Bingkisan Natal Yang Tak Pernah Sampai

Rabu, 09 Desember 2015




            Aku termangu saat aku menyadari Rara tak ada lagi. Bingkisan Natal  ini masih aku pegang . Hatiku berdebar kencang , nafasku memburu . Aku tak pandai untuk menutupi perasaanku. Perasaan kecewa. Mengapa Rara harus pergi????? Aku hanya ingin bersahabat dengannya.
            “Maaf Tora, Rara memutuskan untuk tinggal di neneknya di Belanda,”tukas ibunya.
            “Oh, begitu ya. Aku pulang dulu.” Aku melangkahkan kakiku perlahan dengan sejuta rasa yang membuat hatiku perih. Sangat perih. Berapa tahun kita berteman???? Kau pergi tanpa kata, tanpa pernah mengucapkan selamat tinggal padaku. Apa salahku Ra???? Sampai-sampai kamu melarang ibumu untuk memberikan alamatmu di sana. Aku bingung Ra, salah aku apa???? Tolong jawab sekali saja, agar aku tahu kesalahanku. Agar aku bisa memperbaiki diriku. Pasti akan aku ijinkan kau pergi???? Tapi kini aku hanya menyimpan perih di hati. Luka yang menganga ,berdarah. Engkau pintar menorehkan luka Ra, padahal aku tahu dulu engkau tak begitu Ra. Tapi sekarang mengapa kau begitu padaku??? Apa salahku Ra??? Tak habis-habisnya aku menyesali kepergian Rara. Rara teman kecilku, teman yang selalu ada untukku.

            Aku  selalu ingat Rara. Dia teman kecilku. Teman bermainku. Kalau tak aku yang main ke rumah Rara, pasti Rara yang main ke rumahku. Sampai aku menginjak remaja. Pertemanan berlanjut terjalin . Aku selalu merasa nyaman dengannya. Rara itu apa adanya. Dia selalu jujur padaku.
            “Lihat Ra, bisa gak kamu ngalahin aku nangkap belut,”tukasku sambil menunjuk belut-belut yang banyak di sawah milik pak RT.
            “Bisa, apa susahnya.” Dan setelah hitungan ketiga, aku dan Rara mulai berlomba menangkap belut. Tak peduli tubuh kami kotor semua , hanya tawa yang terdengar di sawah. Berhenti setelah yang empunya marah karena kami merusak sebagian tanaman padinya. Kami berlari dengan sekantung belut di tangan. Kami tertawa bersama. Itu hanya salah satu kenangan aku bersama Rara. Setiap lebaran datang Rara akan datang ke rumahku. Dan saat natal tiba aku yang datang mengunjunginya. Itulah aku dan Rara. Persahabatan kami begitu akrab dan lintas perbedaan yang selalu menyatukan dalam kasih sayang. 
            “Pokoknya kita gak boleh berpisah,”begitu katanya padaku. Aku hanya mengangguk setuju. Ah,  selalu bahagia bersamanya.

            Desember selalu megingatkan aku dengan Rara. Ini sudah Desember ketiga Rara pergi tak pernah kembali. Aku selalu menunggunya datang tiap bulan Desember. Ingin sekali Rara datang untuk merayakan natal bersama keluarganya. Tapi ini sudah tahun ketiga dia tak datang. Aku menyingkap jendela. Aku pandangi jendela kamar Rara pagi ini. Aku ingin Rara ada di sana untuk datang padaku. Ah, Rara mengapa kamu putuskan persahabatan kita, mengapa Ra???? Tiba-tiba aku melihat bayang-bayang Rara di jendela kamarnya. Aku tertegun. Rara???? Aku bergegas turun dan mendatangi rumahnya.
            “Ada apa Tora?” Aku memandang ibunya
            “Rara datang natal ini?” Ibunya menggeleng sedih.
            “Entahlah Tora, ibu juga gak mengerti Rara kenapa. Dia tak pernah mau kembali ke rumah , ”keluhnya. Aku membalikan tubuhku dan kembali dengan bingkisan natal yang tak pernah sampai pada Rara. Bingkisan yang terus aku simpan sampai Rara yang akan menerimanya. Desember bagiku adalah harapan untuk bisa bertemu dengan Rara. Desember bagiku bulan yang selalu aku rindukan seperti aku merindukan Rara akan datang untuk menjadi sahabat kecilku lagi. Aku akan selalu menunggumu Ra. Desember, nantikan aku lagi di tahun depan. Aku akan menunggumu!!!!


6 komentar:

ira guslina Says:
11 Desember 2015 pukul 16.00

Punya sahabat itu sesuatu banget ya mbak... apalagi dari TK udah sama-sama, setiap ketemu jadinya seru... nambah saudara...

Tira Soekardi Says:
12 Desember 2015 pukul 11.48

iya mencari sahabat itu susah-susah gampang

Irsyad Muhammad Says:
12 Desember 2015 pukul 21.28

Seorang sahabat, suatu saat pasti akan menapaki hidupnya sendiri, menjalaninya sendiri. Ketika takdir sudah merestui, pasti akan bertemu lagi dengan cara yang luar biasa :)

Tira Soekardi Says:
13 Desember 2015 pukul 11.47

wah betul juga ya mas

Wahib Irawan Says:
14 Desember 2015 pukul 13.44

pendek tapi mengena, good job.

Tira Soekardi Says:
15 Desember 2015 pukul 11.45

makasih mas Wahib

Posting Komentar