Ilusi Kebaikan

Minggu, 23 November 2014


       
  


            Mataku perlahan terbuka dan aku merasakan tubuhku ringan dan aku mulai melayang di udara. Seketika aku begitu terkejut dan aku mulai memukul kepalaku apa aku hanya bermimpi atau tidak. Aku semakin tinggi melayang dan aku terbelalak kaget saat aku melihat tubuhku ada di  ruang tengah rumahku dan aku sedang ditangisi keluargaku. Apa aku sudah meninggal ???? Mengapa aku bisa melayang, apa ini rohku????? Aku bingung, aku turun mendekati tubuhku, aku melambai pada mama yang menangis tapi mama tak menghiraukanku. Aku tepuk pundak  mas Indra tapi mas Indra hanya menoleh dan kembali menundukan kepalanya. Aku menatap tubuhku dan banyak luka dan lebam dan kepalaku tampak rusak dan banyak sisa –sisa darah. Tiba-tiba tubuhku diangkat dan dimandikan. Aku memejamkan mataku dan aku baru ingat , mengapa tubuhku penuh luka dan kepalaku bocor. Ini semua gara-gara Randy, kalau saja Randy tak mengambil jaket kulit kesayanganku, mungkin kecelakaan itu tak  mungkin terjadi. Saat aku tahu jaket aku diambil  Randy dan aku berusaha mengambil jaketku tapi Randy merasa dia duluan yang memesan jaket tersebut pada Lila, bukan aku. Saat tahu Randy sudah keluar naik motornya aku kejar motornya . Karena emosi yang memuncak aku tak melihat kalau dari arah yang berlawanan ada mobil yang juga melaju kencang dan akhirnya menabrakku. Aku merasa tubuhku terpental jauh dari motorku dan jatuh terlentang , kepalaku membentur aspal. Memang saat itu aku tak menggunakan helm dan aku tak sadarkan diri.

            Kini aku melihat tubuhku sudah dibalut kain kafan, mama masih menangis di sisiku. Aku melayang ke tempat tidurku, aku merasa rindu dengan kamarku.Jika aku pergi siapa yang akan menempati kamarku???? Aku melihat banyak foto-foto aku saat mendaki gunung bersama komunitas pencinta alam. Aku memegang foto saat aku berhasil mendaki gunung Semeru, aku tersenyum mengingatnya. Tiba-tiba pintu terbuka dan aku melihat Sisi adikku terpana sesaat dan berteriak .
            “Ada apa sisi?” tanya papa. Sisi menunjuk diriku, apa adikku bisa melihat diriku????
            “Lihat foto mbak Anya melayang,” teriaknya. Aku tersadar, aku cepat mengembalikan foto tersebut di dinding kamarku. Aku menatap wajah-wajah yang tampak ketakutan.
            “Apa mbak Anya  lagi ada di kamarnya ya pah?’” tanya Sisi ketakutan. Aku terdiam lama menatap keluargaku yang tak mungkin lagi aku bisa bersama dengan mereka. Esoknya aku melihat tubuhku diturunkan ke lubang kuburanku, tangis mama masih terdengar.Aku melihat papa berusaha menenangkan mama, mas Indra dan Sisi menaburkan bunga dengan kepala tertunduk. Aku melihat teman-temanku juga berada di pemakamanku. Aku mendekati Randy dan  kutepuk bahunya.
            “Apa-apa sih elu , jangan sentuh gue tahu,” tegur Randy pada Saga. Saga heran karena dia tak merasa menepuk pundak Randy. Aku mulai menakut-nakuti Randy bagaimanapun dialah penyebab kecelakaanku. Aku bisikan sesuatu pada telinganya.
            “Gara-gara gue ngejar elu, gue kecelakaan dan elu harus balikin tuh jaket ke keluarga gue. Kalau enggak elu bakalan ikut aku mati !” Aku tertawa geli saat Randy mulai ketakutan., Randy tampak gelisah, gemetar tubuhnya dan sebentar-bentar menoleh ke belakang.
            “Ada apaan elu bolak-balik menoleh kemari sih,”tukas Saga jengkel. Randy tampak semakin gemetar dan takut. Aku tertawa  lebar, rasain Randy!!!!!  Tak lama kemudian satu demi satu orang-orang berlalu dari makamku, tinggal aku sendirian di depan makamku sendiri dan aku mulai merasa takut. Apa yang akan terjadi pada diriku setelah ini?????

            Tiba-tiba aku melihat sinar begitu terang di langit dan tampak ada lubang di langit dan ada suara yang keras dari sinar yang keluar dari lubang tersebut.
            “Sudahkan kamu siap untuk masuk lubang ini untuk mempertanggung jawabkan hidupmu di dunia. Kalau sudah siap, silahkan masuk ke dalam lubang ,”suara itu menggema di telingaku seperti gendang yang bertalu-talu dan terasa menampar pipiku. Aku sekarang baru merasakan kalau aku tak banyak berbuat baik pada orang lain, lebih sering hura-hura dengan teman-temanku, apakah aku berani masuk lubang itu sekarang??? Banyak pergolakan batin dalam diriku saat ini.
            “Aku belum siap. Beri aku waktu agar aku bisa berbuat baik pada orang lain,”tukasku.
            “Baiklah, berbuat baiklah dan itu akan meringankanmu nanti saat kamu masuk ke mari.” Sinar dan lubang itu tiba-tiba saja menghilang. Aku melayang-layang entah kemana, apa yang harus kulakukan agar aku bisa berbuat baik pada orang lain????? Hampir seharian aku mencari tapi aku belum mendapatkan siapa yang harus aku bantu. Aku duduk di bawah pohon dan aku melihat nenek tua berjalan dengan wajah lesu.
            “Nek, jualan apa yang di keranjang? “ tanya seseorang yang mendekati  nenek tersebut, aku juga menghampirinya, tampak serabi dan gorengannya belum laku..
            “Iya, ini belum laku-laku, padahal uang hasil penjualan ini untuk bayaran sekolah cucuku,” tukasnya. Aku melihat sekeliling ada beberapa tukang ojeg yang sedang mangkal dan aku tarik mereka ke tempat nenek itu. Mereka langsung membeli serabi dan gorengan nenek. Aku mencari orang lain lagi untuk aku ajak ke tempat nenek untuk membeli jualannya. Tak lama kemudian jualan nenek habis dan uang yang didapat membuat nenek tersenyum lebar.
            Aku melihat wajah sumringah nenek tua itu dan aku merasakan aku juga turut bahagia dengannya.Aku  menatap punggung nenek yang berlalu dari hadapanku. Kini aku lega sudah melakukan perbuatan baik rasanya bahagia sekali, mengapa dulu aku tak pernah berbuat baik pada orang lain , kalau efek dari berbuat baik itu begitu menyenangkan. Waktu aku berbalik, kembali aku melihat sinar dan lubang di langit. Aku merasa lega dan aku siap untuk masuk ke lubang itu, aku sudah berbuat baik walau terlambat tapi paling tidak aku sudah pernah berbuat untuk  orang lain. Selamat tinggal mama, papa , mas Indra dan Sisi, aku baik-baik saja. Aku menatap langit dan mulai melayang dan  menghilang dari bumi tempatku dulu tinggal.







Sumber gambar : http://websitedada0.wordpress.com/2012/02/26/kesepuluh-pertanyaan-yang-membahas-mengenai-ruh-orang-mati/



















\

2 komentar:

angkisland Says:
28 November 2014 pukul 14.44

ahhhh saya ikutan melayang ni mah...sungguh mengalur indah mah...kerenn

Tira Soekardi Says:
30 November 2014 pukul 13.34

asal jangan ketakutan lihat yang melayang2

Posting Komentar