Gambar dari sini
Andri masih duduk di jembatan. Sudah sedari siang ia berada
di sana. Untuk pulang ke rumah ia malas, karena pasti seisi rumah menanyakan
apakah dia sudah mendapat pekerjaan . Andri sudah melamar ke sana kemari tapi
belum saja dia mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan. Beberapa teman
menawarkan kerja di toko, usaha kecil mereka tapi Andri belum mau karena dia
mau yang lebih dari itu. Sampai akhirnya dia kesulitan mencari pekerjaan dan
kembali ke teman-teman yang menawarkan pekerjaan tapi sayangnya mereka sudah ada
pekerjanya atau ada yang menolaknya karena dia dulu menolak pekerjaan itu.
Seharusnya dia mematuhi nasehat temannya untuk jangan pilih-pilih pekerjaan
apalagi hanya lulusan SMK. Dan kini Andir hanya gigit jari. Dia ingin pulang
takut mengecewakan keluarganya. Banyak orang lalu lalang di jembatan itu.
Kendaraan hilir mudik dan orang-orang lalu lalang di sana. Andri melihat
pengemis di sana duduk dengan kaki yang sepertinya lumpuh karena di sisinya ada
kruk . Sedari tadi dia melihat orang-orang yang lewat di sana memberikan uang
pada pengemis itu. Hari sudah mulai gelap tapi Andri belum mau beranjak dari
sana. Tiba-tiba ia melihat sesuatu yang membuat dirinya diam sejenak. Pengemis
itu mencopot celana kedombrangnya . ternyata dia tidak cacat dia masih bisa
berjalan . Dia melenggang santai sambil membawa tas usangnya yang tentunya
isinya banyak. Andri termenung.
Ibunya mulai mengomel karena Andri belum saja mendapakan pekerjaan.
Apalagi adiknya butuh uang buat bayar SPP yang masih nunggak. Ternyata lahir
dari orang gak punya itu menyedihkan, mau tak mau harus jadi tulang punggung
keluarganya setelah lulus. Andri sudah putus asa dan desaakn ibunya begitu
kuat. Akhirnya Andri memutuskan dia mau seperti pengemis itu. Dia datang
pagi-pagi setelah solat subuh, untuk mempelajari semuanya. Benar saja tak berapa
lama pengemis itu menekuk kakinya dan memasukan ke celana yang gombrang dan
mulai duduk di sana. Aksinya dilakukan saat hari msaih gelap. Andri pulang dan
mulai merancang akan melakukan hal yang sama tapi di kota lain.
“Bu, aku
sudah dapat pekerjaan.”
“Ah,
syukurlah, dimana?” tanya ibunya
“Di pabrik bu tapi ada di Sumedang.”
“Jauh dari
sini, tapi gak apa yang penting kamu dapat kerjaan,”tukas ibunya senang. Ibunya
sampai berhutang ke tetangganya agar bisa digunakan aku saat belum dapat
gajian. Andri terhenyak sejenak. Ah, semoga saja utang itu bisa dikembalikan.
Jadilah Andri pengemis di dekat jembatan. Dia datang setelah
subuh dan pulang setelah mulai gelap. Ternyata hasil yang dia dapat cukup
banyak , malah berlebih. Andri mulai mengumpulkan uangnya sedikit demi sedikit.
Sebagian ia berikan ibunya untuk membantu keuangan keluarganya sebagian buat
dirinya dan ditabung. Dan Andri kini sudah memiliki ponsel yan cukup bagus.
Tenyata sangat mudah mendapatkan uang dengan mengemis.
Saat pulang Andri menjadi bak pahlawan dan menjadi kebangaan
ibunya. Andri tersenyum kecut , semoga ibunya tak tahu dia mendapakan uangnya
dari mana. Hidup terus berlanjut . Sepandai-pandainya tupai meloncat akhirnya
jatuh juga. Hari itu hari apes bagi Andri karena ada razia oleh satpol PP kepada
pengemis dan tuna wisma. Andri belum sempat berlari menyelamatkan diri tapi
dirinya sudah ditangkap. Dan kebongkarlah kebohongannya. Orang-orang yang
melihatnya mulai mencaci maki dan ada yang malah melempari dengan batu . Muka
Andri babak belur. Andri banyak diberitakan di televisi , koran dan nama dia
menjadi viral karena kebohongannya. Kini Andri hanya terduduk lemas di lembaga
sosial.Andri terduduk lemas. Mungkin dia tak akan pernah datang lagi ke
rumahnya. Dia malu untuk pulang.