Teman Baru, Ariel

Jumat, 11 Maret 2016




Gambar dari sini 
 
        Sita pulang sekolah dengan wajah cemberut. Sita kesal karena Dina selalu bisa mengalahkannya dalam hal penampilan. Hampir setiap hari Dina selalu memamerkan asesoris barunya , mulai dari kalung, gelang, jepit bahkan tempat ponselnya juga selalu berganti. Sita iri pada Dina. Sita tak melihat di depannya ada batu besar karena dirinya masih kesal pada Dina.
            “Bruk. Aduh!!!!” teriak Sita. Sita terjerembab ke tanah yang penuh lumpur. Rasanya sakit semua. Sita berusaha berdiri tapi sangat sulit .
            “Ah, kamu jatuh ya. Kenapa kamu suka nyium lumpur sih,”tukas anak yang berusaha membantu Sita. Sita kesal dengan omongan anak itu. Berhubung dia butuh pertolongan makanya dia diam saja .  Anak itu memapahnya ke tepi trotoar.
            “Sakit???” Anak itu berusaha membersihkan lumpur yang menempel di baju Sita. Tiba-tiba Sita menepis tangannya. Anak itu terkejut dan menatap heran pada Sita.
            “Aku bisa sendiri.” Sita berusaha untuk berjalan tapi hampir saja jatuh kalau anak itu tak memegangnya erat.
            “Sini aku bantu, rumahmu dimana? Terpaksa Sita menyebutkan alamat rumahnya yang tak jauh dari sini.  Anak itu memapah Sita sampai rumahnya. Ibu Sita tampak terkejut melihat Sita dipapah. Cepat ibu Sita memapah Sita masuk ke adalam rumah.
            “Terimakasih ya. Kamu siapa?”
            “Aku, Ariel bu. Permisi , aku pamit dulu.” Ariel berbalik dan mengedipkan matanya pada Sita. Sungguh Sita kesal sekali. Maunya apa anak ini!!!!!.


            Sita berkali-kali merengek sama ayahnya untuk membelikan asesoris seperti milik Dina, tapi kali ini ayah menolaknya. Menurut ayah asesoris Sita sudah terlalu banyak dan banyak yang tidak dipakai lagi. Daripada membeli yang baru lebih baik yang tak pernah dipakai,dipakai saja. Tapi Sita tak mau kalah saingan dengan Dina. Malu, apa kata teman-temannya kalau  dia tak punya seperti Dina.
            “Yah, ayok dong, belikan. Masa aku kalah dengan Dina .” Hampir setiap hari Sita merengek pada ayahnya. Ayahnya sedikit menyesal. Hampir setiap permintaan Sita selalu dikabulkan. Sita anak semata wayangnya. Tapi ayahnya mulai melihat gelagat sifat jelek anaknya. Semua permintaannya harus dituruti kalau tidak Sita akan ngambek.
            “Pokoknya kali ini tidak. Kamu harus belajar kalau tidak semua pemintaanmu harus dituruti,”tegas ayahnya. Sita sangat marah. Sita benar-benar malu. Apa kata teman-temanku kalau aku tak memiliki asesoris terbaru seperti Dina. Pasti mereka akan mengejekku .


Benar saja. Esoknya teman-teman Sita mulai mengejeknya, karena Sita tak bisa menunjukan asesoris barunya yang sama dengan milik Dina.
            “Payah kamu Sita, katanya kamu juga punya. Mana buktinya.”
            “Pasti Sita hanya bohong saja.”
            “Jadi Sita kalah keren dong dengan Dina.” Dina tersenyum penuh kemenangan. Sita tampak kesal dan menatap marah pada teman-temannya.
            “Lihat saja nanti.” Sita berlari menjauh dari teman-temanya. Sita tahu kali ini dia bakal dijauhi dengan kelompoknya Dina karena tak punya asesoris yang sama dengan mereka. Pulang sekolah Sita berjalan kaki dengan perasaan masih kesal. Tiba-tiba Sita melihat Ariel sedang mengais sampah. Sita jijik melihatnya.
            “Ngapain kamu di sini?” Akhirnya Sita mendekati Ariel karena penasaran. Ariel nyengir . Wajahnya tampak kotor oleh sampah.
            “Emang kamu gak lihat, kalau aku lagi ambil sampah yang masih bisa dijual.” Ariel menepuk-nepuk tangannya. Sita mundur takut kena debu kotor . Ariel duduk di tepi jalan dan disusul oleh Sita. Entah mengapa kali ini Sita sangat penasaran dengan Ariel. Ariel bercerita kalau dia membantu orangtuanya memulung sampah. Untuk menambah uang jajannya. ibunya buruh cuci dan ayahnya kuli angkut di pasar.
            “Emang kamu gak sekolah?”  Ariel menatap Sita dengan cengiran lucunya.
            “Sekolah. Ini baru pulang langsung ambil sampah.” Ariel mengajak Sita ke belakang gang dekat sana. Sita mengikuti kemana Ariel pergi. Di punggungnya terdapat karung yang sudah sarat dengan sampah.  Ariel menuju tempat dimana dia menjual hasil mulungnya ke tempat pengumpul sampah.
            “Lima ribu rupiah.” Orang itu menyodorkan uang pada Ariel. Sita tertegun,. Uang jajannya bisa sampai limapuluh ribu sehari. Untuk biaya sekolah Ariel harus memulung sampah satu karung yang dihargai hanya lima ribu rupiah. Sita tercekat. Alangkah malang nasib Ariel. Dirinya yang sudah berkecukupan masih selalu merengek pada ayahnya. Bahkan kalau tak dipenuhi seringkali ngambek.
            “Kenapa diam saja?” Sita hanya tersenyum. Sita hari ini mendapat banyak pelajaran dari Ariel. Sita ingin berubah . Sita gak mau boros-boros lagi. Untuk mendapatkan uang ternyata susah. Buktinya Ariel.


            Kini Sita mulai berteman dengan Ariel. Sita tidak  peduli Ariel hanya pemulunsg sampah. Sita lebih bersyukur akan hidupnya. Sita kagum dengan Ariel. Saat Sita hendak memberikan uang pada Ariel, dia tak mau.
            “Jangan, Sita. Aku diajarkan ayahku untuk tidak mengemis. Tapi harus bekerja.”  Ah, Sita akhirnya menyadari kalau dulu dia banyak melakukan kesalahan. Sita ingin berubah menjadi anak yang selalu bersyukur. Sita berterimakasih dengan Ariel, karena dirinyalah Sita bisa berubah. Sita kini lebih banyak teman tanpa pilih-pilih dengan siapa akan berteman. Sita lebih disayang oleh teman-temannya  karena kebaikan hatinya. Sungguh Sita lebih berbahagia sekarang.




10 komentar:

Eri Udiyawati Says:
11 Maret 2016 pukul 18.25

kebaikan memang selalu menjadikan semua hal baik :)

Tira Soekardi Says:
12 Maret 2016 pukul 12.42

yup mbak Eri, kebaikan harus menular kepada orang lain

Bunda Saladin Says:
15 Maret 2016 pukul 08.39

Huaa so sweet..itu uang sakunya banyak amat ya..50.000
Mungkin bisa ditunjukin kekayaan sita..atau sekolahnya yang elite

Tira Soekardi Says:
18 Maret 2016 pukul 14.16

makasih masukannya

Jamal Says:
22 Maret 2016 pukul 00.52

Informasin yang sangat bermanfaat, makasih banyak ya? Salam kenal, semoga sukses AMIIIN :)

Tira Soekardi Says:
22 Maret 2016 pukul 13.08

salam kenal kembali kang Jamal

Levina Mandalagiri Says:
23 Maret 2016 pukul 07.30

Gimana ya Mbak cara mendidik anak biar ga manja dan selalu pengen diturutin. Model anak kayak Sita ini juga sebetulnya kan banyak...

Tira Soekardi Says:
26 Maret 2016 pukul 02.31

anak2 itu mengerti loh apa yang kita omongkan, karena kiat suka anggap ah, mereka masih kecil belum ngerti. Aku kalau mau jalan2 ke mall, selalu bilang kita hanya mau jalan2 saja tak beli sesuatu, hanya boleh beli camilan, dn mereka mengerti. Kalau memang kita mau membelikan barang, kiat beri tahu dulu apa ayng boleh dan gak.

Hanz Says:
29 April 2016 pukul 00.42

bagus mbak ceritanay menarik, bagus jika cerita ini diberikan ke anak anak yang lagi belajar !

Tira Soekardi Says:
29 April 2016 pukul 13.17

makasih mas Hanz

Posting Komentar