Gambar di sini
Oh
Tuhan, aku buat surat ini untukMu, tapi aku tulis diam-diam saat malam tiba.
Entah aku kadang malu pada diriku, tapi aku kuatkan untuk menuliskan surat ini
untukMu . Aku bisikan padaMu apa yang ingin aku sampaikan. Aku ingin selalu
bisa berdekatan dengan bapak. Aku tahu permintaanku sulit untuk Kau kabulkan.
Orang meninggal, bagaimana bisa berdekatan??? Tak mungkin bukan????? Tapi ada yang selalu menggelitik hatiku, ada
rindu pada bapakku. Rindu ingin bertemu....Tapi aku terus menuliskan surat
permohonan padaMu, Tuhan. Aku yakin suratku akan berbalas indah..Sehelai kertas
putih. Aku mulai menuliskan harapan aku padaMu agar aku bisa berdekatan dengan
bapak. Goresan tinta terpatri di kertas putih yang mulai terisi dengan rangkaian
harapan dalam bentuk kata-kata indah. Biarlah tulisan ini sampai padaNya untuk
dibalas kembali padaku.
Cerita yang terjalin kadang ada saja
konflik yang terjadi. Sungguh waktu itu emosi muda yang menguasaiku, sehingga
aku tak pernah memposisikan diriku sebagai bapakku. Tetap anak yang hanya ingin
kemauannya dituruti. Itu saja. Tapi waktu berlalu saat aku menjadi orangtua,
aku merasakan betapa pedihnya hati saat anak-anak suka berada di sisi yang
berbeda dengan kita. Aku sadar , dulu sekali aku juga sering berada di sisi
yang berbeda dengan bapak. Ah, inilah rasa penyesalan diriku.Ingin aku kembali
ke saat itu. Ingin sekali aku berjumpa dengannya. Aku selau berdoa paadNya
untuk bapak di setiap sujud doaku. Ah, ternyata surat-surat untuk Tuhan kadang
berbalas juga. Walau bukan seperti hal yang nyata dalam hidup tapi aku bisa
bertemu dengan bapak dalam mata hati. Ah, terimakasih Tuhan, suratku berbalas
juga....
Entah dalam mimpi , entah dalam
lamunan kadang bapak seperti hadir di sisiku. Ah, betul ya , tak perlu bertatap
muka tapi hati ini selalu menyatu dengan hati bapak. Waktu aku mau di operasi ,
tiba-tiba saja aku melihat bapak dan tersenyum padaku.
“Kau kan baik-baik saja,” tampak
senyum bapak. Ah, itulah semangat yang diberikan bapak saat aku berada di ruang
operasi. Aku merasa tenang saat dokter menyatakan kesiapan aku untuk operasi.
Bapak telah menenangkan aku. Pernah lagi aku tertidur saat terdengar suara
bapak.
“Itu jas bapak mau dipakai siapa?”
tanyanya sambil memandangku.
“Oh, mau dipakai untuk wisuda cucu
bapak,”tukasku
“Ya, pakailah untuk anakmu. Pasti
akan gagah dia .” aku terbangun dan tak aku lihat siapa-siapa. Aku bertemu
kembali dengan bapak. Aku tersenyum saat esoknya aku melihat anakku memakai jas
bapak, serasa aku melihat sosok bapak di dalam tubuh anakku. Tampak bapak
tersenyum padaku.
Terimakasih Tuhan, surat-surat asaku
padaMu terjawab sudah. Banyak hal aku bisa bertemu dengan bapak walau bukan
seperti dulu . Kehadirannya selalu ada di sisiku dalam banyak peristiwa. Senyum bapak, wajah bapak membuatku kembali
tersenyum . Ah, makasih Tuhan untuk semua hal yang telah Kau berikan agar aku
tetap dekat dengan bapak. Kau membalas surat-suratku dengan hal yang
menakjubkan dan tak terduga.Sekali lagi . terimakasih Tuhan . Terimakasih atas
balasan surat yang begitu indah dalam hiduku. Kadang tak menyangka saja itu
bisa terjadi dalam hidupku. Itu bukan hal yang mustahil bagi Tuhan . Dia yang
berkuasa akan manusia dan alam. Ah, rinduku pada bapak selalu terobati dengan
munculnya dalam banyak kesempatan-kesempaatn istimewa dalam hidupku.
4 komentar:
20 September 2015 pukul 20.08
Butuh bonding yang sangat kuat untuk sampai di kondisi itu. Luar biasa
21 September 2015 pukul 01.45
jadi rindu dengan Alm bapak :(
21 September 2015 pukul 12.43
iya mbak Susi , gak tahu kenapa akulah yg paling sering bertemu dg bapak. Ibuku suka iri
21 September 2015 pukul 12.44
doakan saja mbak Ana kalau rindu pada alm bapak
Posting Komentar