Gempa

Senin, 13 Februari 2023


 

 Gambar dari sini

Murti hanya melihat dengan perasaan hancur aduk . Rumahnya sudah rata dengan tanah. Dia terburu-buru pulang dai tempat kerja setelah mendapat kabar di daerah rumahnya ada gempa yang besar. Murti mencari ke tempat orang-orang mengungsi mencari ibu dan adiknya. Dia menyisiri orang-orang yang mulai datang berdatangan tapi dia tak melihat ibu dan adiknya..Murti terduduk lemas, entah apa yang dia pikirannya masih campur aduk. Hampir semalaman Murti tak bisa memejamkan mata. Sudah ada beberapa tenda didirikan dan terus mengalir walau kadang masih jauh dari kata sempurna, tapi itu semua sangat membantu. Sudah hampir 5 hari ibu dan adiknya belum diketemukan. Sejak kemarin tim SAR mencari di atas puing-puing rumahnya. Sementara itu sudah mulai berdatangan bantuan.

 

Ternyata banyak hal yang terjadi di tempat pengungsian, dengan bantuan relawan yang tak seberapa dapur umum hanya ada di beberapa daerah saja itupun masih sangat sedikit. Jadi memang anadalan ya hanya indomie. Ini memang keadaan darurat. Juga banyak keadaan darurat yang tentu sulit mendapatkan hal sempurna dalam keadaan musibah seperti ini. Mengikuti kemauan orang banyak merupakan hal yang sulit. Beberapa orang yang tak diketahui asalnya  merusak tenda yang diberikan lembaga tertentu . Bahkan banyak orang yang menghadang bantuan dan meminta uang . Akibatnya banyak hal yang tak diinginkan terjadi. Banyak bantuan yang akhirnya gak bisa datang ke sana. Banyak relawan yang marah karena dipalak. Dan semakin semrawutnya penangananya, karena orang-orang itu. Padahal mereka bukan rakyat sini. Lalu mereka itu siapa. Organisasi apa yang mereka wakilkan? Entahlah . Murti sudah tak bisa lagi berpikir. Perusahaannya menyuruhnya cepat masuk kalau tidak mau diganti orang lain sedangkan dia masih bingung dengan keadaan ini.

 

Murti mencari pakaian bekas yang tertumpuk di sana. Dia butuh baju untuk bekerja. Dia mencari dari tumpukan baju. Masih banyak baju yang belum diambil pengungsi. Mengapa tak diambil? Apa mereka masih punya baju atau bajunya tak sesuai? Entahlah , bagi Murti sesuai atau gak dia butuh buat kerja. Dia mengambil sekitar 6 pakaian yang menurut dia pantas dipakai buat kerja. Tiba-tiba terdengar teriakan.

            “Murti, ibumu diketemukan.” Murti langsung berlari. Dia melihat ibunya sudah dalam keadaan tewas. Katanya ada di bawah tumpukan bata.

            “Ini ada satu lagi.” Murti mendekat dan ia tahu itu adalah adiknya. Dia sedih tapi lega , karena dia tahu dua bagian penting hidupnya sudah tak ada. Tinggal dia sendiri yang harus hidup sendiri.

 

            Semakin semrawutnya  pengelolaan pengungsi , banyaknya pungli, banyaknya yang diskriminatif membuat banyak yang akhirnya mundur. Setelah itu orang-orang mulai menyesal. Mereka memang butuh bantuan tapi banyak maunya. Murti akhirnya banyak membantu apa yang bisa dibantu walau dia lakukan sepulang kerja atau hari minggu. Sungguh gak mudah . Banyak permintaan , banyak maunya padahal yang membantu hanya sedikit. Butuh kesabaran. Kadang masih ada kesombongan, ada ketidaksabaran, ada keegoisan yang justru menghambat orang bisa membantu. Jadi apa yang harus dilakukan diantara semua yang ada. Murti tak tahu, ia hanya tahu dia bisa bantu semampunya.

2 komentar:

fanny_dcatqueen Says:
15 Februari 2023 pukul 04.28

Sedih bacanya.. kenyataannya memang masih ada orang2 yg begitu, memanfaatkan situasi di tengah bencana. Ntah apa yg ada dalam pikirannya Yaa 😔.

Tira Soekardi Says:
26 Februari 2023 pukul 17.57

Miris memang, di dunia nyata banyak

Posting Komentar