Cinta Setan Sok Ganteng

Sabtu, 04 Juli 2020

Gambar dari sini

Malam itu kembali aku mengunjungi Sin Chan di kamarnya, entah mengapa aku selalu rindu padanya. Semenjak aku kebetulan masuk ke kamarnya melihat wajah orientalnya, aku selalu begitu merindukan wajahnya. Sampai suatu saat tanpa kuduga Sin-Chan ternyata mempunyai kemampuan indigo sehingga dia mampu melihatku. Aku sungguh malu karena wajahku rasanya tak sebanding dengan wajah Sin-Chan yang manis dengan mata sipitnya.
            “Kamu siapa dan mengapa kamu berada di kamarku?” begitu kali pertama dia bertanya padaku.
            “Aku, Robert. Aku setan penunggu kubur di balik kota ini. Aku ingin berkenalan denganmu, boleh?” tanyaku.
            “Boleh. Aku Sin-Chan.” Ternyata Sin-Chan mempunyai kemampuan indigo dari kakek buyutnya. Dulu awalnya dia sering ketakutan saat melihat segala makhluk gaib yang ada di dunia ini, tapi lama kelamaan dia mampu mengatasi rasa takutnya dan kini dia lebih tak peduli saat dia  melihat makhluk gaib, karena  dia akan menganggap angin lalu saja. Dari sinilah aku selalu datang hampir tiap hari hanya sekedar melihat atau berbincang , entahlah banyak alasan yang kuberikan padanya agar aku bisa melihat wajah orientalnya. Sehari saja aku tak mengunjunginya ada desakan rindu yang menyelimuti hatiku , sampai aku tak mampu menahannya. Pernah aku datang sudah larut malam saat Sin-Chan sudah tertidur lelap. Aku pandangi wajahnya sampai rinduku terpuaskan dan beberapa kali aku berusaha untuk mengecup keningnya tapi sungguh sulit sekali aku menempelkan bibirku di keningnya. Dua makhluk berbeda dimensi tak dapat saling menyentuh. Rasanya sesak di dada saat aku ingin memeluknya tapi semua itu tak bisa aku lakukan.  Malam ini aku sudah berada di kamarnya, aku memandang dari belakang tubuhnya yang sedang menghadap meja belajarnya.. Aku berusaha untuk tetap diam agar dia tidak tahu kedatanganku, agar aku bisa melihatnya diam-diam.Akan kupandangi wajahnya yang tampak bersemu merah.
            “Jangan ngintip saja di belakangku,”tegurnya tiba-tiba, aku terhenyak kaget ternyata kedatanganku sudah diketahui oleh Sin-Chan.
            “Kok bisa tahu sih?” tanyaku penasaran sambil mendekati dia dan melihat dia sedang menulis surat.
            “Surat apa itu?”
            “Surat cinta untuk Boy,”ujarnya acuh tak acuh, tapi bagiku itu merupakan pukulan telak yang keras,ada rasa cemburu yang menggelayut di hatiku. Alangkah aku tak mampu bersaing dengan manusia. Diam-diam aku memperhatikan sebuah foto laki-laki di sebelah buku tulisnya. Aku menduga itu yang bermana Boy, aduh tampan dan atletis sekali tubuhnya, aku semakin digelayuti rasa cemburu yang begitu menyodok batinku. Diam-diam aku menjauh darinya dengan rasa sakit hati.

            Sudah seminggu aku hanya duduk melamun saja tak ada lagi keinginan untuk bertemu dengan Sin-Chan walau rindu melanda, tapi kalau tahu dia sudah naksir seseorang yang bukan aku, aku kembali menyurutkan niatku untuk datang ke tempatnya Sin-Chan lagi.
            “Kenapa murung bro,”tukas Dina, setan yang selalu gentayangan di jembatan dekat pasar baru.
            “Patah hati,” tukasku dan aku menceritakan cintaku pada Sin-Chan.
            “Astaga, Robert itu kan tak mungkin tahu, kamu kayak pungguk merindukan bulan. Lebih baik lupakan saja,” tegur Dina. Aku menggeleng keras.
            “Aku tak bisa ,Din. Aku terlanjur mencintainya, aku tahu aku tolol dan naif tapi entah mengapa perasaanku begitu kuat padanya,”keluhku. Aku melihat Dina termenung sebentar dan aku melihat wajahnya tiba-tiba cerah dan tawanya membuatku kaget.
            “Aku tahu,”ujarnya dan Dina menyarankan aku untuk minta bantuan datuk Ali , setan yang mampu mengubah wajah setan menjadi tampan.
            “Kamu bisa milih wajah apa yang mau kau tiru, kali-kali kamu mau meniru wajah Afghan,”tukas Dina tertawa.  Aku ikut tertawa bersamanya, aku tahu Dina menyukaiku tapi aku  menganggap dirinya hanya adik kecilku yang selalu aku lindungi , tidak lebih dari itu dan Dina sudah mengerti itu.  Aku memutuskan mendatangi datuk Ali  untuk meminta bantuan untuk mengubah wajahku menjadi tampan , kalau perlu lebih tampan dari Boy, pujaan hati Sin-Chan.
            “Kamu boleh mengubah wajahmu tapi dengan satu syarat,” ujar datuk Ali.
            “Apa itu?’tanyaku. Syarat atau pantanagn bagiku adalah tidak boleh makan darah manusia, karena darah manusia akan meluluhkan wajah tampan kembali ke wajah semula. Berat sekali syaratnya karena hidupku tergantung darah manusia yang sudah mati. Tapi tanpa pikir panjang aku menyanggupinya dan aku pikir aku bisa makan bangkai saja.

            Dengan wajah sumringah aku datangi Sin –Chan malam itu, aku ingin mengajaknya jalan-jalan.
            “Hai,” sapaku. Sin-Chan berbalik ke arah suaraku dan matnya terbelalak melihat penampilan baruku.
            “Robert?” tanyanya, aku mengangguk cepat dan tersenyum lebar padanya. Aku melihat Sin-Chan sedikit terpesona melihat aku dan aku sedikit merasa tersanjung saat terdengar suara Sin-Chan.
            “Ganteng sekali kamu hari ini Rob,” tegurnya, aku menyeringai padanya, sambil tak lupa membusungkan dadaku dan aku bisa melihat hidungku kembang kempis akan pujian terhadapku.
            “Gimana kalau hari ini kau kencan denganku,” ajakku . Sin –Chan tersenyum dan anggukan kepalanya membuatku bersorak dalam hati. Malam itu aku membawa Sin-Chan berkeliling kota di udara, aku bawa dengan kekuatanku yang membuat Sin –Chan juga bisa melayang. Wajahnya begitu gembira dan sekali-kali tawanya bergema di udara, aku begitu gembira. Waktu melewati jembatan di pasar baru aku melihat Dina sedang duduk melamun dan saat melihatku sedang terbang bersama Sin-Chan dia membalikan tubuhnya agar tidak melihatku lagi. Ada perasaan gak enak terhadap Dina. Malam itu aku pulang dengan kegembiraan karena kencan pertamaku berhasil. Aku tidur dengan mimpi indah.

            Tapi aku harus menerima kenyataan  kalau Sin Chan lebih memilih Boy daripadaku.
            “Mengapa Sin, mengapa kau tolak cintaku?’ aku begitu memelas memintanya untuk menerima cintaku.
            “Aku tak mencintaimu, lagipula kamu dari dunia yang berbeda denganku, apa mungkin. Kita harus realistis,”tukasnya. Aku terdiam dan membenarkan argumen yang diajukan oleh Sin-Chan tapi tetap saja hati kecilku menolak. Bujuk rayuku tak cukup mempan untuk membalikan hatinya untukku. Sin-Chan tetap memilih Boy. Sakit hati yang mendera membuatku marah, amarah yang meletup-letup seperti gunung yang akan segera meletus. Aku pulang dengan rasa marah dan kecewa dan aku makan darah bangkai manusia sebanyak mungkin agar aku bisa kembali ke wujud semula, percuma punya wajah tampan tapi cintaku tetap saja ditolak. Aku begitu terpuruk dengan cintaku, kerjaannya hanya melamun dari hari ke hari. Rinduku padanya belum bisa hilang dari hatiku, kadang diam-diam aku masih sering datang ke rumahnya dan bersembunyi di balik tembok dan menegoknya dalam diam.
            “Kamu gak kenapa-napa kan?’ tanya Dina menatapku dengan prihatin. Aku terduduk dengan perasaan sedih.kepalaku terkulai lemas , hanya bisa kutundukan kepalaku . Lemas semua tubuhku, ingin aku menghilang dari bumi ini, percuma saja aku jadi setan tapi tak mampu mempengaruhi mansuia untuk mencintaiku.
            “Kamu harus ingat Rob, kita ini setan , mana mungkin bisa menyatu dengan manusia. Realistis sedikitlah Rob. Ada aku yang akan menemanimu setiap saat,”tukasnya. Aku menatap matanya, ada sedikit cercah cinta di sana, aku tahu itu tapi selalu aku tolak. Kini aku melihatnya lagi cinta di matanya begitu tulus diberikan untukku. Sungguh bodoh aku,selama ini ada yang mencintaiku dan akan mampu mendampingiku selamanya malah aku jatuh cinta pada manusia yang akan membuatku sakit hati.
            “Maafkan aku ,Dina. Mulai sekarang aku mau belajar mencintaimu. Bolehkan?”tanyaku sambil memandangnya dengan lembut. Sinar dari matanya tampak bersinar terang kembali setelah meredup saat dia tahu aku lebih menyukai manusia. Air matanya mengalir , tampak bulir-bulir air matanya terpantul jelas di pipinya, aku hapus bulir air matanya dan aku dekap dia dalam pelukanku.
            “Temani aku Dina selamanya,” ujarku dan aku tetap memeluknya erat dan tak akan kulepaskan lagi. Aku tak menyesali perjalanan cintaku, walau aku belum mencintai Dina tapi aku akan belajar mencintainya seperti Dina mencintaiku. Dan cintaku pada Sin-Chan berakhir sudah. Menurut Dina aku setan yang sok ganteng, jelas saja gak diterima oleh Sin-Chan.
            “Apa, sekali lagi kau katakan itu Din?” aku menatapnya. Dina tertawa mengejek.
            “Setan sok ganteng yang patah hati, tahu!”: serunya, dan tak lama kemudian Dina sudah berlari dari kejaranku
            “Awas Din,!”: seruku dan aku kejar samapai aku dapatkan Dina sudah berada dalam pelukanku. Aku memeluknya erat dan tak akan pernah kulepaskan lagi. Kadang kita tak pernah tahu kalau banyak orang didekat kita yang mencintai dengan tulus sedang kita terobsesi dengan cinta yang lain yang susah terjangkau.




1 komentar:

Maseko Sakazawa Says:
13 Juli 2020 pukul 18.40

Kisah romantis beda alam seperti ini selalu menarik.. ada angle yang bisa dikulik dari setiap kisahnya.. apakah itu sad ending, atau justru horor sekalian.. mantap 👍

Posting Komentar