Gambar dari sini
Lia
tersenyum miris saat semua orang begitu mengidolakan dirinya. Ya, Lia tahu di
dunia bisnis namanya sudah terkenal. Kegiatan sosialnya juga membuat namanya
terangkat . setingi-tingginya, tapi itu membuat hati Lia tak menentu. Bagaimana
kalau masalah pribadinya ada yang tahu? Semua melihat dirinya adalah wanita
yang sukses dan bahagia, tapi kenyataannya itu tidak. Popularitas kadang bisa
membuat seseorang menjadi terkukung. Tak
boleh melakukan kesalahan sekecil apapun. Bila itu terjadi bakal jadi buah
bibir dimana-mana. Menjadi guncingan orang banyak bukan hal yang mudah. Sudah
banyak contoh. Bahkan masarakat bakal menguliti kita habis-habisan. Mereka gak
mau tahu latar belakang yang kita hadapi, apa kita yang salah dan ingat kitapun
tak menginginkan keburukan terjadi. Tapi kalau itu menjadi kehendak yang di atas,
apalah manusia. Lia mematut-matut dirinya. Sekarang dia harus menghadiri
seminar di balai kota.
Dulu
Lia begitu menaggumi mas Rizal. Tampan, mapan, pengusaha sukses. Lia merasa mas
Rizal pria yang mandiri dan punya kekuatan dalam dirinya, makanya Lia sangat
suka. Apalagi saat benar-benar mas Rizal menyukainya. Dan akhirnya tanpa menunggu
lama lagi pernikahan dilakukan. Dua pengusaha sukses . Serasa sempurna
tampaknya dari luar. Ternyata Lia keliru. Mas Rizal adalah anak mami. Semua
keputusan ada di tangan ibunya. Bahkan keputusan dalam rumah tangganya
sekalipun menjadi kuasa ibunya. Dan mas Rizal sudah nyaman dengan nikmatnya di
bawah ketiak ibunya. Sedangkan dirinya selalu berusaha melakukan dengan segala
kemampuan dirinya. Kini semua keputusan ada di tangan ibu mertuanya. Bahkan apa
yang terjadi dalam perusahaannya ibu mertuanya terlalu ikut campur. Dunia seperti
terbalik. Lia muak dengan segala aturan yang lebih ke pencitraan bahwa mereka
keluarga sukses . Lia tak mau menjadi orang lain. Lia cukup untuk menjadi diri
sendiri. Dan akhirnya Lia meutuskan berpisah . Cukup 2 tahun Lia merasakan
hidup penuh dengan tekanan . Dirinya tak bisa menjadi dirinya sendiri. Walau Lia akhirnya menjadi pihak yang
disalahkan. Istri yang tak bisa patuh terhadap suaminya.
Begitulah
berita yang tersebar di media online. Segala buruk rupa tentang Lisa sudah
menjadi rahasia umum. Mereka memperbincangkan tanpa mau tahu apa yang menjadi
masalahnya. Dan Lia hanya bisa bersabar.
“Nduk, yang sabar. Semua sudah ada
yang ngatur . Hidupmu adalah hidupmu. Kamu perlu bahagia,” tukas mama
“Terimakasih, mama. Kau selalu
mengerti akan diriku.” Lia menaruh kepalanya di pundak mamanya. Mamanya yang
selalu memberikan kekuatan sejak dia anak-anak sampai bisa mencapai impiannya.
Mamalah yang selalu menganjurkan dirinya untuk bahagia dengan menjadi diri
sendiri.
“Untuk apa kau mendengarkan orang
lain. Toh mereka bukan yang menjalani hidupmu. Ini hidupmu. Tak perlu dengar
ocehan orang lain.”
“Baiklah mama.” Lia juga tak peduli
di luaran sana banyak yang memperbincangkannya. Status janda yang melekat pada
dirinya tak menjadikan dirinya malu. Toh hidup ini dia yang menjalani. Mengapa
harus mendengarkan orang lain . Menjadi dirinya sendiri selalu membuatnya
bahagia. Apa toh hidup menjadi bahagia adalah impian setiap manusia.
3 komentar:
18 Agustus 2020 pukul 18.11
Can't agree more.
Mayoritas masyarakat kita sangat menikmati nasib orang lain.
Nggak terkecuali perceraian. Buatku bercerai itu bukan aib, karena semua orang punya alasannya masing-masing untuk menentukan jalan hidupnya. You do what you wanna do, because your life is your responsibility
19 Agustus 2020 pukul 12.14
setuju mbak pipit, yang penting kita hs bahagia dengan diri sendiri
10 Oktober 2020 pukul 00.33
Numpang promo ya Admin^^
ajoqq^^cc
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.biz...^_~3:23 PM 15-Sep-20
segera di add Whatshapp : +855969190856
Posting Komentar