Pusat Data

Senin, 07 Oktober 2024

 

Gambar dari sini

 

Harun setelah lulus kuliah hendak beristirahat terlebih dahulu di desanya. Tetapi saat tiba di sana kepala desa sana menyuruh Harun untuk membuat pusat data warga desa sana agar semua data terkonsentrasi dalam satu pusat data. Apalagi Harun sarjana teknik informatika yang cocok untuk mengerjakan pekerjaan ini. Harun akhirnya mau , dia pikir apa salahnya dia memberikan manfaat bagi desanya agar desanya maju. Harun menuliskan banyak kebutuhan untuk pusat data. Salah satunya software untuk antivirus agar pusat datanya tidak kena hacker.  Tapi kadesnya menyuruh Harun untuk mengurangi beberapa barang dan biaya agar tidak terlalu mahal. Harun mengatakan untuk antivirus tidak bisa karena ini penting agar data tak hilang. Pak Kades bilang desa lain bisa kok pakai software yang bukan asli. Bagaiamanapun membantahnya Harun akhirnya dia menurut apa kata kadesnya.

 

Akhirnya Harun bekerjasama dengan satu vendor yang ditunjuk oleh Kades dan Harun juga tidak bisa berbuat apa-apa , walau hatinya gak sreg karena vendor ini terlihat kurang profesional hanya karena masih ada hubungan saudara dengan pak Kades. Beberapa kali Harun mendapat tawaran di kota untuk bekerja dengan gaji yang lebih besar tapi idealsimenya masih tinggi. Harun berharap pekerjaan di sini bisa membuat desanya maju. Sayangnya tidak. Beberapa lama kemudian setelah banyak manfaat dari pusat data ini, pusat data ini kena hacker dan kebobolan. Hackernya juga minta tebusan. Kades marah-marah pada Harun. Harun sudah menjelaskan kalau antivirusnya juga yang gak asli bagaimana bisa melindungi dan banyak barang untuk keperluan pusat data juga dari bahan yang kualitas jelek. Bahkan vendornya juga gak profesional, malah lepas tangan. Harun pusing sendirian.  Padahal hasil penyelidikan Harun ternyata vendorlah yang membuka banyak rahasia ke hacker. Tapi kades gak percaya dengan omongan Harun tetap harus disalahkan.

 

Warga juga marah karena data mereka bisa jadi incaran banyak orang yang bisa dmanfaatkan untuk hal yang gak benar. Harun diminta pertanggungjawabannya. Harus berusaha mengembalikan data yang hilang tapi karena dia sendiri tak ada yang membantu karena semua lepas tangan , cukup lama tapi belum selesai semua. Warga sangat marah . Harun dipaksa untuk mengundurkan diri. Harun mengatakan dia akan berusaha karena memang tanggungjawabnya kalau dia pergi siapa yang akan membereskan data yang hilang ini. tapiwarga sudah keburu marah. Akhirnya dengan perasaan tak menentu Harun meninggalkan desanya dengan perasaan sedih. Kalau saja kadesnya menuruti apa yang Harun mau , mungkin gak bakal ada kebocoran data seperti ini. Andai kades tak mengurangi anggaran dengan menggunakan vendor abal-abal , mungkin kasus ini gak bakal ada. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Harun pergi dengan rasa kecewa.

 

Beberapa bulan kemudian Harun dihubungi oleh perangkat desa untuk kembali mengoperasikan pusat data di desanya. Tapi Harun tak mau karena di sini dia sudah mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dengan upah yang besar . Harun tak mau, tapi kades membujuknya dengan iming-iming gaji yang lebih besar. Tapi Harun tak mau karena dia tahu bekerja di pemerintahan selalu banyak hal yang gak profesional dan akhirnay anak buah yang menjadi tumbal dari pemimpin yang gak ngerti apa-apa.

 

 

2 komentar:

Tanza Erlambang - Sawan Fibriosis Says:
14 Oktober 2024 pukul 17.16

latar belakag cerita sangat menarik... 👍👍

Fanny_dcatqueen Says:
17 Oktober 2024 pukul 20.49

beneeeer. mending kerja sendiri atau di swasta ;p.. lebih profesional.. daridulu aku ga tertarik kerja di pemerintah.. ditambah juga keluargaku rata2 pengusaha dan karyawan swasta. cerita ini bener2 ingetin emosi ama menteri dodolipet yg 1 itu hahahaha

Posting Komentar