. Esoknya teman-teman Sita mulai mengejeknya, karena Sita tak bisa menunjukan asesoris barunya yang sama dengan milik Dina.
            “Payah kamu Sita, katanya kamu juga punya. Mana buktinya.”
            “Pasti Sita hanya bohong saja.”
            “Jadi Sita kalah keren dong dengan Dina.” Dina tersenyum penuh kemenangan. Sita tampak kesal dan menatap marah pada teman-temannya.
            “Lihat saja nanti.” Sita berlari menjauh dari teman-temanya. Sita tahu kali ini dia bakal dijauhi dengan kelompoknya Dina karena tak punya asesoris yang sama dengan mereka. Pulang sekolah Sita berjalan kaki dengan perasaan masih kesal. Tiba-tiba Sita melihat Ariel sedang mengais sampah. Sita jijik melihatnya.
            “Ngapain kamu di sini?” Akhirnya Sita mendekati Ariel karena penasaran. Ariel nyengir . Wajahnya tampak kotor oleh sampah.
            “Emang kamu gak lihat, kalau aku lagi ambil sampah yang masih bisa dijual.” Ariel menepuk-nepuk tangannya. Sita mundur takut kena debu kotor . Ariel duduk di tepi jalan dan disusul oleh Sita. Entah mengapa kali ini Sita sangat penasaran dengan Ariel. Ariel bercerita kalau dia membantu orangtuanya memulung sampah. Untuk menambah uang jajannya. ibunya buruh cuci dan ayahnya kuli angkut di pasar.
            “Emang kamu gak sekolah?”  Ariel menatap Sita dengan cengiran lucunya.
            “Sekolah. Ini baru pulang langsung ambil sampah.” Ariel mengajak Sita ke belakang gang dekat sana. Sita mengikuti kemana Ariel pergi. Di punggungnya terdapat karung yang sudah sarat dengan sampah.  Ariel menuju tempat dimana dia menjual hasil mulungnya ke tempat pengumpul sampah.
            “Lima ribu rupiah.” Orang itu menyodorkan uang pada Ariel. Sita tertegun,. Uang jajannya bisa sampai limapuluh ribu sehari. Untuk biaya sekolah Ariel harus memulung sampah satu karung yang dihargai hanya lima ribu rupiah. Sita tercekat. Alangkah malang nasib Ariel. Dirinya yang sudah berkecukupan masih selalu merengek pada ayahnya. Bahkan kalau tak dipenuhi seringkali ngambek.
            “Kenapa diam saja?” Sita hanya tersenyum. Sita hari ini mendapat banyak pelajaran dari Ariel. Sita ingin berubah . Sita gak mau boros-boros lagi. Untuk mendapatkan uang ternyata susah. Buktinya Ariel.


            Kini Sita mulai berteman dengan Ariel. Sita tidak  peduli Ariel hanya pemulunsg sampah. Sita lebih bersyukur akan hidupnya. Sita kagum dengan Ariel. Saat Sita hendak memberikan uang pada Ariel, dia tak mau.
            “Jangan, Sita. Aku diajarkan ayahku untuk tidak mengemis. Tapi harus bekerja.”  Ah, Sita akhirnya menyadari kalau dulu dia banyak melakukan kesalahan. Sita ingin berubah menjadi anak yang selalu bersyukur. Sita berterimakasih dengan Ariel, karena dirinyalah Sita bisa berubah. Sita kini lebih banyak teman tanpa pilih-pilih dengan siapa akan berteman. Sita lebih disayang oleh teman-temannya  karena kebaikan hatinya. Sungguh Sita lebih berbahagia sekarang.




8 Suatu Hari Di Kafe Hijau

Jumat, 04 Maret 2016




 Gambar dari sini

          Aku masih  menikmati secangkir kopi latte saat aku bersitatap dengan bola mata yang sungguh cantik. Pendar-pendarnya seperti kerlip bintang. Mau tak mau aku menatapnya lebih lama, senyumnya merekah. Aku mengangguk dan membalas senyumnya. Selalu duduk di kafe ini untuk melepas lelah sepulang kantor. Sambil menikmati hijaunya kafe dan lagu-lagu yang membuat hati tenang. Tak sadar aku kembali bersitatap dengan perempuan itu yang masih setia di sana. Ah, tiba-tiba saja dadaku berdesir dan aku sampaikan senyum termanisku untuknya. Tiba-tiba .....
            “Hai, boleh aku duduk di sini?” Aku melihat pendar-pendar matanya begitu indah. Aku lama terpesona dengan matanya.  Kulit tubuhnya sedikt pucat tapi tak mengurangi kecantikannya.
            “Boleh, silahkan. Bowo,”tukasku.
            “Cantik.”  Ah, matanya.
            “Cantik, namamu?” Dia mengangguk dan duduk di hadapanku.  Bercerita tentang hal-hal yang sederhana membuat waktu terus merambat naik. Semakin malam. Aku melihat jam tanganku menunjuk pukul setengah sebelas.
            “Pulang? Sudah malam?” Cantik mengangguk.
            “Aku antar pulang, rumahmu dimana?” Dia menggelengkan kepala. Tampak pucat wajahnya. Tiba-tiba aku merasakan hawa dingin menerpa wajahku. Bulu kudukku teras mulai ikut berdiri. Dan tubuhku merinding. Aku melirik sudah tak ada pengunjung di kafe dan tak ada satupun pegawai di sana. Aku berlari ke pintu kafe. Alhamdulilah, masih buka. Cantik berjalan  ke arah kiri kafe dan menghilang di ujung jalan. Ah, kemana Cantik pergi.  Kafe ini sudah gelap, yang aku tahu kafe ini tutup jam 10. Tapi mengapa aku masih di kafe ini tanpa disuruh pulang oleh pegawai kafe????  Kapan mereka pulang??? Kafe sudah gelap. Ada perasaan aneh yang menyeruak di hatiku. Kembali ada desiran angin dingin yang membuat aku takut. Bergegas aku menjauh dari kafe.


            Kedua kalinya aku bertemu kembali dengan Cantik. Ngobrol , tertawa bersama sampai aku merasakan kembali perasaan seperti kemarin. Lampu kafe yang sudah eglap tanpa pegawai saat aku hendak pulang . Desiran angin dingin . Tampak semakin pucat wajah Cantik. Aku merasa melihat mayat hidup.
            “Kamu gak apa-apa? Sakit?” tanyaku cemas. Dia tertawa keras. Kali inipun dia tak mau aku antar. Tenyata pertemuan demi pertemuan membuat aku semakin dekat dengannya. Pesonanya  menbuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Ah, hatiku berbunga penantian panjangku berbuah hasil. Sudah kutemukan tambatan hati.  Jatuh cinta membuat aku tak memperhatikan semua keganjilan yang ada pada diri Cantik. Semua terasa indah. ...


            Sampai suatu saat Cantik menceritakan kisah masa lalunya padaku. Sungguh menyakitkan mendengarnya. Cantik harus kehilangan kekasihnya karena kekasihnya berpaling dari dirinya . Sungguh bodoh pria itu mencampakan Cantik demi wanita lain.Sungguh bodoh pria itu....
            “Kekasihmu sudah menikah ?” Cantik menggelengkan kepalnya.
            “Dia tak tahu kebenarannya. Dia tak tahu. Dia ditipu oleh kekasih barunya.” Tetes- air matanya turun, aku tak sanggup melihatnya menangis. Aku peluk dirinya. Tiba-tiba aku merasakn angin berdesir kembali dan tubuh Cantik demikian dingin.
            “Kamu kedingingan?” Aku peluk lagi lebih erat. Tapi Cantik  tetap dingin.  Cantik melepaskan pelukannya dan berbalik pergi. Tanpa sadar aku mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba saja aku merinding saat Cantik masuk ke areal pemakaman umum.  Dadaku berdebar kencang sampai aku melihat Cantik menghilang . Aku berlari dan mencari-cari Cantik. Saat itu aku melihat nisan bertuliskan Cantik Permata Sari. Aku terdiam , gemetar, takut . Dia sudah mati??? Jadi selama ini aku bicara dengan orang mati???? Selama ini aku jatuh cinta dengan orang mati???? Aku berlari sekencang mungkin ke luar dari pemakaman itu.
            Setelah aku renungkan , banyak keganjilan yang aku lihat dan baru sekarang aku merasakan. Setelah banyak pertemuan dengan Cantik. Banyak kejadian yang tak masuk akal, tapi aku selalu menangkisnya karena aku terlanjur jatuh cinta padanya. Sampai malam itu aku kembali ke kafe itu untuk menikmati kopi latte lagi.Sendiri lagi.
            “Malam.” Cantik duduk di hadapanku dengan wajah menunduk.
            “Maafkan aku.” Cantik mulai bercerita kalau dia dibunuh oleh kekasih baru pacarnya. Pacarnya tak tahu kalau kekasih barunya itu seorang pembunuh. Cantik menceritakan semuanya. Air matanya terus mengalir. Cantik ingin aku menyampaikan pesannya untuk kekasihnya. Aku tercekat. Sungguh aku sudah jatuh cinta dengan perempuan yang masih mencintai kekasihnya. Ada rasa sakit yang menyayat hatiku, seperti teriris pisau. Sakit. Ada rasa kehilangan yang begitu kuat dalam hatiku. Cinta yang mulai tumbuh harus hilang dalam waktu sekejap. Rasa kehilangan yang tak bisa terbayangkan .
            “Tolonglah aku, aku tak mau dia hidup dengan kebohongan .” Pendar matanya itu menatapku memohon. Aku mengangguk. Cantik memelukku erat.
            “Terimakasih.” Wajahnya tampak sekali makin pucat dan Cantik segera pamit padaku. Aku memandang punggungnya dengan rasa kehilangan . Selalu..... dan selalu aku harus kehilangan orang-orang yang aku cintai. Beginikah nasibku??? Menyedihkan....