Bintang Jatuh

Senin, 22 Oktober 2018


Gambar dari sini 
 

Setiap malam Sisi selalu duduk di depan jendela kamarnya dan menatap bintang di langit. Menurut bunda, kalau ada bintang yang bergerak cepat Sisi bisa minta sesuatu pada bintang. Sisi menatap langit dengan penuh kekaguman, tiba-tiba wuiiis, terlihat bintang yang berpindah tempat . Sisi memejamkan matanya , memohon satu pintanya , kaki untuknya agar bisa berjalan seperi anak-anak yang lain.
            “Belum tidur Sisi?” tanya bunda
            “Bunda, barusan Sisi melihat bintang bergerak, dan Sisi sudah minta sesuatu,” tukasnya. Bunda tersenyum padanya.
            “Apa yang kau pinta?” Bunda mengelus kepala Sisi.
            “Kaki bunda,” Sisi menatap bunda penuh harap. Bunda tetap tersnyum , walau bunda merasa sedih dengan keadaan Sisi yang tak memiliki kaki. Sisi terlahir cacat, hanya memiliki satu kaki.
            “Nah, kalau Sisi sudah minta pada Bintang, jangan lupa berdoa sama Allah, agar segera diwujudkan impiannya , karena Allahlah yang akan mengabulkan doa Sisi. Sisi, sekarang tidurlah, hari sudah malam, besok Sisi harus sekolah lagi .” Bunda membantu Sisi untuk tidur di kasurnya.

            Pagi itu Sisi begitu senang karena dia sudah meminta kaki pada bintang dan berdoa pada Allah agar Sisi punya kaki sehingga dapat berjalan normal seperti anak-anak yang lain.
            “Lisa, aku tadi malam melihat bintang bergerak dan aku sudah  meminta kaki untukku,” Sisi bercerita pada temannya Lisa. Ara mendengarnya dan mulai mentertawakan Sisi.
            “Bagaimana bisa bintang memberimu kaki Sisi, kamu itu aneh, kamu itu terlahir cacat , mana mungkin punya kaki baru,” Ara mulai mengejek Sisi. Sisi terdiam, dia sudah biasa mendengar ejekan teman-temannya, Sisi diajarkan bunda untuk diam saja dan tidak boleh membenci teman yang mengejeknya.
            “Kamu tuh Ara, bisanya selalu menghina Sisi, sana pergi jauh-jauh dari sini,” usir Lisa.
            “Sudah Lis, aku gak apa-apak kok,” Sisi menyuruh Lisa untuk tak mengusir Ara.

            Pulang sekolah  bunda mengajak Sisi ke rumah sakit, Sisi heran sekali, memang siapa yang sakit. Bunda? Tapi bunda terlihat sehat.
            “Mau apa ke rumah sakit bunda?’ tanya Sisi menatap bunda yang tersenyum saja sedari tadi, ini membuat Sisi jadi penasaran. Bunda mengetuk pintu yang bertuliskan dokter Agus.
            “Silahkan masuk bu Aira,” sapa dokter yang langsung menyambut bunda.
            “Wah, ini pasti Sisi ya. Hem..cantik sekali seperti bidadari,” tegur dokter padanya. Sisi tersenyum malu mendengar pujian yang diberikan padanya. Dokter Agus membawa bingkisan dan diberikan pada Sisi.
            “Apa ini?” tanyanya.
            “Bukalah. Itu permintaanmu pada bintang tempo hari,” dokter Agus menyodorkan bingkisan itu pada Sisi. Perlahan Sisi membuka bungkusan besar itu dan tiba-tiba Sisi terbelalak melihat isi bungkusan itu, sebuah kaki mungil untuknya. Bunda menatapnya sambil tersenyum, begitu juga dengan dokter Agus.
            “Mari ,dokter pakaikan ya,” Dokter Agus memakaikan kaki palsu untuk Sisi. Rasanya masih aneh ada benda asing yang menempel di kakinya.
            “Ini perlu latihan berjalan karena pertama-tama kamu akan merasa canggung dengan kaki barumu,”ujar dokter. Sisi melihat kaki barunya, walaupun tidak sama dengan yang asli, yang penting Sisi tak perlu pakai kursi roda lagi.  Sisi senang sekali dengan kaki barunya, sekarang dia bisa berjalan seperti anak-anak yang lain. Matanya berbinar, permintaannya dikabulkan, Sisi senang sekali.
            “Makasih bunda, Sisi sekarang punya kaki baru.” Rasanya Sisi sudah tidak sabar menunggu esok hari , karena Sisi akan pergi ke sekolah dengan kaki barunya.

8 komentar:

sugi siswiyanti Says:
22 Oktober 2018 pukul 14.57

Hati saya mecelos waktu baca permintaan Sisi pada bintang jatuh..

Dirga Says:
22 Oktober 2018 pukul 21.38

keren.. setelah baca ini rasanya campur aduk , sedih,kagum,takjub dll tulisannya keren..

Tira Soekardi Says:
23 Oktober 2018 pukul 12.20

sedih ya mbak sugi

Tira Soekardi Says:
23 Oktober 2018 pukul 12.21

makasih mas dirga

Ilham Says:
25 Oktober 2018 pukul 16.44

Baru baca seperempat bagian langsung berasa nyes gitu, menyentuh banget cerpennya ka bagus.

Tira Soekardi Says:
26 Oktober 2018 pukul 12.26

makasih mas ilham

Catering Jakarta Says:
30 Oktober 2018 pukul 04.11

Nice post, tulisannya sudah rapi dan story telling nya runut dan detail. Saran sedikit ya mbak, seandainya ada permainan karakter dalam penokohan mungkin akan lebih terasa riil seperti kehidupan di tengah masyarakat. Over all, ceritanya bagus dan pantas diapresiasi. Salam sukses.

Tira Soekardi Says:
30 Oktober 2018 pukul 12.25

makasih catering jakarta

Posting Komentar