6 Dilema

Jumat, 27 Maret 2020


Gambar dari sini

Tertatih tak berdaya saat berada di ujung tanduk
Mengharap terbaik maju tapi di sana tak ada ujungnya
Mundur tapi tetap tak menemui ujung juga
Antara sebuah dilema yang membuat semua seperti permainan
Permainan yang mengjungkir balikan hati

Ingin meredam kekecewaan
Tapi tak semudah itu
Masalah yang menyelimuti sulit sekali untuk lepas
Seperti buntu
Semua ini menoreh luka pastinya

Di sudut yang paling dalam hati
Asa seperti jauh dari jangkauan tangan
Tak bisa meredam rasa kecewa
Terpuruk dengan rasa sakit hati ini
Tapi semua ini harus diputuskan

Aksara terakhir ya hanya bisa ikhlas
Apapun keputusannya agar diterima dengan baik
Tapi tetap mengalungkan kebahagiaan hati
Bukan memberikan keburukan
Hanya doalah yang selalu dipanjatkan

Cirebon, 28 Maret 2020

0 Cinta Selembar Tissu

Jumat, 20 Maret 2020


Gambar dari sini


Mau tahu? Aku hanya tissu yang ada di kamar seorang model terkenal di kota Jakarta. Entah mengapa aku mulai mengagumi model yang semakin kondang di jagad kota Jakarta. Namanya Dian. Saat  Dian membersihkan make up atau membersihkan wajahnya, aku selalu bersentuhan dengan kulitnya. Alangkah lembut kulitnya. Mulus. Tak ada bopeng sedikitpun. Aku sudah menjelajahi wajahnya. Mungkin para pria akan iri padaku yang hampir setiap hari mengelus wajahnya yang putih berseri. Kadang ada perasaan berdesir saat kulit halusnya menempel di tubuhku. Ada perasaan hangat di sekujur tubuhku. Mungkin banyak yang bilang aku bohong. Boleh tak percaya kok.  Rasanya ingin aku berubah menjadi pria yang bisa memeluknya setiap hari. Bercanda dengannya. Bercerita tentang banyak hal dan mengelus wajahnya . Aku jatuh cinta padanya. Ah, harapan yang konyol !

            Pagi itu aku kembali menikmati lembut kulitnya. Perasaan yang menjalar begitu hangat. Tampak pori-pori kulitnya yang aku sapu sehingga bersih. Tapi aku melihat hal yang berbeda dari wajahnya. Tak ada sinar yang tampak dari manik matanya. Ah, ada kantung hitam di bawah matanya. Apa gerangan yang terjadi denganmu sayang. Ingin sekali aku hibur dirinya. Sedang bersedihkah? Atau ada yang dia pikirkan ? Tiba-tiba kau menarik aku dari kotak tissu hampir berlembar-lembar . Dan aku terkejut melihat air matanya yang mengalir deras. Aku harus menghapus air matanya yang terus turun. Tubuhku mulai kaku tapi kau tetap mengusapkan aku di matamu yang indah. Aku ikut merasakan kesedihan yang kau alami... Ah, aku kesakitan saat tubuhku tergesek oleh hidungmu yang mancung Tapi tak mengapa semua ini demi kamu....

            Aku berada di tas  Dian. Dian duduk di sebuah cafe. Dian membuka tasnya dan aku bisa melihat suasana di kafe yang tak begitu ramai. Hanya beberapa pengunjung saja. Dian memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang  sembab. Duh, sakitnya tubuhku saat tangan  Dian mengambilku dan meremas dengan keras. Selama ini dia tak pernah kasar padaku. Kini tubuhku sakit. Dia meremas sekali lagi tubuhku.
            “Sakit mbak,”keluhku. Dian tetap memandang ke arah pintu. Dari arah pintu masuk pria tampan mendekati  Dian. Pria itu duduk di hadapan  Dian. Aku cemburu. Pria itu membuatku sangat cemburu.
            “Aku minta putus,”tukas  Dian dengan suara bergetar. Aku kembali kesakitan . Tubuhku diremas begitu kuat. Tapi tak apalah aku ingin memberikan kekuatan baginya.  Pria itu menggelengkan kepala tanda tak setuju.
            “Kamu sudah mengkhianatiku. Kamu sudah pindah ke lain hati. Lebih baik kita sudahi saja ,:tukasmu . Kembali air matanya menetes perlahan. Aku menghapusnya perlahan. Aku ikut merasakan rasa sakit hatimu. Betapa hatimu telah disakiti pria yang duduk di depanmu. Ingin sekali aku tonjok wajahnya. Dan kau membersihkan hidungmu yang mulai basah. Aku rela kok membersihkannya. Kau mengambil kembali aku dari tasnya . Masih dengan suara bergetar , kamu meyakinkannya untuk pergi. Pria itu diam tak mau beranjak .
            “Kataku  pergilah. Jangan pernah menemuiku lagi,”  Aku melihatmu sudah pada batas yang tak bisa membendung lagi kesedihanmu. Tubuhmu bergetar , tangismu seperti nyanyian sendu. Hatiku ikut teriris mendengarnya. Pria itu berbalik dan menjauh darimu. Aku hanya ingin mendampingimu selalu. Jangan pergi  Dian. Tetaplah bersamaku. Aku akan tetap setia mendampingimu . Selalu. Apapun yang kau mau dariku, aku akan selalu melayanimu. Aku tersenyum  Aku akan selalu bersamamu. Selalu membelai wajahmu, menghapus tangismu dan aku tak akan peranh pergi darimu sedetikpun......
           

9 Masih Ingatkah Rindu

Sabtu, 14 Maret 2020

Gambar dari sini

Di penghujung waktu aku selalu rindu
Rindu bersimpuh lama di sajadah
Rindu bersama
Sepinya malam
Dalam ruang sunyi
Membersamai rindu ini akan hadirMu
Dalam doa-doa panjang

Banyak hal yang kadang rindu itu hilang
Saat masalah datang dan pergi
Merobek sebagian hati
Kini aku rindu kembali padaMu
Bersimpuh memohon
Mudahkan dalam hidup ini
Saat semau terasa sulit bagiku

Doa memang penawar hati ini
Saat lelah ini membuat remuk hati
Kapan semua ini berlalu
Menyiksa tabir hati
Terasa ngilu setiap saat aku merasakannya
Pergilah duka  ini
Aku ingin memecahkan duka ini jadi suka

Cirebon, 15 Maret 2020

0 Negeri Tikus

Sabtu, 07 Maret 2020

Gambar dari sini

Aku memandang penuh kagum rumah Ningsih, semua bisa dibolak-balik oleh kenyataan. Dulu Ningsih sering berhutang padaku, kini setelah mas Toyib suaminya diangkat jadi anggota terhormat DPR, semua menjadi lain. Beberapa rumah yang dimilikinya dan mobil yang berjejer di garasinya yang luas. Aku mengamati rumahnya dan ada sedikit kecemburuan di hatiku. Mas Adang hanya mampu membelikan keluargaku rumah yang benar-benar sederhana rumah tipe 21 yang masih mampu melindungi keluargaku.
            “Hai,” sapa Ningsih , tampak Ningsih memakai gaun yang indah dan sungguh pas dengan tubuhnya yang memang sudah ideal.  Rasanya bajuku yang menurutku cukup bagus tak ada apa-apanya dibanding yang dikenakan Ningsih
            “Wah, Ningsih, enak ya sekarang kamu sudah mampan,” ujarku. Ningsih tersenyum padaku dan mengajakku untuk duduk di teras belakang rumahnya yang menghadap ke kolam renang. Aku berdecak kagum melihat rumahnya yang luar biasa besar, hanya dalam waktu dua tahun mas Toyib menjabat jadi anggota DPR , betapa kekayaannya melonjak begitu pesat.

            Sungguh menyakitkan saat aku pulang dari rumah Ningsih dengan tangan hampa, Ningsih tak memberikan  uang pinjaman pada dirinya dengan alasan yang tak masuk akal, padahal aku membutuhkan untuk biaya pengobatan Nina di rumah sakit. Esok Nina sudah diperbolehkan keluar tapi mas Adang belum mendapatkan uangnya , jadi aku memberanikan diri  untuk meminjam uang pada Ningsih. Aku terduduk lemas di bangku rumah sakit, kemana lagi aku harus mencari pinjaman uang. Aku melihat mas Adang tergopoh-gopoh mendekatiku.
            “Alhamdulilah Na, aku sudah dapat uangnya,” tukasnya. Tak terasa air mataku menetes.  Aku begitu disibukan mengurus Nina yang masih butuh perhatian banyak setelah keluar dari ruamh sakit, aku sudah melupakan Ningsih yang waktu itu membuatku sakit hati saat dia tak mau meminjamkan uangnya,padahal dulu saat dia kesusahan akulah yang selalu menolongnya. Bukannya aku ingin dibalas budinya tapi saat dia berlebih dan aku membutuhkan ,Ningsih tak mau membantunya.
            “Sudah Na, jangan kau pikirkan hal itu, kita dulu menolongnya kan ikhlas , jadi jangan pernah menuntut orang untuk membalas kebaikan kita, sudah nanti Allah yang membalasnya,”tukas mas Adang saat aku mengeluh padanya. Aku hanya mengangguk lemah.

            Aku begitu terkejut saat Ningsih datang padaku dengan air mata yang terus mengalir.
            “Ada apa Ningsih? Tenang dulu, ceritakan pelan-pelan apa yang kamu hadapi sekarang,” tukasku sambil membimbingnya duduk . Ningsih bercerita kalau mas Toyib ditangkap karena kepergok menerima uang suap .
            “Mas Toyib punya istri lagi,” pelan suara Ningsih masuk ke dalam telingaku. Ningsih menelangkupkan kepalanya di antara kedua tangannya dan  kembali menangis.
            “Aku bingung dan takut Na.” Aku peluk Ningsih. Tak terbayangkan  lagi semua dibolak-balik oleh kenyataan Ningsih harus dihantam setelah ada di atas kesuksesannya. Segala sesuatu yang kini dimiliki Ningsih akan hilang dalam sekejap saja.Aku menceritakan pada mas Adang apa yang dialami oleh Ningsih .
            “Nah, Na, kamu bisa lihat kan, belum tentu kehidupan yang kaya bisa membuat hati orang akan bahagia. Makanya bersyukurlah pada hidup kita , walau kita tak kaya, tapi paling tidak hidup kita bahagia.”  Enam bulan kemudian terdengar kalau mas Toyib dihukum selama 10 tahun dan banyak hartanya yang disita negara. Aku mendengar kalau Ningsih kembali lagi  ke rumah orang tuanya.