Surat Untuk Tuhan

Sabtu, 19 September 2015




 Gambar di sini

Oh Tuhan, aku buat surat ini untukMu, tapi aku tulis diam-diam saat malam tiba. Entah aku kadang malu pada diriku, tapi aku kuatkan untuk menuliskan surat ini untukMu . Aku bisikan padaMu apa yang ingin aku sampaikan. Aku ingin selalu bisa berdekatan dengan bapak. Aku tahu permintaanku sulit untuk Kau kabulkan. Orang meninggal, bagaimana bisa berdekatan??? Tak mungkin bukan?????  Tapi ada yang selalu menggelitik hatiku, ada rindu pada bapakku. Rindu ingin bertemu....Tapi aku terus menuliskan surat permohonan padaMu, Tuhan. Aku yakin suratku akan berbalas indah..Sehelai kertas putih. Aku mulai menuliskan harapan aku padaMu agar aku bisa berdekatan dengan bapak. Goresan tinta terpatri di kertas putih yang mulai terisi dengan rangkaian harapan dalam bentuk kata-kata indah. Biarlah tulisan ini sampai padaNya untuk dibalas kembali padaku.

            Cerita yang terjalin kadang ada saja konflik yang terjadi. Sungguh waktu itu emosi muda yang menguasaiku, sehingga aku tak pernah memposisikan diriku sebagai bapakku. Tetap anak yang hanya ingin kemauannya dituruti. Itu saja. Tapi waktu berlalu saat aku menjadi orangtua, aku merasakan betapa pedihnya hati saat anak-anak suka berada di sisi yang berbeda dengan kita. Aku sadar , dulu sekali aku juga sering berada di sisi yang berbeda dengan bapak. Ah, inilah rasa penyesalan diriku.Ingin aku kembali ke saat itu. Ingin sekali aku berjumpa dengannya. Aku selau berdoa paadNya untuk bapak di setiap sujud doaku. Ah, ternyata surat-surat untuk Tuhan kadang berbalas juga. Walau bukan seperti hal yang nyata dalam hidup tapi aku bisa bertemu dengan bapak dalam mata hati. Ah, terimakasih Tuhan, suratku berbalas juga....

            Entah dalam mimpi , entah dalam lamunan kadang bapak seperti hadir di sisiku. Ah, betul ya , tak perlu bertatap muka tapi hati ini selalu menyatu dengan hati bapak. Waktu aku mau di operasi , tiba-tiba saja aku melihat bapak dan tersenyum padaku.
            “Kau kan baik-baik saja,” tampak senyum bapak. Ah, itulah semangat yang diberikan bapak saat aku berada di ruang operasi. Aku merasa tenang saat dokter menyatakan kesiapan aku untuk operasi. Bapak telah menenangkan aku. Pernah lagi aku tertidur saat terdengar suara bapak.
            “Itu jas bapak mau dipakai siapa?” tanyanya sambil memandangku.
            “Oh, mau dipakai untuk wisuda cucu bapak,”tukasku
            “Ya, pakailah untuk anakmu. Pasti akan gagah dia .” aku terbangun dan tak aku lihat siapa-siapa. Aku bertemu kembali dengan bapak. Aku tersenyum saat esoknya aku melihat anakku memakai jas bapak, serasa aku melihat sosok bapak di dalam tubuh anakku. Tampak bapak tersenyum padaku.

            Terimakasih Tuhan, surat-surat asaku padaMu terjawab sudah. Banyak hal aku bisa bertemu dengan bapak walau bukan seperti dulu . Kehadirannya selalu ada di sisiku dalam banyak peristiwa.  Senyum bapak, wajah bapak membuatku kembali tersenyum . Ah, makasih Tuhan untuk semua hal yang telah Kau berikan agar aku tetap dekat dengan bapak. Kau membalas surat-suratku dengan hal yang menakjubkan dan tak terduga.Sekali lagi . terimakasih Tuhan . Terimakasih atas balasan surat yang begitu indah dalam hiduku. Kadang tak menyangka saja itu bisa terjadi dalam hidupku. Itu bukan hal yang mustahil bagi Tuhan . Dia yang berkuasa akan manusia dan alam. Ah, rinduku pada bapak selalu terobati dengan munculnya dalam banyak kesempatan-kesempaatn istimewa dalam hidupku.

4 komentar:

Susindra Says:
20 September 2015 pukul 20.08

Butuh bonding yang sangat kuat untuk sampai di kondisi itu. Luar biasa

Ruziana Says:
21 September 2015 pukul 01.45

jadi rindu dengan Alm bapak :(

Tira Soekardi Says:
21 September 2015 pukul 12.43

iya mbak Susi , gak tahu kenapa akulah yg paling sering bertemu dg bapak. Ibuku suka iri

Tira Soekardi Says:
21 September 2015 pukul 12.44

doakan saja mbak Ana kalau rindu pada alm bapak

Posting Komentar