Rusuh

Senin, 23 Januari 2023

 



 Gambar dari sini

Desa Cideng dan desa Kalikoa musuh bebuyutan. Itu gegara beberapa tahun yang lalu terjadi tawuran gegara salah satu gak terima kalah. Akhirnya pertandingan bola voli antar desa dihentikan sampai ada keputusan baru lagi . Dan memang akhirnya perseteruan antara dua desa itu berkurang. Fanatismelah yang membuat mereka akhirnya bermusuhan. Tidak mau menerima kekalahan. Tapi baru-baru ini ada usulan kalau pertandingan bola voli untuk diadakan lagi. Apalagi di desa Cideng sudah memiliki gedung olahraga yang memadai untuk dijadikan tempat lomba. Dan antusiasme warga begitu besar. Semua gembira menyambutnya. Perbincangan tentang pertandingan ini selalu dibicarakan di warung-warung, pos satpam dan dimanapun warga ada mereka membicarakan.

Jadi kepala desa Cideng dan Kalikoa beserta beberapa warga bertemu untuk membicarakan pertandingan bola voli . Mereka membuat pernjanjian akan mematuhi semua peraturan pertandingan dan mau menerima kekalahan jika kalah. Akhirnya kesepakatan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Dan pertandingan akan diadakan satu bulan ke depan. Masing-masing desa mengadakan latihan apalagi sudah lama mereka tidak bertanding . Juga harus mencari lagi pemain baru yang andal. Beberapa desa mengetahui akan diadakan lomba voli ikut antusias juga. Ada yang membela desa Cideng dan ada juga yang membela desa Kalikoa. Dan kesempatan ini dipakai warga desa masing-masing untuk mencari dukungan untuk jadi sporter.  Spanduk-spanduk mulai terpasang. Media sosial mulai ramai dengan perang kata-kata. Mereka membuat kubu. Kubu Cideng dan kubu Kalikoa.

 

Mendekati perlombaan mulai memanas. Aparat desa mulai mengantispasi keamanan. Mereka bekerja sama dengan polisi untuk mengamankan warga. Dan warga diingatkan akan perjanjian yang sudah mereka sepakati. Tapi namanya banyak warga tentu akan sulit diatasi. Benar saja saat pertandingan, gedung olahraga begitu penuh sesak dengan penonton dari desa Kalikoa dan Cideng juga warga pendukung kedua belah pihak. Teriakan-teriakan penonton begitu bergema riuh . Apalagi saat bola keluar atau tak bisa dipukul lawan akan terdengar suara riuh menyorakinya. Semakin lama semakin panas karena kedua belah pihak saling memasuki bola . Angka silih berganti naik dan akhirnya seri. Ada peranjangan waktu.  Keadaan mulai panas.

 

            “Lebih baik dihentikan,”tukas salah satu polisi yang mengamankan di sana

            “Wah, pak jangan. Ini sudah hampir selesai. Nanti penonton marah,”tukas panitia

            “Tapi ini sudah tak kondusif lagi.” Tapi omongan polisi tak diindahkan panitia. Pertandingan semakin memanas.

 

Saat bola jatuh ke lapangan bagian desa Kalikoa , saat  itulah penonton riuh dan tanpa diaba-aba penonton saling melempar botol plastik . Bahkan ada yang adu jotos antar suporter. Penonton lainnya berdesak-desakan keluar tapi karena pintu keluar hanya ada satu sehingga banyak yang berjatuhan karena didorng sana sini. Suasana kacau. Polisi mulai mengeluarkan gas air mata  untuk mengusir keluar penonton. Tapi karena pintu keluar sedikit dan kecil sehingga banyak jatuh korban. Banyak korban dilarikan ke rumah sakit. Ini menjadi tragedi paling besar di daerah itu. Panitia diperiksa untuk bertanggung jawab atas kejadian ini.

Ternyata  pertandingan olahraga yang seharusnya menjunjung tinggi sportifitas akhirnya malah berakhir tragis. Dan gak akan lagi ada pertandingan di kemudian hari. Siapa yang rugi?

1 komentar:

fanny_dcatqueen Says:
15 Februari 2023 pukul 04.31

Aku sih setuju kalo pertandingan olahraga yg sering bikin bentrok, ga usah dimainin lagi. Selama mental orang2nya masih anarkis dan ga bisa terima sportifitas. Bikin orang2 yg pengen menikmati olahraga, malah jadi korban 🤬

Posting Komentar