Bumi dan Mentari

 Gambar dari sini

Terasa kesah di lubuk hati mentari saat panasnya menembus kulit bumi, hanya bisa mendesah saat sinarnya mulai mengeringkan pepohonan

Retak tanah menjalar seperti liku-liku sungai yang menyerap air begitu saja hilang tak berbekas

Tak ada atmosfer yang menjaga bumi, kemanakah semua ini????

Sungguh mentari tak sanggup setubuhi kecup siang dengan sinarnya, kini dia merasa tak berguna...

Semua kering karena sinarnya......

Bumi mengeluh akan rasa sakitnya, lara merayu agar air mendinginkan kulitnya

Tapi kemana air yang harusnya ada dalam dirinya????

Hilang, entah kemana ,ciptakan resah bagi orang-orang yang mulai kering kerontang

Menunggu ajal...

Hanya tumpah rasa lara yang menyatu dengan suara desau angin yang bagaikan gigitan yang menyakitkan....

Diantara dua hati bumi dan mentari mulai resah, dialog hati tak membuat mereka hadir kembali dalam rasa...

Hanya tinggal puing-puing kehancuran bumi

Ini hanya tinggal tunggu waktu, semua akan hilang dari permukaan bumi yang sudah meranggas

Nafas bumi mulai lelah hanya kesah yang tak jelas dia sampaikan pada mentari

Akankah ini berakhir, aku sudah lelah dengan beban ini....

Semua ini gara-gara manusia yang serakah, hatinya telanjang tak ada nurani

Hanya bebatan hutan yang dia tebang sampai gundul

Air yang kau penuhi dengan zat-zat kimia , tak ada satupun orang memamerkan santunnya sebagai ciptaanNya

Hanya membabi buta, kini hanya tingalkan kenangan saja

Bumi sudah hancur lebur mendekap kenangan saat dia menjadi tempat yang nyaman....

Cirebon, 4 Juni 2015

Memperingati Hari Lingkungan Sedunia