There Are Lost of Love In Paris

Sabtu, 05 Desember 2020

 

Gambar dari sini

Kutendang sepatuku ke kolong tempat tidurku, itulah salah satu kebiasaan jorokku, sudah sering nyak ngomel sampai mulutnya berbusa tetap saja aku tak pernah mempedulikannya. Ini kamarku dan otoritas ada di tanganku. So pasti suara nyak yang cempreng tidak perlu didengar. Baru saja mau berleha-leha sebentar di tempat tidurku , sudah terdengar teriakan nyak, huh si nyak tidak pernah mau lihat anaknya enak sedikit.

            “Aster,” teriaknya nyak , aku berlari sebelum teriakannya sampai keluar rumah.

            “Ada apa nyak teriak-teriak siang bolong ini kayak setan aja,” aku duduk di hadapannya.

            “Denger ya, minggu depan babe mau ke Paris , disuruh kantornya belajar lagi S2,” Wah , dasar si babe memang otaknya encer, tapi herannya kok tidak menurun ke aku ya?

            “Bener nyak, asyik tuh, kalau entar pulang aku bisa minta oleh-oleh dari Paris dong,” aku berteriak kegirangan.

            “Bukan itu , kamu harus nyontoh babe jadi orang pinter bukan kaya kamu kerjaan males-malesan saja,”omel nyak.  Aku mulai merutuki nyak , yang dikit saja gak pernah bangga sama anaknya. Nyak bilang aku boleh ikut mengantarkan babe sampai bandara.

 

            Waktu di bandara sudah banyak teman babe juga yang diberangkatkan ke Paris diantar oleh keluarga mereka. Ada beberapa ibu-ibu mulai terlihat sedih dan mulai berkaca-kaca tapi kulihat nyak biasa-biasa saja dan terlihat tenang.

            “Awas ya , kalau suami-suami sudah masuk pesawat jangan ada yang nangis ya, biar mereka pergi tenang,” salah satu istri menguatkan yang lain. Aku melihat nyak menyusut air matanya. Aku tahu nyak akan ditinggal babe selama tiga tahun dan selama itu babe tak akan pulang. Aku tahu cinta nyak sama babe begitu kuat, aku tak pernah melihat mereka bertengkar. Aku mendekati nyak dan merangkul bahunya.

            “Aster, mudah-mudahan babe di sana baik-baik saja, nyak kasihan ama babe siapa yang menyediakan makan dan minum buat babe, biasanya kan mak,” mak berurai air mata.

            “Udah mak, jangan sedih, pasti babe bisa dipercaya deh dan babe tetap cinta sama nyak dan gak mungkin babe tertarik sama bule di sana.” Aku mulai menghiburnya.

            “Enak saja kamu ngomong , kalau soal setia babe juaranya,” nyak mulai memujinya. Aku hanya tersenyum saja.

 

            Sudah hampir setahun berlalu, nyak diundang oleh istri teman babe yang suaminya juga ke Paris. Ternyata di rumah bu Nara, nyak diperlihatkan foto-foto para bapak sedang piknik di Paris dan saat mereka di kampus. Waktu nyak melihat foto-foto tersebut aku melihat ada guliran air mata di pipinya. Aku tahu mak merindukan babe. Rasa rindu mak hanya terobati dengan saling berkirim surat. Setiap ada surat babe yang datang, nyak selalu terlihat senang dan membaca di kamarnya yang sudah dikunci karena nyak tidak mau diganggu. Kadang aku merasa senang melihat cinta nyak dan babe kayaknya selalu romantis, bahkan saat-saat mereka terpisah jauh oleh lautan mereka tetap bisa berinteraksi lewat surat-surat yang tak pernah kunjung putus.Pulang dari sana , aku melihat nyak senang sekali karena bisa melihat babe baik-baik saja.

 

            Sudah hampir tiga tahun dan babe akan segera pulang. Siang itu aku melihat ada postcard dengan gambar hati dan di depannya tertulis : Untuk belahan hatiku: Mirnawati, itu nama nyak. Kubalik postcard dan kubaca tulisan babe

            “Mir, tunggu aku ya , sebentar lagi kita bisa berkumpul lagi, peluk cium untukmu seorang.”  Waduh si babe , kok tidak ada peluk cium untuk anaknya sih? Aku tunjukkan postcard itu pada nyak yang sedang menyiapkan makan siang untukku. Nyak memandang postcard dengan senyumnya yang lebar, aku tahu pasti nyak sudah tidak sabar menunggu kedatangan babe. Ada rindu kulihat di matanya, sudah tiga tahun tak pernah berjumpa, cinta mereka tetap abadi dan tak ada satupun yang dapat memisahkan mereka walau mereka berjauhan. Walau babe dikelilingi bule-bule cantik di kota romantis tapi cintanya tetap buat nyak.  Waktunya tiba, aku dan nyak menjemput babe di bandara, perjalanan dari Bandung ke Jakarta tak membuat nyak lelah , nyak bersemangat sekali karena nyak bakal bertemu dengan babe. Sebentar-bentar nyak meremas tanganku, aku hanya menatapnya aneh. Si nyak kaya baru mau ketemu saja sama babe, grogi!!!!!

            “Tenang nyak jangan grogi kayak baru ketemuan saja,’ aku menggodanya.

            “Nyak deg-degan Ter,rasanya bingung mau ketemuan sama babe.” Aku kembali meremas tangan nyak.

 

            Kulihat dari kejauhan babe dengan tas besarnya menghampiri aku dan nyak. Kubiarkan nyak bertemu dengan babe duluan. Mereka berpelukan lama dan babe mengecup kening mak. Aku terpana dan aku bahagia melihat betapa cinta mereka berdua tak putus walau jarak memisahkan mereka berdua. Walau berjauhan mereka tak tergoda sedikitpun untuk berpaling pada orang lain , cinta mereka begitu kuat yang selalu menyatukan mereka selamanya. Aku menghampiri mereka dan kupeluk nyak dan babe , orangtuaku yang selalu saling mencintainya selamanya .  Paris yang terkenal sebagai kota dengan banyak cinta tidak mengoyahkan babe untuk berpaling dari mak, cintanya hanya untuk nyak!

 

4 komentar:

Riza Firli Says:
7 Desember 2020 pukul 15.02

mau saran coba blog kk background nya jangan transparan gini biar pembaca enak baca berlama-lama

Met Eka Saputra Says:
8 Desember 2020 pukul 07.06

Menurut aku sudah bagus. Cuma mungkin ibu perlu nambah gambarnya. Bukan bermaksud menggurui. Aku juga masih sangat pemula.

Tira Soekardi Says:
8 Desember 2020 pukul 11.22

iya mas firli, ini yang buat anakku, aku tinggal nulis saja

Tira Soekardi Says:
8 Desember 2020 pukul 11.25

gak apa mas eka, ya namanya emak2 kan suka gaptek, aku sukanya minta bantuan anakku dulu lagi masih serumah denagn aku.Kalau fiksi memang sulit ya untuk nambah gambar karena cari gambar yg sesuai ceritanya agak sulit

Posting Komentar