Surat Cinta Untuk Mangrove

Sabtu, 20 Februari 2021

 

Gambar dari sini

Hay !

Apa kabar.  Aku di sini baik-baik saja, bagaimana dengan kamu. Aku masih ingat denganmu, coba ya akan aku tulis apa yang aku ingat darimu. Kamu itu termasuk marga Rhizopora dan sukumu Rhizophoraceae. Tubuhmu tegap membuat kamu terlihat menjulang tinggi dan aku sangat mengagumi kegagahanmu, begitu juga kamu bisa berdiri dengan teguh karena akar tunjangmu yang besar.Pucuk yang tertutup daun penutupmu meruncing di bagian ujungnya serta buah berkecambah serta berakar ketika masih di pohon. Aku begitu mengenal dirimu, sangat . Saat itu aku sering berada dipertemuan antara muara sungai dan air laut dimana kamu selalu  berada di sana.. Akibatnya kamu dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang kamu selalu dikelilingi oleh air garam atau air payau. Tapi untungnya  kamu mempunyai toleransi besar terhadap garam  dan dapat berkembang  di daratan yang bersalinitas tinggi .

 

Sering waktu itu aku berjalan menyusuri hutan mangrove, kamu selalu menyapaku dengan lambaian daunmu itu. Satu yang kukagumi darimu adalah akar-akarmu. Heran aku melihatnya akar-akarmu kompleks sekali dan rapat , lebat dan akibatnya akarmu dapat menangkap sisa bahan organik dan endapan yang terbawa oleh arus air laut dari bagian darat. Akibatnya air laut terjaga kebersihannya dan ini berujung pada keselamtan terumbu karang dan memelihara kehidupan padang lamun (seagrass). Wuih, kamu hebat sekali, dari akarmu saja sudah bisa memberikan manfaat buat yang lainnya. Satu lagi yang kukagumi darimu teman. Kekuatan akar-akarmu juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Aku juga suka sekali melihat daunmu berguguran masuk ke dalam air yang di dalam air akan membusuk oleh mikroorganisme, dan menjadi makanan larva dan hewan kecil air yang mana hewan kecil ini akan menjadi mangsa hewan yang lebih besar lagi sehingga ini merupakan awal dari rantai makanan yang ada  di ekosistim sekitar dirimu.

 

Jalan-jalan saat itu , juga memperlihatkan banyak sekali manfaat darimu yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Jadi aku iri padamu, kamu telah banyak menanam pahala di usia muda sampai kamu harus mati karena usiamu. Kulitmu ternyata bisa dijadikan obat seperti gatal atau peradangan kulit, rematik obat penwar racun gigitan ular. Selain itu bisa sebagai obat sakit perut dan turun panas. Aku kembali menyusuri tempat tinggalmu , udara yang menyapaku juga sejuk karena angin yang terhembus dari dedaunanmu itulah yang membuat kesegaran di sekitarnya. Aku tak pernah bosan untuk bekunjung ke rumahmu yang asri itu, ada kedamaian yang selalu bersemi di hati ini.

 

Tapi, entahlah sudah sekian lama aku tak pernah berkunjung lagi ke rumahmu. Ada rasa kangen dengan suasana di rumahmu. Akhirnya suatu saat ketika aku libur aku menyempatkan diri untuk  berkunjung ke rumahmu, tapi aku sungguh kaget ,mengapa rumahmu terasa panas?. Aku jadi penasaran, aku melangkahkan kakiku menyusuri rumahmu, dan udara panas menyapaku. Kupandang sekelilingku, ternyata aku melihtmu tumbuh tidak sesubur dulu, dan sudah banyak teman-temanmu yang mengalami kerusakan di bagian tubuhnya. Astaga, aku bingung , ini ada apa dengan nasibmu sekarang?. Kulihat di ujung sana banyak teman-temanmu yang ditebang  habis , padahal bila kamu dan teman-temanmu tidak ada apa jadinya dengan kelangsungan hidup mata rantai ekologi di alam ini,  Aku merasakan kesedihan yang mendalam , melihat rumah tempat tinggalmu sudah demikian rusak oleh eksploitasi yang berlebihan oleh ulah tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Sepanjang jalan ini tak terlihat lagi keindahan alam dan kesejukan yang selalu  menyapaku, panas terik yang menyengat kulitku. Tubuhmu sekarang kering kerontang dan tubuhmu mengurus dan banyak yang tergeletak tidak berdaya . Sungguh ironis sekali nasibmu teman, tak ada lagi candamu , tak ada lagi tarian daunmu yang selalu menari-nari tertiup angin, tak ada lagi terlihat tubuhmu yang tegap berdiri di tepi pantai. Aku sungguh kehilangan dirimu yang dulu, aku rindu padamu, kawan. Tak terasa air mataku menetes, merasakan kesedihan yang sama denganmu. Gemetar tubuhku merasakan kesakitan yang kaurasakan, aku terpekur lama di tepi rumahmu , masih dengan segala tanya di hati, apakah hidupmu akan berakhir sampai disini? Sebuah tanya yang tak mungkin kujawab . Tolong angin, sampaikan keluku pada orang-orang di luar sana, apa yang mampu mereka buat untuk temanku?

 

Teman, aku ikut merasakan pilumu , hanya sebuah lantunan  jiwa yang kuberikan untuk dirimu, aku masih membayangkan indahnya kebersamaan kita dulu, yang sekarang hanya tinggal kenangan. Hanya sebait puisi yang bisa kupersembahkan buatmu. Mudah-mudahan bisa mengobati rasa sedihmu, hanya ini yang bisa kuberikan untuk menghibur hatimu yang sedang sekarat.

 

Menyusuri tepian bibir pantai yang membiru di ujung sana

hanya tampak tubuhmu mengerontang

akarmu tergantung menjuntai

kurasakan aroma busuk di antara sela-sela tubuhmu

tapi aku tak mampu menghilangkan dukamu

hanya kutitipkan pesan lewat angin yang berhembus

jangan kau sakiti lagi temanku

hanya akan menggores luka yang akan selalu menganga

jangan lagi kau sakiti....

 

Peluklah dirinya, dekaplah dengan cintamu

agar tumbuh kembali benih-benih

yang akan menghijaukan bibir pantai

agar  kita dapat selalu mencumbu bibir pantai

dengan segala keindahan yang ada

siramlah dengan rasa

lukislah dengan segenggam harapan baginya

agar  benih-benih yang kau semai

bertumbuh ....membesar ... melindungi semua alam....

 

Cirebon, 21 Februari 2021

Peluk dari sahabatmu

 

                                                                                                                                                                                          C


                                               

 

8 komentar:

Yokhanan Prasetyono Says:
22 Februari 2021 pukul 19.14

Eksplorasi dan ekplositasi hutan mangrove sepertinya saat ini sudah sampai tahap mengkhawatirkan ya, mbak. Sungguh sangat disayangkan, padahal fungsinya untuk menjaga garis pantai dari abrasi cukup besar.

Di sisi lain ada penanaman mangrove namun tak sedikit yang akhirnya dibabat habis. Sedih.

Met Eka Saputra Says:
23 Februari 2021 pukul 09.53

Tulisannya keren Bu. Menggugah niat untuk menyelamatkan mangrove. Moga mangrove senantiasa lestari.

Tira Soekardi Says:
23 Februari 2021 pukul 11.17

mas Yokhanan, betul. kadanag banyak yang suka menanan dalam beberapa gerakan tapi masalahnya yang merawat gak ada

Tira Soekardi Says:
23 Februari 2021 pukul 11.17

makasih mas eka

Tanza Erlambang - Sawan Fibriosis Says:
23 Februari 2021 pukul 11.33

mangrove bisa dijadikan salah satu objek ekowisata dengan segala keunggulannya....

Mantap tulisannya .....bermanfaat

Tira Soekardi Says:
24 Februari 2021 pukul 11.10

betul mas tanza

Tanza Erlambang - Sawan Fibriosis Says:
24 Februari 2021 pukul 14.17

just to say good morning...
have a wonderful day

Tira Soekardi Says:
25 Februari 2021 pukul 11.08

thank you

Posting Komentar