0 Cinta Lupa Ingatan

Senin, 30 September 2019

Gambar dari sini

Pagi itu Noni kembali ke sekolah setelah hampir tiga bulan dia tak masuk sekolah karena kecelakaan. Noni tampak agak diam di kelas , tapi teman-teman yang lain tak memusingkannya karena mereka pikir Noni masih lemah setelah harus dirawat lama di rumah sakit. Noni sendiri lebih banyak diam, sebetulnya Noni selalu berpikir dan berusaha mengingat kembali memori-memori yang ada di sekolahnya. Memang Noni divonis mengalami amnesia tapi menurut dokter amnesianya hanya sementara saja, bisa kembali normal asal orang di sekitarnya selalu mengingatkan  apa-apa saja tentang memorinya dulu. Kadang Noni merasakan sakit kepalanya setelah berusaha mengingat tentang dirinya. Mamanya bilang agar Noni tak terlalu memaksakan diri, perlahan saja, pasti nanti Noni dapat mengingatnya kembali.
            “Non, kamu duduknya bukan di situ. Nih, sama gue,”tegur Siska. Noni menatap Siska bingung dan dia menurut saja mengikuti Siska duduk di sisinya. Noni tahu Siska adalah sahabatnya. Siska sendiri berjanji pada dirinya akan  membantu Noni untuk mengingat kembali dan melindunginya.
            “Eh Noni, dah sehat. Kelas gak ramai gak ada elu, sepi kaya kuburan,” cericit Bima sambil duduk dekat Noni, dipandangnya Noni.
            “Masih lemas ya Non, kok diam saja,” Bima masih memandang Noni tapi sebentar kemudian Bima hanya mengangkat bahu dan menepuk pundak Noni yang masih diam saja. Siska memandang sahabatnya dengan pandangan sedih, dia benar-benar harus membantunya mengingat semuanya.

            Sudah hampir sebulan Noni kembali ke sekolah dan teman-temannya sudah mulai heran karena Noni yang sekarang berbeda dengan Noni yang dahulu. Benturan keras di kepalanya setelah kecelakaan motor itu membuatnya lupa akan dirinya sendiri. Dulu Noni paling suka usil di kelas dan bikin onar. Pokoknya setiap hari Noni selalu membuat suasana di kelas selalu hingar bingar.Walau Noni cewek tapi kelakuannya sudah seperti cowok saja, memang sedikit tomboy dengan tingkah yang urakan. Sudah sering Noni ditegur  karena sikapnya yang urakan.Semua sekolah sudah mengenalnya sebagai murid yang suka seenaknya sendiri.  Kini Noni tampak lebih pendiam, celetukan –celetukannya hilang dari dirinya. Teman-temannya terutama gengnya merasa kehilangan Noni yang ceria .
            “:Halo sayang, ke kantin yuk,”ajak Rangga. Cowok jago main biola di SMA Prapanca ini. Sudah lama dia  naskir Noni, tapi Noni selalu menghindarinya, entah mengapa Noni lebih suka bermain dengan gengnya daripada harus pacaran. Menurutnya pacaran itu bikin ribet. Entah mengapa setelah berkali-kali ditolak, Rangga kembali mendekati Noni, Siska mulai berusaha melindungi Noni agar Rangga tak berbuat jahat padanya. Noni menatap Rangga yang mengajaknya ke kantin sambil berusaha mengingat tapi Rangga keburu menarik tangan Noni . Siska mengikutinya dari belakang.
            “Kenapa elu ngikutin sih, gue kan ngajak Noni saja, pergi noh,”usir Rangga, tapi Siska tak bergeming, dia akan tetap menjaga Noni. Noni bingung melihat kedua temannya berseteru.
“Gue juga harus ikut,”tegas Siska Akhirnya mereka bertiga makan di kantin, sekali-kali Noni terlihat tersenyum pada Rangga yang begitu memperhatikannya. Rasanya baru kali ini dia mendapat perhatian dari cowok, seingatnya  belum pernah dia mengalaminya. Ada sedikit rasa senang di hatinya dan tatapan lembut Rangga , itu membuat hatinya berdesir dan entah perasaannya semakin berdebar saat tubuh Rangga mendekat padanya. Siska berulang kali melotot pada Rangga yang selalu curi-curi kesempatan untuk berdekatan  dengan Noni. Noni kali ini banyak tersenyum, dia merasakan perasaan yang berbeda terhadap cowok satu ini, mengapa dulu dia tak mengenalnya? Kenapa baru sekarang ya, coba dari dulu mungkin dia sudah jadi pacarnya ,” pikir Noni diam-diam tersenyum, saat berjalan pulang bersama Siska.
            “Kenapa senyum-senyum sendiri Non? Naksir sama Rangga,” tegur Siska mengamati wajah Noni yang terlihat lebih sumringah sejak Rangga mulai mendekatinya.
            “Sis, kenapa dulu gue kok gak kenal dengan Rangga ya. Ternyata dia cowok yang baik dan gue suka tuh dengan perhatiannya,” tukas Noni . Siska diam sesaat, memikirkan apa sebaiknya dia menceritakan saja kalau dulu Noni itu paling benci dengan Rangga, setiap Rangga mendekatinya pasti Noni sudah mengajaknya bertengkar. Memang dari dulu Rangga sudah menyukai Noni tapi Noni selalu bersikap kasar padanya karena  Noni gak mau terlibat dengan yang namanya pacaran! Siska menatap bingung pada Noni.
            “Kenapa sih elu apa ada yang elu tutup-tutupin ke gue?” tanya Noni yang  menatap Siska dengan pandangan curiga, Siska menggeleng cepat dan berusaha mengalihkan perhatian Noni. 

            Kedeketan Ranggan dan Noni sudah menjadi rahasia umum, banyak siswa yang terheran-heran dengan perkembangan ini.
            “Hah, gak salah gue lihat Rangga sama Noni kayak pacaran saja,” tukas Bimo. Noni menjadi bahan pembicaraan di kelas karena kedekatannya dengan Rangga dan itu membuat Noni bingung.
            “Non, emang elu suka sama Rangga, setahu gue  elu dulu benci banget sama  yang namanya Rangga?” tanya Bimo tanpa tedeng aling-aling yang membuat Noni terkejut. Siska menarik tangan Bimo dan menjitak kepalanya.
            “Diam tahu, mana ingat Noni, kan dia amnesia ,”tukas Siska. Bimo mengangguk-angguk tanda mengerti. Bimo  menggaruk-garuk rambutnya.
            “Duh, gue keduluan dong sama si Rangga, padahal gue juga suka sama Noni, dari dulu tapi dia kan hanya anggap gue teman saja,”keluh Bimo Noni akhirnya menanyakan hal ini pada Siska, Siska sedikit bingung untuk menjelaskannya pada Noni. Siska gak mau kebahagiaan Noni yang terpancar dari wajahnya akan surut setelah tahu kalau dulunya dia sangat membenci Rangga. Siska coba mengalihkan pehatian Noni ke hal yang lain walau terlihat Noni sedikit curiga padanya.
            “Tapi elu lagi gak ngebohongin gue kan?” tanya Noni, dengan cepat Siska menggelengkan kepalanya, entahlah mudah-mudahan saja tidak terjadi apa-apa.

            Pulang sekolah Siska kehilangan jejak Noni, sejak bel berbunyi Noni kelihatan buru-buru keluar seperti tak mau menunggu Siska padahal Siska dipanggil bu Asih ke kantor guru. Dipandangnya anak-anak masih banyak yang bergerombol di sekolah, Siska mencari Noni  di lorong-lorong kelas yang mulai tampak sepi. Tampak Nina berlari-lari menuju dirinya.
            “Cepetan Siska, Rangga berkelahi tuh sama Bimo di taman depan sekolah,” teriaknya sambil menarik lengan Siska . Keduanya berlari dan melihat Bimo sedang berkelahi dengan Rangga dan tampak Noni yang kebingungan.
            “Sudah-sudah jangan berkelahi,” teriak pak satpam yang Siska bawa dari sekolah untuk membantu  merelai mereka berdua.. Tampak bibir Rangga berdarah dan muka Bimo lebam.
            “Pak, jangan dibawa ke sekolah ya,” Siska merajuk pada pak satpam, akhirnya pak satpam setuju asalkan mereka tak terlibat lagi pertengkaran. Siska melihat keduanya masih bertatapan tajam satu sama lainnya.
            “Bubar semuanya,”teriak Siska pada teman-teman yang sedari tadi hanya sibuk menonton bukan melerai mereka berdua. Siska mengajak Noni pulang . Noni diam-diam menangis, apa yang terjadi hari ini membuatnya bingung, benar apa yang dikatakan Bimo kalau dulu dia benci sekali dengan Rangga. Siska merangkul pundak Noni dan berusaha menenangkan hati sahabatnya.
            “Elu harus jujur sama gue , Sis. Apa benar gue dulu benci sekali dengan Rangga. Itu kata Bimo tadi,” perlahan Noni bicara. Siska menghela nafas, sudah waktunya Noni harus diberitahu walau sebetulnya Siska tidak tega. Noni sudah begitu suka dengan Rangga. Akhirnya Siska menceritakan hal yang sebenarnya pada Noni.
            “Begitulah yang sebenarnya Non. Dan gue juga baru tahu kalau Bimo juga suka sama elu kemarin saat dia menanyakan kedekatan elu dengan Rangga,”tukas Siska perlahan. Noni tiba-tiba menangis dan Siska merangkulnya dalam pelukannya. Siska berharap Noni baik-baik saja.

            Sudah hampir seminggu semenjak kejadian pertengkaran antara Rangga dan Bimo , Noni terlihat semakin diam saja. Beberapa kali Rangga mendekatinya tapi Noni selalu menghindar , begitu juga dengan Bimo. Noni merasa dibohongi oleh Rangga. Siska hanya bisa menemani Noni dan berusaha menghiburnya .
            “Non, kalau elu memang suka dengan Rangga, suka saja, jangan penah berpikir elu dulu pernah benci padanya. Tidak ada yang melarang elu untuk suka sama dia kan?” Siska menatap Noni dengan pandangan sedih. Terlihat air mata  mulai turun di pipi Noni, entah mengapa semenjak kecelakaan perasaan Noni lebih peka. Siska tahu perasaan sayang Noni pada Rangga tapi Noni masih kaget akan kenyataannya dulu dia pernah benci dengan Rangga.
            “Memang perlu waktu Non, tapi saran gue, cinta elu ya harus diperjuangkan kalau emang elu sayang sama Rangga,” Siska merangkul sahabatnya, Noni menangis dalam pelukan Siska.

            Saat cinta mulai tubuh di hati Noni, tepat saat itu juga harus terjabik dengan kenyataan kalau dulu dia sangat membenci Rangga. Perasaannya sulit dia ungkapan ada rasa sakit di hatinya. Noni berusaha mengingat tentang rnasa dulu saat dia membenci Rangga tapi seberapa kuat dia beruasaha ternyata sia-sia belaka. Kepalanya terasa sakit . mengapa dia bisa melupakan ketika dia membenci Rangga, mengapa dulu dia membencinya? Banyak pertanyaaan yang membuat kepala Noni tak berhenti berpikir sampai Noni terjatuh  saat olahraga. Teman-temannya membawa ke ruang UKS. Noni tampak pucat.
            “Non, sudah sadar ?”tanya Siska saat dia melihat kelopak mata Noni terbuka perlahan.
            “Aku dimana?”  Siska menyuruh Noni untuk tetap berbaring. Tiba-tiba pintu terbuka dan tampak Rangga di depan pintu menatap Noni cemas. Ragu-ragu Rangga mendekati Noni, Siska menggeser tubuhnya menyuruh Rangga untuk mendekat. Noni terdiam lama hanya perasaannya semakin kalut, tapi hatinya tidak  bisa bohong kalau saat-saat dia berdekatan dengan Rangga , saat-saat yang bisa membuatnya merasa nyaman. Tapi apakah Rangga mendekatinya hanya karena dia lupa ingatan dan ingin membalas Noni atas perlakuannya terhadap Rangga? Atau memang dia tulus mencintainya. Pelupuk matanya tak bisa lagi menahan air matanya , sedikit isak tertahan ingin dia sembunyikan . Tetapi saat Noni memalingkan wajahnya tetap saja Rangga bisa mendengar isakan kecilnya.
            “Dari dulu gue suka sama elu, walau dulu elu benci banget sama gue. Tapi elu harus percaya , gue sekarang mendekati elu bukan karena gue memanfaatkan amnesia elu. Bukan, tapi memang gue masih sayang sama elu,” perlahan suara Rangga mengisi rongga telinga Noni, tapi Noni belum berani memalingkan wajahnya, wajahnya penuh dengan air mata. Ada sisi hatinya ingin untuk membalikan tubuhnya , ingin dia ucapkan kalau dia juga sayang dengan Rangga tapi Noni  ingin sekali tahu kenapa dulu dia membenci Rangga. Rangga mulai menceritakan kalau Noni dulu cewek tomboy yang suka bikin onar dan  bagi Noni dulu tak pernah terpkir untuk pacaran. Jadi pada saat Rangga tertarik sama Noni, Noni  tak pernah menggubrisnya malah sering kali mengertaknya untuk tak mendekatinya lagi.
            “Gitu ceritanya. Dulu elu galak banget. Dulu galak saja gue suka apalagi sekarang elu tambah manis saja dan gak galak lagi,” tukas Rangag perlahan sambil sedikit tergelak. Noni membalikan tubuhnya dan melihat Rangga, di matanya tak terlihat sedikitpun kebohongan.Dan Noni percaya . Cepat dihapus air matanya  .
            “Sekarang gue harus jadi Noni yang urakan atau Noni yang alim?” tanya Noni menatap Rangga.
            “Dua-duanya gue suka. Karena gue sayang elu apa adanya.” Rangga memegang tangan Noni dan menariknya ke atas dan menciumnya lembut.  Kehangatan yang dirasakan Noni saat ini memberikan rasa syukur kalau dia pernah amnesia, bayangkan kalau dia tak amnesia , mungkin sepanjang hidupnya dia bakal membenci Rangga. Sungguh lucu sekali. Noni tersenyum , hanya ada satu harapannya, cintanya selalu bertumbuh seiring waktu yang terus berjalan.....

2 Puisi-Puisi Anak Nanggela

Senin, 23 September 2019

Gambar dari sini

Hari yang cerah



Pagi hari yang cerah

Kami bersiap untuk pergi ke Circle of Happiness

Di sini kami mendapat ilmu

Di sini kami bercanda tawa dengan teman



Kami di sini diajarkan untuk percaya diri

Bersikap jujur dan disiplin

Kami di sini gembira dan ceria

Anak-anak semakin berilmu



Terimakasih Circle of Happiness

Adanya komunitas ini kami menjadi

Percaya diri dan disiplin

Tanpa komunitas ini apa jadinya kami



Guruku



Wahai guruku

Engkau telah memberikan banyak

Engkau pula yang telah mengajariku

Sampai pandai



Terimakasih guru

Jika aku dewasa

Akan aku ingat selalu

Guruku tercinta



Aku Ingin Menjadi Pilot



Pesawat terbang membelah angkasa

Mengeluarkan suaar yang terdengar

Hingga ke rumahku



Aku ingin jadi pilot

Yang mengendalikan pesawat terbang

Mengudara bebas di angkasa



Terbang dari satu kota ke kota lain

Dari satu negara ke negara lainnya

Dari satu pulau ke pulau lainnya



Sungguh menyenangkan jadi pilot

Akan ku gapai cita-citaku

Dengan giat belajar setiap hari



Menyambut Pagi



Pagi benahi waktu

Tak ubah jua hembusan angin

Lelah lepas hatiku tak bertepi

Menyusuri ujung setapak ini

Dalam naungan mentari pagi

Dalam himbauan kicauan pagi

Kau tak melihatkah sang surya hadir dalam dirimu



Saat malam tentukan mentarinya

Bunga yang sepi di sini menari-nari

Menari bersama sang waktu



Sedalam angin selebat hujan

Suara sepi di pucuk kolam

Melihat pandangan di jendela malam

Di sisi dunia yang kini semangati si pendiam

Pengkhayal cerita yang bahagia di hadapan tetangganya

Bagaikan pagar yang batasi semua kebahagiaan



Bukan luka temani sepinya

Bukan bunga layu yang hanya akan ke tanah jatuhnya

Tak pakailah setapak ini

Tak hembus pula kabar bising yang selimuti hatinya



Yang bahagia di pesta tetangga

Kini aku pakai juga kegundahannya

Dunia tak lagi melihatnya

Bahkan pilunya

0 Coretan Kaki

Senin, 16 September 2019


Gambar dari sini


Sungguh ramai pengunjung di galeri lukis milik pak Sastro. Aku memandang sekeliling dan kulihat Tasya anakku dengan senyumnya sedang menerangkan detail lukisan yang dia lukis dengan kakinya. Kadang aku masih sering menteskan air mataku karena kebanggaanku pada Tasya juga karena kesedihan bahwa di saat-saat bahagia seperti ini Tasya tidak bisa didampingi oleh ayah kandungnya.  Inilah momen spesial buat Tasya, lukisan tunggal yang cukup bergengsi di kota Bandung.  Antusias pengunjung begitu terasa, mereka mengagumi lukisan Tasya yang dilukis dengan kaki, ya karena Tasya tak punya lengan semenjak lahir. Aku duduk di bagian belakang galeri dan mulai kuurut banyak peristiwa yang harus kulalui bersama Tasya, sampai Tasya bisa sukses seperti ini. Banyak air mata yang harus turun , banyak gelisah dan amarah yang mengikuti perjalanan hidupku bersama Tasya. Tak pernah kubayangkan Tasya bisa berdiri di sana.

            Menjelang magrib , aku mulai merasakan perutku mulas dan semakin sering, akhirnya aku dibawa suamiku ke rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku tertidur dan saat kubuka mataku, aku mencari bayiku.
            “Mana bayiku,” aku bertanya pada ibuku. Ibuku tampak sekali ragu, aku mulai berdegup kencang, apakah bayiku meninggal??? , kok ibu tampak murung. Kulihat suamiku juga tak ada, mungkin dia kelelahan menemaniku melahirkan.
Ibu hanya menganggukan kepalanya. Saat itu perawat membawakan bayiku untuk disusui. Aku melihat wajahnya, manis sekali, sungguh bayi perempuan yang mirip dengan ayahnya.  Kulihat ibu menitikan air matanya, aku sendiri masih heran, bayiku sungguh manis.  Waktu aku membuka bedongnya aku ternganga saat kulihat bayiku tak mempunyai  lengan , dua-duanya.

            Belum sembuh aku dari kesedihan melihat takdir yang kudapat dari Allah, mas Priyo meninggalkanku begitu saja.  Aku tak mengerti , mungkin dia malu anaknya cacat.  Tapi dengan keikhlasanku aku mendidik Tasya untuk mandiri dan mendorong agar dia percaya diri dan membimbingnya untuk tahan mental terhadap ejekan banyak orang.
            “Mama, lihat lukisanku,” Tasya kecil memperlihatkan lukisannya yang dia buat dengan kakinya, karena segala hal yang harus dikerjakan dengan tangan dia kerjakan dengan kaki. Aku takjub dengan luksiannya. Aku sering kirim lukisan-lukisannya dan Tasya juga sering kuikutkan lomba. Sampai ada pemilik galeri pak Sastro yang mau mendanai pameran tunggal Tasya.
            “ Mama lihat Tasya dapat piala dan uang,” Tasya selalu gembira saat dia selalu menang dalam lomba menggambar. Aku bersyukur Tasya sudah mendapatkan rasa percaya dirinya, dia tak minder dan bisa membuktikan pada semua orang kalau dia mampu walau cacat. Tapi kadang aku melihat kemurungan di wajah Tasya.
            “Tasya kangen papa, mama,” selalu dia mengatakan itu padaku, aku hanya dapat menghiburnya kalau suatu saat papanya akan datang untuknya.

            Kini kebahagiaanku lengkap sudah , keikhlasanku menerima takdir kalau Tasya cacat telah membuahkan kebahagiaan luar biasa. Aku bangga dengan Tasya, gadis cacat yang  punya talenta luar biasa.
            “Mama,” kudengar suara Tasya. Aku memeluknya erat.