0 Waktu Yang Sia-Sia

Sabtu, 24 April 2021

 


Gambar dari sini

 

Terbelenggu dengan waktu saat dihabiskan

Untuk yang sia-sia

Mengumpulkan sisa-sisa waktu kadang tak ada gunanya

Saat semua telah hilang dari jalan hidup

 

Kecupan waktu akan membangunkan diri

Untuk menghargai waktu

Ilusi-ilusi waktu yang bersliweran membaurkan

Hal-hal yang memang samar

 

Kini ramadahn tiba

Tersisa waktu yang sedikit

Mengejar yang samar sampai nyata

Dalam bayang-bayang laku kita

 

Waktu akan bergulir terus

Sampai kapan akan menyiakan waktu

Sampai hilang hidup kita

Ditelan bumi yang maraup jiwa-jiwa kerdil ini

 

Terkekang dengan waktu terus

Bebaskan hati seluas samudra

Menjadi hati yang jernih sejernih telaga

Agar waktu akan memberikan kita sejatinya manfaat

 

Cirebon, 25 April 2021

2 Celengan Ayam

Sabtu, 17 April 2021

 

Gambar drai sini

Pagi itu aku masih sibuk ngubek-ngubek pasar untuk mencari sayuran untuk masak dua hari ke depan.  Sebetulnya aku masih harus mencari daun kemangi tapi dari kios-kios yang sudah kudatangi daun kemanginya sudah habis. Kakiku sudah pegal dan aku beristirahat di sebuah kios yang menjual barang-barang dari tanah liat. Aku terpaku dengan celengan ayam. Model celengan dari tanah liat ini sudah tidak jaman saat ini , sudah tergantikan dengan model dari kaleng dan keramik. Aku memegang celengan ayam itu

            “Beli nok,” sapa penjualnya yang sudah tua, kutatap nenek tua itu. Aku menganggukan kepala, tanpa menawar aku setuju saja harga yang disebutkannya. Aku masih meluruskan kakiku sambil memandang celengan ayam yang kupegang, aku kembali terkenang dengan masa kecilku yang ada hubungannya dengan celengan ayam .

 

            Waktu ibu pulang dari pasar, aku dan Ardy adikku dipanggil . wah , aku sudah senang biasanya ibu kalau pulang dari pasar pasti membawa oleh-oleh.

            “Ini ibu bawakan celengan, untuk Ardy yang kucing dan Sisy yang ayam.” Ibu menyodorkan celengan itu padaku dan Ardy.

            “Mulai saat ini kalian harus rajin menyisihkan uang jajan kalian, kalau sudah terkumpul banyak kalian bisa membeli apa yang kalian inginkan,” saran ibu, “ dan lagi menabung itu baik, agar kalian tidak boros dan bisa menghargai uang.”  Aku memegang celengan ayam. Aku sudah janji pada diriku akan menyisihkan uang jajanku karena aku ingin sekali punya sepatu adidas seperti teman-temanku pakai. Waktu aku minta pada ayah, ayah tak mengabulkan karena memang harga sepatu merk itu mahal dan ayah tak sanggup untuk membelikanku.

 

            Setiap hari aku masukkan uang logam di celengan ayam dan aku taruh di atas lemari bajuku. Setiap aku masuk kamar, celengan itu selalu terlihat dan menjadi penyemangatku untuk selalu  rajin memasukan uang ke celengan itu. Hari demi hari aku selalu berdebar-debar menunggu celengan ayamku bisa penuh, setiap kali aku memasukkan uang aku selalu mengoyang-goyangkan celengan keras-keras tapi bunyinya masih keras artinya celenganku belum penuh.

            “Ibu, lama sekali celengannya gak penuh-penuh,” kataku sebal.

            “Nah, itulah untuk mendapatkan sesuatu kamu harus sabar dan berani berkorban.” Ibuku tersenyum padaku. “Banyak pelajaran yang kamu ambil dari kesabaran menanti penuhnya celengan.” Aku masih kecil , mengapa harus selalu disuruh sabar, bukanya sabar itu milik orang dewasa??? Batinku.

 

            Sore itu waktu aku baru bangun tidur siang, aku menyibakan horden kamarku dan kulihat tukang bakso langgananku. Aku menelan ludah karean tadi sisa uang jajan sudah aku masukkan celengan.

            “Mbak Sisy punya uang gak?” tanya Ardy

            “Gak, memangnya buat apa,’ aku menatap tajam pada Ardy, apa sih yang diinginkan oleh Ardy.

            “Aku ingin bakso, tapi aku gak punya uang,” kata Ardy. Tiba-tiba Ardy mengambil celengannya dan membawanya ke kamarku dan kulihat Ardy mulai mengambil uang di celengan dengan mengorek-ngorek celengannya.

            “Bisa gak?” tanyaku sambil melihat Ardy mengorek-ngorek celengannya dan aku tergoda untuk melakukan hal yang sama. Ah, gak apa-apa kan hanya sekali ini saja, apalagi aku sudah lama tidak  makan bakso mang Amat yang terkenal  enak. Aku meraih celengan di atas lemari, kupandangi sekali lagi celenganku, ah gak apa-apa , hanya sekali ini saja , aku janji. Aku juga mulai mengorek-ngorek celenganku.

            “Kalian lagi apa ya?’ tanya ibu yang tiba-tiba masuk kamarku. Aku dan Ardy terkejut saat ibu masuk dan menemukan aku sedang asik mengorek-ngorek celenganku.

            “Emangnya sudah penuh celengan kalian?” tanya ibu sambil duduk di tempat tidurku.

            “Belum bu, aku ingin sekali beli bakso.” Aku hanya bisa menunduk malu, begitu juga Ardy.

            “Memang untuk mendapatkan sesuatu kita harus sabar dan tahan dengan godaan karena godaan akan banyak datang menghampiri kita,” nasihat ibu. Semenjak saat itu aku tak mau lagi mengorek-ngorek celenganku . Aku harus sabar dan tahan godaan.

 

            Tak terasa sudah hampir setahun aku menabung di celengan ayam dan saat ini celengan ayamku sudah semakin berat dan saat kugoyangkan juga sudah tak ada bunyi lagi, itu menandakan celenganku sudah penuh. Tepat kenaikan kelas aku ingin memecahkan celengan karena kuanggap celengan sudah waktunya untuk dibuka.

            “Bu, aku mau celenganku dibuka , coba lihat sudah penuh kan?” tanyaku penuh harap. Ibu memegang celenganku dan tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Aku bersorak , artinya aku dijinkan untuk memecahkan celengan ayamku. Tanpa menunggu lagi aku memceahlan celengan dan uang logamku berceceran di lantai. Aku dibantu ibu mulai menghitung uang logamnya. Melelahkan juga harus menghitung uang logam yang berceceran di lantai dan saat semua uang logam sudah kuhitung , semuanya terkumpul Rp 75 000,-.

            “Bu, padahal sepatu adidas harganya seratus ribu,’ kataku sedih.

            “Ya, karena Sisy naik kelas , ibu tambahkan uangnya agar kamu bisa beli sepatu yang kamu inginkan.” senyum ibu merekah.  Sore itu aku diantar ayah dan ibu pergi ke toko sepatu yang menjual sepatu idamanku. Setelah tawar menawar dengan pelayan toko , akhirnya aku dapatkan sepatu adidas idamanku sejak lama. Tidak tahu kenapa saat aku pegang sepatu adidasku, ada rasa haru, ada rasa bangga ternyata memang benar kata ibu, apa yang didapatkan dari hasil kesabaran akan berbeda perasaan yang ditimbulkan.

 

            “Nok,”panggil pemilik kios. Aku terkejut , ternyata aku sudah lama melamun dari tadi. Masih terbayang aku memegang celengan ayam waktu itu dan memecahkannya. Dibalik celengan ayam banyak cerita dan banyak kenangan yang tak pernah akan aku lupakan. Sampai saat ini aku selalu pandai mengatur uang dalam rumah tanggaku , itu semua berkat pelajaran yang kudapat dari celengan ayamku. Kutinggalkan kios  itu dengan celengan ayam yang masih tergenggam dalam tanganku

2 Semua Tentang Cinta

Sabtu, 10 April 2021

 

Gambar dari sini

Cinta seperti rangkaian kata

Yang terusun rapih

Penyuluh rasa yang terperikan dalam kalbu

Selalu memberikan bunga kehangatan yang tak padam

 

Menyisir ruang-ruang hati

Dalam kalbu yang terdalam

Cinta itu tumbuh

Dan bersama cinta akan memberikan bungkus kebahagiaan

 

Tapi kadang cinta itu suka menyakitkan

Kalau duri sudah menusuk sampai dalam

Memberikan perih yang kadang sulit disembuhkan

Dan membuat luka di bawa mati

 

Kalau demikian cinta akan terhempas jatuh

Dan seringkali menjadi duri

Dan waktu akan menjawab

Cinta akan mati atau cinta akan kembali

5 Salah Kamar

Sabtu, 03 April 2021

 

 
gambar dari sini

Dede pagi itu agak malas mengantar anaknya Fahrul ke sekolah taman kanak-kanak. Ini ada hubungannya dengan mamanya Chika yang selalu mendominasi dalam percakapan ibu-ibu yang menunggu di sekolah.  Dan mulutnya akan nyerocos terus menerus tiada henti hanya untuk mengumbar kekayaan yang dimilikinya. Dede tahu bukan hanya dia saja yang gak suka banyak ibu-ibu yang lain juga gak suka dengan mama Chika. Dede mendorong Fahrul cepat masuk ke dalam kelas, dia sendiri beranjak ke belakang sekolah. Duduk di dekat pagar yang tertutupi pohon yang berada di sisi jalan. Ah, mending aku di sini saja, lebih aman dari suara mencicit mama Chika. Tapi yang berpikiran seperti Dede bukan hanya dirinya. Dede melihat beberapa ibu datang menghampiri dirinya.

            “Loh, kok kemari . Gak di depan?” tanya Dede.

            “Emang mama Dede ngapain di sini? Pasti menghindar mama Chika kan?” Dede tak bisa berkelit lagi. Justru dia di sini untuk menghindar dari mama Chika. Dan mulailah gosip pagi  hari ini tentang mama Chika. Beberapa ibu kurang percaya tentang seringnyaberpergian ke luar negeri. Bahkan mereka selain menyangsikannya juga terasa ada rasa iri dari suara-suara ibu-ibu.

            “Sudahlan ibu-ibu, mau mama Chika ke luar negeri kan itu bukan urusan kita,”tegur Dede.

            “Duh, mama Dede aku sih gak iri sama mama Chika, Cuma gak suka saja cara dia bercerita, ada kesan sombong,”cetus mama Friska dengan nada marah. Hampir semua ibu-ibu di sini menganggukan kepala tanda setuju apa yang dikatakan mama Friska. Dede hanya mengangkat bahunya setelah dia disudutkan oleh ibu-ibu.

 

            Sore hari Dede menceritakan tentang mama Chika yang suka berlibur berdua dengan suaminya . Suaminya sedikit  terusik dengan cerita Dede.

            “Emang kamu mau kita bulan madu?” Dede tiba-tiba saja tersentak kaget, tak menyangka suaminya menanyakan tentang keinginan untuk bulan madu.

            “Benar mau ngajak bulan madu?” tanya Dede sangsi. Suaminya mengangguk dan bilang kalau Dede mau minggu ini juga bisa berangkat. Dede hanya melongo. Walaupun suaminya hanya menjanjikan bulan madu di dalam negeri saja tapi tetap membuat Dede sumringah. Apalagi Fahrul akan dititipkan di rumah ibunya. Dan esoknya Dede bisa berceritadan membanggakan pada ibu-ibu lainnya kalau dia juga akan bulan madu sama seperti mama Chika. Semua ibu-ibu memandang Dede dengan pandangan iri. Ada perasaan bangga pada dirinya. Semua ibu-ibu iri padanya....

            “Wah, akhirnya mama Dede bisa bulan madu juga ya? Kapan aku ya?” tanya mama Budi dengan suara yang nyaris tak terdengar. Dede menatap mereka . Ah, suaminya begitu baik pada dirinya.

 

            Dede tak peduli dia mau diajak kemana oleh suaminya. Yang penting bagi dirinya dia bisa berepergian ke luar kota berdua saja dengan suaminya. Bahkan suaminya sudah meminjam mobil kantor untuk berpergian minggu ini. Dede mengembangkan senyuum manis untuk suaminya. Tujuannya adalah Guci tempat wisata di daerah Tegal ini adalah tempat yang asri dengan pemandian air panas. Berhubung aku belum pernah ke sana dan jarang sekali suami mengajak berpergian berdua. Ini sudah cukup membuatku gembira. Setibanya di sana, tampak perbukitan yang melatarbelakangi tempat wisata ini. Pepohonan pinus tampak menjulang.

            “Kita cari penginapan dulu ya. Baru jalan-jalan,”tukas suaminya. Dede memandang hamparan alam yang indah di sisi kiri dan kanannya. Dede menunggu di dekat mobil sementara suaminya mencari penginapan. Pandangan matanya menyelusri alam yang terbentang indah. Suaminya tampak menghampiri dirinya dan memeleuk pinggangnya Dede dan menagjaknya untuk berjalan-jalan. Terasa hangat di hati Dede. Sudah lama dia tak berjalan-jalan berdua dengan suaminya. Kalau dipikir sejak menikah Dede tak penah berjalan berdua lagi. Kini hatinya mendadak gembira . Pikirannya melambung tinggi dan membayangkan malam nanti   dia bisa bercumbu dengan suaminya. Ah, Dede melayang-layang . Seperti layaknya pengantin baru.

 

            Lelah berkeliling –keliling sesiangan tadi membuat tubuh Dede lemah dan membaringkan tubuh lelahnyadi kasur sungguh membuat dirinya nyaman. Dede melihat suaminya keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang langsing  dan sedikt bulu di dadanya membuat hati Dede berdesir. Pandangan matanya lurus menatap tubuh suaminya. Perasaan hangat mulai terasa , saat suaminya mulai menyentuh tubuhnya perlahan. Dede mulai merasakan seluruh tubuhnya bergetar. Dan Dede terhanyut dalam pelukan dan kehangatan . Tapi baru beberapa saat, pintu digedor dari luar.

            “Buka!” teriak seseorang dari luar.  Dede cepat menutup tubuhnya dan suaminya membuka pintu. Dede ternganga. Dede melihat pria yang memakai pakaian satpol PP bersama dengan yang lainnya berada di depan pintu kamarnya.

            “Ada apa ya?”

            “Ini  penggerebekan penginapan ini yang diduga sarang prostitusi,”cetusnya. Dede makin ternganga. Tak menyangkapenginapan yang dipilih suaminya ini tempat prostitusi. Suaminya menunjukkan KTPnyadan KTP Dede. Petugas itu memandang mereka berdua dengan pandangan yang aneh.

            “Maaf. Kami tak tahu kalau anda berdua suami istri.” Mereka berlalu dari hadapan mereka. Dede dan suaminya saling memandang dan tersenyum kecut.

            “Maafkan aku ya. Hanya penginapan ini yang bisa aku pesan,”tukasnya. Dede  tak menyalahkan suaminya, dia sudah cukup bahagia karena suaminya mau berusaha untuk mewujudkan mimpinya untuk bisa bulan madu. Walau bulan madu kali ini gagal total, Dede tetap bahagia. Tiba-tba saja mereka berdua tertawa bersamaan. Saling berangkulan. Kejadian yang tak disangka-sangka datang pada saat mereka  berbulan madu. Tawa mereka bergema di sudut penginapan remang-remang itu.........