Menari Di Atas Kepedihan

Rabu, 03 September 2014






Banyak kilasan berita duka dari hutan, rona kesedihan tampak dari kerontangnya hutan kau tancapkan duri yang membuat hutan habis
Air mata bumi runtuh saat hutan hilang , air-air mulai mengalir deras sepanjang tepian sungai
Entah sudah berapa banyak insan merengguk badai yang terus menghantam

Rona kilasan bumi yang semakin gersang, pantas bumi terus menangis
Rintihannya mengembara merupa prahara yang tak pernah putus
Sungguh air mata bumi terus mengalir membuat air bah yang terus menghantam tak mau berhenti
Meninggalkan sepotong duka yang panjang...

Kapan tangisan bumi akan berhenti????
Tangan-tangan manusia yang menyudutkan hutan terus sampai habis  merenggut nafas bumi
Tetap serakah meraup untung dari hancurnya hutan, masih ada nuranikah???/
Hanya bisa sekejab bertahan dengan doa agar bumiku kembali hijau!!!!

Kalau saja manusia bisa melihat tangisan bumi, mungkin akan terdengar menyayat hati karena begitu menderita karena kesakitan yang ia derita akibat kerusakan yang membuat tubuhnya meradang. Melalui puisi ini, aku mengajak masarakat untuk bersama-sama memelihara bumi ini untuk kepentingan bersama. Peliharalah bumi kita dengan hati.

Cirebon,  4 September 2014
Tangisan bumi ketika kerusakan banyak terjadi di permukaan bumi yang bisa sebabkan bencana.

 Sumber gambar : http://pandasurya.wordpress.com/2009/09/02/air-mata-pengarang/



4 komentar:

rio Says:
7 September 2014 pukul 21.12

Keren tulisannya gan ^^

Tira Soekardi Says:
12 September 2014 pukul 14.32

makasih mas, salam kenal

angkisland Says:
12 November 2014 pukul 21.18

wah jadi ikutan sedih si bumi mah T.T

Tira Soekardi Says:
15 November 2014 pukul 13.09

mari bersama kita pelihara alam ini

Posting Komentar