Suatu Hari Di Kafe Hijau

Jumat, 04 Maret 2016




 Gambar dari sini

          Aku masih  menikmati secangkir kopi latte saat aku bersitatap dengan bola mata yang sungguh cantik. Pendar-pendarnya seperti kerlip bintang. Mau tak mau aku menatapnya lebih lama, senyumnya merekah. Aku mengangguk dan membalas senyumnya. Selalu duduk di kafe ini untuk melepas lelah sepulang kantor. Sambil menikmati hijaunya kafe dan lagu-lagu yang membuat hati tenang. Tak sadar aku kembali bersitatap dengan perempuan itu yang masih setia di sana. Ah, tiba-tiba saja dadaku berdesir dan aku sampaikan senyum termanisku untuknya. Tiba-tiba .....
            “Hai, boleh aku duduk di sini?” Aku melihat pendar-pendar matanya begitu indah. Aku lama terpesona dengan matanya.  Kulit tubuhnya sedikt pucat tapi tak mengurangi kecantikannya.
            “Boleh, silahkan. Bowo,”tukasku.
            “Cantik.”  Ah, matanya.
            “Cantik, namamu?” Dia mengangguk dan duduk di hadapanku.  Bercerita tentang hal-hal yang sederhana membuat waktu terus merambat naik. Semakin malam. Aku melihat jam tanganku menunjuk pukul setengah sebelas.
            “Pulang? Sudah malam?” Cantik mengangguk.
            “Aku antar pulang, rumahmu dimana?” Dia menggelengkan kepala. Tampak pucat wajahnya. Tiba-tiba aku merasakan hawa dingin menerpa wajahku. Bulu kudukku teras mulai ikut berdiri. Dan tubuhku merinding. Aku melirik sudah tak ada pengunjung di kafe dan tak ada satupun pegawai di sana. Aku berlari ke pintu kafe. Alhamdulilah, masih buka. Cantik berjalan  ke arah kiri kafe dan menghilang di ujung jalan. Ah, kemana Cantik pergi.  Kafe ini sudah gelap, yang aku tahu kafe ini tutup jam 10. Tapi mengapa aku masih di kafe ini tanpa disuruh pulang oleh pegawai kafe????  Kapan mereka pulang??? Kafe sudah gelap. Ada perasaan aneh yang menyeruak di hatiku. Kembali ada desiran angin dingin yang membuat aku takut. Bergegas aku menjauh dari kafe.


            Kedua kalinya aku bertemu kembali dengan Cantik. Ngobrol , tertawa bersama sampai aku merasakan kembali perasaan seperti kemarin. Lampu kafe yang sudah eglap tanpa pegawai saat aku hendak pulang . Desiran angin dingin . Tampak semakin pucat wajah Cantik. Aku merasa melihat mayat hidup.
            “Kamu gak apa-apa? Sakit?” tanyaku cemas. Dia tertawa keras. Kali inipun dia tak mau aku antar. Tenyata pertemuan demi pertemuan membuat aku semakin dekat dengannya. Pesonanya  menbuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Ah, hatiku berbunga penantian panjangku berbuah hasil. Sudah kutemukan tambatan hati.  Jatuh cinta membuat aku tak memperhatikan semua keganjilan yang ada pada diri Cantik. Semua terasa indah. ...


            Sampai suatu saat Cantik menceritakan kisah masa lalunya padaku. Sungguh menyakitkan mendengarnya. Cantik harus kehilangan kekasihnya karena kekasihnya berpaling dari dirinya . Sungguh bodoh pria itu mencampakan Cantik demi wanita lain.Sungguh bodoh pria itu....
            “Kekasihmu sudah menikah ?” Cantik menggelengkan kepalnya.
            “Dia tak tahu kebenarannya. Dia tak tahu. Dia ditipu oleh kekasih barunya.” Tetes- air matanya turun, aku tak sanggup melihatnya menangis. Aku peluk dirinya. Tiba-tiba aku merasakn angin berdesir kembali dan tubuh Cantik demikian dingin.
            “Kamu kedingingan?” Aku peluk lagi lebih erat. Tapi Cantik  tetap dingin.  Cantik melepaskan pelukannya dan berbalik pergi. Tanpa sadar aku mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba saja aku merinding saat Cantik masuk ke areal pemakaman umum.  Dadaku berdebar kencang sampai aku melihat Cantik menghilang . Aku berlari dan mencari-cari Cantik. Saat itu aku melihat nisan bertuliskan Cantik Permata Sari. Aku terdiam , gemetar, takut . Dia sudah mati??? Jadi selama ini aku bicara dengan orang mati???? Selama ini aku jatuh cinta dengan orang mati???? Aku berlari sekencang mungkin ke luar dari pemakaman itu.
            Setelah aku renungkan , banyak keganjilan yang aku lihat dan baru sekarang aku merasakan. Setelah banyak pertemuan dengan Cantik. Banyak kejadian yang tak masuk akal, tapi aku selalu menangkisnya karena aku terlanjur jatuh cinta padanya. Sampai malam itu aku kembali ke kafe itu untuk menikmati kopi latte lagi.Sendiri lagi.
            “Malam.” Cantik duduk di hadapanku dengan wajah menunduk.
            “Maafkan aku.” Cantik mulai bercerita kalau dia dibunuh oleh kekasih baru pacarnya. Pacarnya tak tahu kalau kekasih barunya itu seorang pembunuh. Cantik menceritakan semuanya. Air matanya terus mengalir. Cantik ingin aku menyampaikan pesannya untuk kekasihnya. Aku tercekat. Sungguh aku sudah jatuh cinta dengan perempuan yang masih mencintai kekasihnya. Ada rasa sakit yang menyayat hatiku, seperti teriris pisau. Sakit. Ada rasa kehilangan yang begitu kuat dalam hatiku. Cinta yang mulai tumbuh harus hilang dalam waktu sekejap. Rasa kehilangan yang tak bisa terbayangkan .
            “Tolonglah aku, aku tak mau dia hidup dengan kebohongan .” Pendar matanya itu menatapku memohon. Aku mengangguk. Cantik memelukku erat.
            “Terimakasih.” Wajahnya tampak sekali makin pucat dan Cantik segera pamit padaku. Aku memandang punggungnya dengan rasa kehilangan . Selalu..... dan selalu aku harus kehilangan orang-orang yang aku cintai. Beginikah nasibku??? Menyedihkan....




8 komentar:

Santi Dewi Says:
6 Maret 2016 pukul 23.37

huwaa... takut banget ngobrol sama hantu... hehe

Tira Soekardi Says:
7 Maret 2016 pukul 13.45

gak takut kayaknya mbak Santi karena dia merasa ngomong sama orang

Ummi Nadliroh Says:
10 Maret 2016 pukul 08.26

Agak merinding, soalnya bacanya di malam jum'at sambil nonton film horror. :D

Tira Soekardi Says:
10 Maret 2016 pukul 15.15

aduh jadi ikutan serem mbak Ummi

dWi Says:
11 Maret 2016 pukul 07.13

KeCantikkannya benar2 memalingkan Bowo keknya ya mb hehe.....ujug2 uda di depan nisan ajah.

Tira Soekardi Says:
11 Maret 2016 pukul 12.37

he, he, pesan untuk Bowo untuk kekasihnya

Hana Aina Says:
18 Maret 2016 pukul 07.06

Aih, ternyata si cantik itu ...

Terimakasih sudah berpartisipasi :)

Tira Soekardi Says:
18 Maret 2016 pukul 14.14

sama-sama mbak hana

Posting Komentar