Cinta Di Ujung Maut

Senin, 13 Mei 2019


Gambar dari sini 
 

Sore itu aku masih membersihkan rumput-rumput yang tumbuh begitu subur di pusara Sasha. Sudah hampir tiga tahun berlalu setelah kematian Sasha , aku belum bisa menghilangkan bayang-bayang wajahnya saat terakhir kali dia berpamitan denganku. Itu terakhir kalinya aku bertemu denganya , sesudahnya aku hanya bisa mengirim doa untuknya, agar dia baik-baik saja di surga. Entah sudah banyak teman-temanku , keluargaku mengenalkan perempuan padaku, tapi aku belum bisa berpaling darinya. Ada sesuatu pada Sasha yang tak pernah aku bisa lupakan. Entah apa, aku seperti terikat dengannya, bayang-bayangnya selalu ada di setiap langkangku.
            “Sasha, sudah tiga tahun engkau pergi, aku belum bisa melupakanmu, mengapa bayang-bayangmu selalu menghantuiku?” aku masih saja mencabuti rumput di pusaranya.
            “Apakah kamu cemburu kalau aku punya perempuan lain, sehingga bayang-bayangmu selalu mengikutiku?” “Aku masih harus melewati hidupku, aku ingin ada perempuan yang akan menemaniku , tapi engkau selalu memberatkan langkahku untuk memanahkan panah asmara di dadanya.” Aku masih terdiam , lama kupandang nisan yang tertuliskan Sasha Merianti.....

            Aku menatap ponselku dan kulihat layar ponselku , ada apa Sasha menelpunku. Kuangkat ponselku , dan kuanggukan tanda setuju permintaannya untuk bertemu sepulang kerja nanti.
            “Aku ada dinas luar kota,” kata Sasha sambil menyeruput milkshake coklatnya. Kupandang wajahnya ada keengganan untuk berangkat ke luar kota.
            “Dinas kemana?” tanyaku “ Makasar, aku malas sekali harus ke Makasar, seharusnya Dina, tapi ibunya Dina sakit  sehingga tak bisa ditinggalkan , jadi bagaimana lagi, aku ya harus berangkat. Saat itu aku hanya banyak berdiam diri saat Sasha menyatakan keengganannya untuk berangkat menggantikan Dina. Sepi dalam diam .....
            Saat itu sedang asik mengerjakan pesanan klien di kantor , aku mendapatkan telepon dari mamanya Sasha, kalau pesawatnya jatuh saat akan mendarat . Aku terdiam lama , hening dalam kebisuan panjang. Rintihan hati mendesak di ruang hati yang sekarang hilang dibawa dengan kepergian Sasha. Mana mungkin orang akan selamat saat pesawat jatuh , hanya keajaiban yang dapat menolong. Aku butuh keajaiban itu, tapi masih adakah harapan itu? Nyatanya tak ada, hilang semua asaku di bawa pergi Sasha. Aku begitu terpukul , impian –impian yang selalu aku ceritakan bersama Sasha kini hilang , semuanya tanpa sisa bahkan hatiku juga dibawa pergi dalam kubur yang gelap.
            Hari demi hari yang kulalui terasa sangat lambat, walau air mata sudah mengering tapi sakit yang mendera lorong hatiku masih saja menimbulkan sakit yang kadang membuatku luruh dalam kesedihan yang panjang, entah sampai kapan aku masih bisa berdiri dengan sepotng hati yang sudah hilang.

            Aku terkejut dan berpaling saat pundakku disentuh, saat kutengok ke belakang , pria tua ada di  belakangku.Ternyata aku sudah melamun panjang sedari tadi sehingga tak menyadari pria itu sudah ada di belakangku.
            “Mas, sudah magrib,gerbangnya mau saya tutup,” pria penjaga kuburan itu menyuruhku untuk pergi. Aku berdiri, sebetulnya ku masih ingin berlama-lama di sini, masih ingin mengeluarkan keluh kesahku terus sampai aku puas. Aku beranjak dari pusaramu, entah kapan aku dapat menjengukmu kembali?
 

4 komentar:

sumiyati sapriasih Says:
13 Mei 2019 pukul 16.42

Terharu baca fiksi nya kakak, kisah nyata atau khayalan belaka ?

Tira Soekardi Says:
14 Mei 2019 pukul 12.18

bukan hanya khayalan saja mbak sumiyati

Mulia Says:
18 Mei 2019 pukul 19.55

Jangan suka ama khayalan kak, karena ga ada ujung. Bagusnya buat yang nyata aja agar menjadi inspirasi

Tira Soekardi Says:
19 Mei 2019 pukul 12.19

dari khayalan juga bisa diamnbil hikmahnya, banyak penulis fiksi yang ceritanya bagus dan bisa diambil hikmahnya, dari cerita ini kita bisa ambil hikmahnya kl kita kehilangan seseorang yg kita cintai kita hrs ikhlas karena itu takdir Allah.

Posting Komentar